Bab 14

2K 179 5
                                    

Keesokan harinya di rumah sakit, Evelin terbaring di tempat tidur dengan ekspresi sedih yang tampak penuh kepura-puraan. Di sekelilingnya, orang tuanya, Darren, dan Darius berkumpul, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran dan kemarahan.

Evelin memainkan perannya dengan sangat baik, matanya terlihat berkaca-kaca, sementara ibunya, Nyonya Johnson, duduk di sampingnya, mengusap punggungnya dengan lembut.

“Mama... hiks... badan aku sakit semua... hiks... Bang Dary mendorongku dari tangga,” Evelin berbicara dengan suara gemetar, air mata mulai mengalir di pipinya.

Nyonya Johnson mendesah, mencoba menenangkan Evelin. “Sayang, tolong jangan menangis. Jangan terlalu keras, nanti dada kamu semakin sesak. Kami akan menghukum Dary, jangan khawatir. Dia akan mendapatkan ganjarannya.”

Darren, yang berdiri di samping tempat tidur, mengepalkan tangannya erat-erat. Amarahnya memuncak mendengar cerita Evelin. “Sialan! Aku tidak pernah menyangka Dary akan melakukan ini,” gumamnya dengan marah.

Evelin melanjutkan dengan suara yang lebih pelan, seolah takut membuka luka lama. “Sebelum dia mendorongku... Bang dary bilang kalau dia tidak terima aku bangun dari koma, Ma Bang dary berharap aku masih koma... karena takut Mama dan Papa akan lebih menyayangiku daripada dia...”

Mendengar itu, Darren meledak, meninju dinding di sebelahnya. “Apa?! Dia hanya anak angkat, dan sekarang dia berpikir bisa mendapatkan perhatian kalian dengan cara yang salah?!” teriaknya, tidak percaya bahwa Dary, adik yang ia kira baik, bisa bertindak sejauh itu.

Nyonya Johnson yaitu nyonya rebeca memalingkan wajahnya, tampak terpukul oleh pernyataan Evelin. Ia tidak menyangka bahwa putra angkatnya, Dary, bisa menyimpan kecemburuan sebesar itu. “Tidak kusangka... Dary bisa melakukan ini. Aku selalu menyayanginya seperti anakku sendiri... Tapi kalau dia sampai bertindak sekejam ini... Aku benar-benar tidak tau apa yang harus aku lakukan padanya”

Darius yang sejak tadi diam, kini ikut berbicara. “Kalau benar begitu, kita harus segera menghukum Dary Dia harus merasakan akibat dari perbuatannya. Tidak ada ruang untuk maaf bagi pengkhianat seperti itu.”

Sang kepala keluarga Johnson yaitu papa jax yang baru saja masuk ruangan, mendengar perdebatan itu dan langsung mendekati istrinya. “Aku dengar semuanya tidak ada alasan lagi, kita akan memberi pelajaran pada Dary. Dia sudah melewati batas.”

Evelin tersenyum tipis di balik selimut, puas dengan drama yang telah ia ciptakan. Semua berjalan sesuai rencana, dan Dary kini benar-benar tersudut tanpa kesempatan membela diri.


Di lain sisi




Dary yang merasa difitnah dan dipermainkan oleh Evelin tidak mau tinggal diam.

Setelah Evelin berhasil menjebaknya dan menuduhnya telah mendorongnya dari tangga, Dary mulai menyusun rencana. la harus membersihkan namanya, satu-satunya cara adalah mengumpulkan bukti sendiri.

Selama masih berada sekolah setelah darius dan darren membawa evelin pergi, ia langsung pergi ke ruang pengawas yang ada di sekolah nya itu, Dary mencari cara untuk membongkar kebenaran, dan akhirnya ia menemukan bukti rekaman kamera pengawas sekolah yang menunjukkan bahwa Evelin menjatuhkan dirinya sendiri.

Dengan bukti tersebut di tangannya, Dary mendatangi keluarga Johnson, berharap bahwa mereka akan mendengarkan dan mempercayainya.

Di ruang tamu mansion keluarga Johnson, suasana sangat tegang ketika Dary akhirnya memutuskan untuk mengungkap bukti yang ia miliki. Papa Jax, Darren, Darius, dan Nyonya Johnson berkumpul, wajah mereka. masih dipenuhi amarah.

"Papa, tolong dengarkan aku sekali saja! Aku punya bukti kalau aku tidak bersalah. Evelin menjebakku! Ini semua rencananya!" kata Dary dengan penuh harap, memperlihatkan rekaman kamera pengawas yang ia temukan.

Namun, sebelum ia sempat memainkan video tersebut, Darren dengan cepat merampas perangkat itu dari tangan Dary dan melemparkannya ke lantai, menghancurkannya.

"Kami tidak butuh buktimu, Dary Emilio.D! Kau sudah mengkhianati keluarga ini!" teriak Darren dengan penuh kemarahan.

"Dasar anak yang tidak tahu berbalas budi, geram Papa Jax, berjalan mendekat dan meraih Dary dengan kasar.

"Untuk apa anak saya, yang berhati malaikat, melakukan hal seperti itu? Tidak ada untungnya bagi Evelin. Kau yang mencoba merusak keluarga kami, Dary!"

Dary berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman Papa Jax terlalu kuat. "Papa, tolong! Evelin yang menjebakku! Aku tidak bersalah!" Dary berteriak, matanya dipenuhi air mata ketakutan. Namun Papa Jax tetap tidak mendengarkan.

Dengan kekuatan penuh, ia menyeret Dary menuju pintu menuju ruang bawah tanah mansion. Dary meronta-ronta, tetapi tidak ada yang peduli.

"Hentikan! Papa, tolong hentikan! Tangan ku sakit!" tangis Dary, suaranya parau.

"Diam! Tangisanmu itu mengganggu!" teriak Darius dengan nada dingin..

"Kami sudah muak dengan alasan-alasanmu!"

Mereka akhirnya sampai di ruang bawah tanah, ruangan yang jarang digunakan, kecuali untuk menyiksa musuh-musuh keluarga atau pengkhianat dindingnya terbuat dari batu tebal dan lembap, penuh dengan alat-alat penyiksaan yang tidak manusiawi.

Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh beberapa lampu redup di langit-langit.

Papa Jax mendorong Dary ke lantai, membuatnya terjatuh dengan keras.

"Di sini, kau akan belajar tentang konsekuensi dari pengkhianatanmu,"

ucapnya dengan suara dingin. Darren kemudian mengambil cambuk yang tergantung di dinding, matanya

dipenuhi amarah. "Kau pikir kami akan memaafkanmu setelah semua ini?" Darren melayangkan cambukan pertama ke punggung Dary, yang menjerit kesakitan.

"Aaah! Papa! Tolong hentikan! Ini sakit sekali!" Dary meratap, air matanya
membanjiri wajahnya.

Namun, tidak ada belas kasihan yang diberikan. Cambukan demi cambukan mendarat di punggung Dary, tubuhnya mulai bergetar hebat, rasa sakit yang luar biasa membuatnya hampir kehilangan kesadaran.

"Berhenti menangis! Tangisanmu itu
hanya membuat kami semakin muak!" Darius menambahkan, menyaksikan adiknya disiksa tanpa sedikit pun rasa iba.

Dary merasa dunianya mulai gelap. Pikirannya kacau balau, hatinya penuh dengan ketakutan dan kepasrahan.

Apakah ini akan berakhir sama seperti di dalam novel? Apakah aku akan mati di tangan keluarga ini? pikirnya, tubuhnya semakin melemah di bawah siksaan

tersebut. "To... Tolong... Pa... pa... Sakit....

Hen...ti...kan..." suara Dary semakin lemah, kesadarannya mulai menghilang. Di dalam pikirannya yang kacau, Dary

hanya bisa memikirkan satu hal  Kenapa kebahagiaan begitu sulit untuk kudapatkan? Apa aku tidak layak untuk bahagia?

Saat cambukan terakhir mendarat, tubuh Dary akhirnya menyerah, la kehilangan kesadaran, tergeletak lemah di lantai batu yang dingin, darah mengalir dari punggungnya. Darren dan Darius menatapnya tanpa belas kasihan, sementara Papa Jax hanya mendesah.

"Bawa dia kembali ke kamarnya. Biarkan dia merasakan sakit itu untuk beberapa waktu. Mungkin dengan begitu, dia akan belajar," ucap Papa Jax dingin, meninggalkan ruangan dengan

langkah berat. Darren dan Darius mengangkat tubuh Dary yang lemas, menyeretnya kembali
ke atas, meninggalkannya di kamar tanpa sedikit pun rasa kasihan.

Dary, yang tak sadarkan diri, terbaring di atas. kasurnya, terluka dan tersiksa, berharap bahwa di suatu tempat, keajaiban akan datang untuk menyelamatkannya.


VOTE VOTE VOTE YA GAYS😞😊😊🌹🌹🌹








Transmigrasi DaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang