Bab 19

2K 278 24
                                    

Keesokan harinya, setelah jam sekolah berakhir, Dary kembali ke rutinitas kerjanya di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Meski ia memiliki kemampuan sebagai hacker yang memungkinkannya mengakses uang dengan mudah seperti mengambil uang uang dari perusahaan yang korupsi contohnya,

Tapi Dary memilih bekerja part-time untuk mengisi waktu luangnya

ya dari pada mengisi waktu waktu luang dengan membosankan seperti hanya makan tidur dan melihat drama drama yang memuakkan. Lebih baik melakukan pekerjaan karena Ia menikmati kedamaian yang datang dari pekerjaannya, setidaknya itu memberinya sedikit jeda dari hiruk-pikuk drama yang sedang berlangsung.

Namun, saat ia sedang membersihkan meja, sebuah suara familiar membuat darahnya mendidih.

"Jadi di sinilah kau bekerja, Dary."

Dary menoleh, dan melihat Darren, abangnya yang selama ini ia hindari, berdiri di depan pintu kafe bersama Darius. Wajah Dary langsung berubah masam, tatapan matanya dipenuhi rasa benci yang mendalam.

"Mau apa banjingan banjingan ini kesini? huff...baru saja ingin mencari kedamaian muncul aja masalah baru" Ucap dalam hati dary.

"Mau apa kalian di sini?" geram Dary.

Darren melangkah maju, berusaha tenang meski suaranya terdengar tegas. "Aku sudah bilang, kan? Kau pasti kehabisan uang, sampai harus bekerja seperti ini. Evelin menunggu mu di rumah. Ayo pulang, Dary  Jangan buat dia menunggu lebih lama."

Dary menyipitkan matanya, merasa kemarahan mulai membara di dadanya. "Evelin? Dia memintaku pulang? Untuk apa? Apa lagi rencana busuknya kali ini?"

Darius mencoba masuk ke pembicaraan, mencoba meredakan ketegangan. "Dia benar-benar ingin meminta maaf, Dary. Dia ingin berdamai denganmu."

Dary tertawa keras, tapi tawanya penuh dengan kepahitan. "Meminta maaf? Kalian benar-benar bodoh kalau percaya omong kosong itu. Bukankah lebih mungkin dia merencanakan sesuatu lagi? Dia tidak pernah tulus dalam hidupnya."

Darren mulai kehilangan kesabarannya, tangannya mengepal erat. "Kau—"

Namun, sebelum Darren bisa melanjutkan, sebuah suara lain menyela.

"Ingin apa kalian di sini?"

Luka, pemimpin geng The Shadow, muncul di pintu kafe. Ekspresi wajahnya dingin, penuh kewaspadaan. Ia berdiri di samping Dary, siap menghadapi siapapun yang berani mengganggunya.

Darius tampak gugup, sementara Darren menatap Luka dengan kebencian yang tidak disembunyikan. Dalam hatinya, Darius merasa cemas, "Kenapa dia harus muncul sekarang?"

Luka mendekat, matanya tajam memeriksa kedua pria di depannya. "Aku tanya, ingin apa kalian?"

Darren mencoba tetap tenang, tapi jelas dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Luka. "Kami hanya ingin membawa adik kami pulang. Ini urusan keluarga, Luka. Jangan ikut campur."

Luka mendekat ke wajah Darren, tidak menunjukkan tanda-tanda mundur. "Dary bukan adikmu lagi. Dia adikku sekarang. Kalau kalian mencoba macam-macam dengannya, urusannya dengan aku. Paham?"

Darren dan Darius menelan ludah. Mereka tahu bahwa Luka bukan orang yang bisa diremehkan. Darren, meski ingin membalas kata-kata Luka, memilih untuk mundur sementara. "Ini belum selesai, Dary," kata Darren sebelum berbalik pergi bersama Darius.

Keluarga luka dan keluarga johnson mereka sama sama seimbang dalam hal berbisnis bisa di bilang keluarga luka dan keluarga johnson sering bersaing.

Setelah mereka pergi, Luka menepuk bahu Dary. "Kau baik-baik saja?"

Dary mengangguk pelan, meski wajahnya masih menunjukkan sisa kemarahan. "Terima kasih, Kak Luka."

Luka tersenyum kecil. "Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya. Dan ngomong-ngomong, kamu kerja di sini?"

"Ya, aku bekerja di sini untuk mengisi waktu luang. Aku tidak kekurangan uang, hanya saja ini membuatku sibuk," jawab Dary.

Luka tampak berpikir sejenak. "Kalau kamu butuh uang, kamu tidak perlu bekerja di sini. Aku bisa membantumu."

Dary menggeleng. "Aku tidak butuh uang, Kak. Aku hanya ingin bekerja untuk menghabiskan waktu."

Luka tersenyum puas dengan jawaban itu. "Bagus. Aku suka sikapmu yang mandiri. Tapi, kalau kamu butuh sesuatu, kamu tahu di mana mencariku."

Setelah berbincang sebentar, Luka mengajak Dary ke rumahnya. Dary, merasa ingin menjauh sejenak dari keramaian, setuju untuk ikut.

Sesampainya di mansion milik keluarga Bratama, Dary merasa kagum melihat kemewahannya. Rumah itu jauh lebih besar daripada apa yang pernah ia lihat sebelumnya. Di depan pintu, mami Luka menyambut mereka dengan senyum hangat.

"Oh, jadi ini anak yang ingin kamu jadikan adikmu, ya?" Mami Luka memandangi Dary dari ujung kepala sampai kaki dengan tatapan penuh gemas.

Dary, yang tidak terbiasa dengan perhatian seperti itu, tersipu. "I..Iya, Tante," jawab Dary gugup.

Mami Luka tertawa kecil dan mencubit pipi Dary dengan gemas. "Oh, lucunya kamu ini. Panggil aku Mami, jangan Tante. Oke?"

"Oke, Mami," jawab Dary, masih terlihat agak canggung.

Setelah mereka masuk, Papa Luka menyambut mereka di meja makan. "Ayo, kita makan malam. Sudah lapar, kan?"

Mereka duduk bersama di meja makan yang mewah, penuh dengan makanan lezat. Meskipun awalnya canggung, Dary merasa diterima dengan hangat oleh keluarga Bratama.


Di tempat lain

di sebuah pesawat pribadi, keluarga Dawson baru saja tiba dari Jerman ke Indonesia

di mansion megah milik keluarga Dawson, yang baru saja tiba dari Jerman, suasana sibuk tengah berlangsung. Keluarga kaya itu baru saja tiba untuk mengurus bisnis besar mereka di Indonesia. Mansion mereka begitu besar, bahkan menyaingi mansion mansion keluarga kaya lainnya di negara itu.

Sang Daddy, Xander Dawson, menatap keluarganya dengan penuh kebanggaan.

“Beristirahatlah malam ini. Besok, kita akan mulai mengurus perusahaan,” ujar Xander kepada anak-anaknya dan istrinya yang duduk di sebelahnya.

Mommy Dawson, wanita anggun dengan senyum lembut, menambahkan, “Iya, sayang. Kalian semua istirahatlah di kamar masing-masing.”

Xander lalu menatap dua anak kembarnya, Alex dan Axel. “Dan kalian berdua, besok kalian akan sekolah di Dawson Highschool. Sekolah yang kita dirikan di sini.”

Alex, yang lebih dewasa di antara keduanya, mengangguk. "Ya, Dad. Kami juga merindukan teman-teman lama kami di sekolah itu." (The shadow)

Axel menambahkan, "Kami sudah tidak sabar untuk kembali ke sana."

"Baiklah," kata Xander, tersenyum. "Istirahatlah sekarang. Besok akan menjadi hari yang panjang."

Dengan semangat untuk menghadapi hari berikutnya, keluarga Dawson mempersiapkan diri untuk kembali ke kehidupan di Indonesia. Namun, tak ada yang tahu bahwa kehadiran mereka akan membawa perubahan besar bagi semua orang, termasuk Dary dan geng The Shadow.

Kembali ke Dary

Setelah makan malam bersama keluarga Bratama, Dary merasa hangat diterima oleh keluarga baru ini. Mereka semua memperlakukannya seperti keluarga sendiri, dan dia merasa sejenak bisa melupakan masalah-masalah yang melibatkan keluarga Johnson.

Namun, dia tahu di dalam hatinya bahwa masalah dengan keluarga Johnson belum selesai. Mereka pasti akan terus berusaha membawanya kembali, terutama Evelin, yang licik dan manipulatif. Tapi sekarang, dengan Luka dan keluarga Bratama di sisinya, Dary merasa sedikit lebih kuat.

VOTE VOTE VOTE YA GAYSSS 🌹🌹🌹🌹😚😞😞😞

Yang mau trakter aku boleh banget ya biar aku semangat serius deh hmmmmmm🌹🌹🌹

https://trakteer.id/d0gx2pk0rjcl7uav1ifj/tip Dukung dengan vote dan komentar nya ya kakak









Transmigrasi DaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang