🔞

3.8K 22 0
                                    

Freya berdiri di depan gerbang kampusnya dengan gelisah. Apalagi saat mobil sang kakak berhenti di depannya, membuat jantung Freya berdegup kencang.

"Masuk, Fre!" perintah sang kakak sambil membuka pintu mobil dari dalam.

Freya menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia mulai tersenyum, lalu masuk kedalam mobil.

Hugo yang melihat tingkah aneh adik tirinya, mulai sedikit curiga. Ia menghimpit Freya ke sisi mobil, lalu menatapnya tajam. Saat ia mengendus tubuh Freya, Hugo menemukan bau yang asing di tubuh adik tirinya.

"Apa yang kau sembunyikan, Fre?" tanya Hugo curiga

Freya terbelalak. Jantungnya mulai berdetak dengan cepat.

"A-apa yang kakak maksud?" Freya kembali bertanya dengan gugup

Kegugupan itu menambah kecurigaan pada Hugo. Ekspresinya seketika berubah dingin. Ia melajukan mobilnya dengan kencang.

"Kak, lebih pelan," pinta Freya dengan cemas

Namun, permintaan itu di abaikan oleh Hugo. Ia tetap fokus pada jalan yang ada di depannya.

Sementara Freya menatap sekeliling, merasa jalan yang ia lewati begitu asing. Dan benar saja, itu bukan jalan untuk menuju rumah mereka.

"Kemana kakak akan membawaku?" tanya Freya gelisah

Hugo tetap tidak menjawab. Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah apartemen.

Hugo segera turun, lalu menarik tangan Freya untuk mengikutinya.

"Kak, lepaskan! Sakit..." rintih Freya sambil terus di tarik oleh Hugo.

Mereka memasuki sebuah lift, menuju ke lantai paling atas, lebih tepatnya apartemen milik Hugo.

Setibanya di dalam apartemen, Hugo menghempaskan tubuh Freya ke sebuah sofa, lalu tanpa berbasa-basi ia merobek pakaian yang di kenakan adik tirinya.

Hugo mulai mengendus lagi, dan benar saja, dia bisa mengetahui dengan jelas bahwa ada orang yang telah menyentuh adik tirinya.

"Siapa yang telah menyentuhmu?!" tanya Hugo dengan mata yang berkilat

Freya mulai menangis akibat bentakan yang terus di lontarkan kakak tirinya.

"Jawab aku, Fre!"

Hugo menarik lengan Freya menuju kamar mandi. Ia tidak ingin ada bekas orang lain di tubuh adiknya.

Tanpa rasa iba sedikitpun, Hugo menyiram seluruh tubuh Freya dengan air dingin, membuat tubuh Freya menggigil.

"Kenapa? Dingin?!" bentak Hugo sekali lagi. Tampak kekecewaan yang mendalam di wajahnya. "Itu hukuman karena kau membiarkan pria lain menyentuhmu!"

Freya meringkuk di lantai, menahan rasa dingin yang ada di tubuhnya.

Setelah merasa tubuh adik tirinya bersih, Hugo segera mengangkatnya, lalu membantingnya di atas ranjang.

Hugo menindih tubuh Freya. "Dimana yang telah di sentuh pria itu? Disini?" tanah Hugo sambil meremas payudara Freya dengan kasar.

"Argh! S-sakit, kak," rintih Freya sambil meringis saat Hugo memelintir putingnya

Hugo seperti kehilangan akal sehat. Ia terus meremas payudara Freya dengan kasar tanpa memperdulikan rintihan Freya.

"Di mana lagi?" tanya Hugo sambil mencengkram pipi Freya. "Apakah dia juga menciummu?"

Hugo segera mencium bibir Freya dengan ganas, bahkan sesekali ia menggigit bibirnya hingga berdarah.

"Uhh!" Freya mengerjap saat bibirnya di gigit dengan keras oleh Hugo

Hugo terus menciumnya tanpa memberikan Freya kesempatan bernapas.

Ia melumat, menyesap, bahkan menggigit lidah Freya dengan ganas.

Setelah Hugo melepas ciuman itu, Freya bernapas dengan tersengal-sengal.

"Bagian mana lagi, Fre?" tanya Hugo sedikit pelan.

Namun, Freya masih terdiam dengan suara napas yang tersengal-sengal.

"Jawab kakak, Fre!!" bentaknya

Freya menggeleng dengan cepat. Jika dia berkata jujur, Hugo pasti akan menghajarnya hingga dia sulit untuk bangun.

"T-tidak, ada, kak," jawab Freya dengan suara terbata-bata

Namun, Hugo tidak percaya. Dia segera melebarkan kedua kaki Freya. Dia menekan bulatan kecil menonjol yang masih tertutup oleh CD.

"Umm!" desah Freya saat jari kakaknya terus menekan tempat tempat tersensitif miliknya.

"Kau jujur, atau..." pertanyaan Hugo menggantung di udara, membuat Freya merinding. "Atau kakak akan menyiksamu lebih dari ini!" gertak Hugo pelan, namun penuh intimidasi

Freya menelan ludah. Takut dan gelisah berkecamuk menjadi satu. Mau jujur atau tidak, akan sama saja jika sudah berurusan dengan Hugo.

"Dia..." ucap Freya gugup

"Dia apa Fre! Dia telah memperkosamu?" tanya Hugo membentak

Freya menggeleng dengan cepat. Air mata terus mengalir di wajahnya. "Tidak kak. Freya tidak melakukan itu dengannya," ucap Freya di sela-sela suara tangisannya

Hugo semakin murka. Ia terus mendesak Freya agar jujur padanya. "Lalu seperti apa Fre?"

Freya memberanikan diri untuk berkata jujur, meskipun dia belum siap menanggung konsekuensi yang akan datang.

"Freya di paksa kak! Tangan Freya di tahan. Dan..." suara Freya semakin menghilang, di antara suara tangisannya.

"Dan dia memaksamu untuk bercinta dengannya?" lanjut Hugo dengan senyuman kecewa

Freya tetap menggeleng, "Tidak, kak. Dia hanya memasukkan jarinya ke vagina Freya." akhirnya Freya tidak bisa lagi menyembunyikan rahasia itu.

Hugo tampak semakin murka. Dia segera menarik CD Freya, lalu membuangnya ke sembarang tempat.

Dia memasukkan tiga jarinya ke vagina Freya dengan kasar.

"Argh! Sakit, kak!" Freya menggeliat saat ketiga jari sang kakak mengocok vaginanya dengan kasar.

Saat ini, bukan lagi kenikmatan yang di rasakan Freya. Namun, hanya ada rasa sakit.

"Apa dia bermain seperti ini, Fre! Jawab kakak!" desis Hugo sambil terus menggerakkan tangannya.

"Ahh!" tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara lenguhan dari mulut Freya.

Rasa sakit itu perlahan menjadi nikmat. Freya menggeliat, tubuhnya meliuk-liuk dengan pinggul yang tanpa sengaja ia naikkan sedikit.

"Ahh! Kakak!" racau Freya sambil mengerjap beberapa kali. Tangannya mencengkeram lengan Hugo hingga kuku-kukunya menancap.

"Nikmat mana dengan jari-jari pria itu Fre?" tanya Hugo sambil tangannya terus keluar masuk vagina Freya.

"Uhh! Nikmat, jari... Kakak," racau Freya

Hugo tersenyum, merasa puas dengan pengakuan adik tirinya. Dia tau bahwa masih dirinya yang memegang kendali atas tubuh adik tirinya.

"Ahh! Uhh! Kak..."

"Kenapa, sayang?" tanya Hugo sambil menjilat bibir Freya

Freya ingin menanggapi jilatan itu, tapi Hugo tampak seperti memainkannya.

Tanpa sadar, Freya telah meremas kedua payudaranya sendiri.

"Ahh!!" lenguhan melengking, di sertai cairan yang meleleh dari vagina Freya.

Vagina Freya terasa berkedut. Dia telah mencapai orgasme dengan jari-jari kakaknya.

Karena sudah sangat basah, Hugo mencabut ketiga jarinya hingga menimbulkan suara yang jelas.

"Nikmat, Fre?" tanya Hugo sambil menjilati sisa-sisa cairan sang adik yang menempel di jari-jarinya

Freya mengangguk dengan napas yang ngos-ngosan. Wajahnya memerah seperti tomat.

My FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang