Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring memenuhi ruang makan yang diisi oleh tiga orang perempuan.
"Nancy, Bunda kemarin ketemu sama teman lama. Beliau lagi buka usaha cafe baru, katanya bingung mau ngasih tanggungjawab ke siapa, karena teman Bunda itu gak punya anak yang bisa ngurusin. Kamu mau jadi penanggungjawabnya? Bunda rasa lebih baik daripada kamu suntuk di rumah seharian," ujar Bunda, membuat Nancy tampak berpikir. Terdengar menyenangkan, tapi jika ia menerimanya, waktu untuk menggambar komiknya akan berkurang.
"Bunda tau kan aku lagi dalam proses publikasi komik, takutnya nanti terlantar gitu aja," ujarnya.
Bunda mengangguk mengerti, "Ya sudah kalau begitu, nanti Bunda bilang aja kamu sibuk."
"Kak, teman aku kemarin gak percaya kalau kakak aku itu penulis komik yang dijadiin drama terbarunya Nathalia Alora, besok kakak harus nganterin aku ke sekolah, aku gak mau di cap jadi anak pembohong," tiba-tiba Cindy memotong pembicaraan ibu dan anak sulung tersebut.
Nancy terkekeh geli, "Makanya, kamu pinter-pinter di sekolah, biar pas ada fakta gini orang gak ragu dan percaya."
Cindy langsung cemberut mendengar ucapan Nancy, "Dih, memang kakak pintar?!"
"Pintar dong, lihat piala juara di kamar, bukti nyata!"
"Udah-udah, makan, itu nasinya udah dingin," lerai Bunda, diakhiri cibiran Cindy yang menjulurkan lidahnya pada Nancy yang tak mau kalah dengan memutar bola matanya.
*
"Nan, kemarin Harvey putus dari pacarnya gila, gue lihat dia diputusin di depan umum!" Riko berbicara dengan mulut baskomnya. Wajahnya yang sangar kata orang-orang itu, berubah menjadi wajah boty yang senang bergunjing jika sudah berkumpul dengan circle SMA nya.
"Apa sih anjir? Kenapa bilang ke gue coba?" Nancy melempar tepat di kepala Riko dengan sebuah botol Yakult yang sudah kosong.
Riko mencibir dan juga meletakkan ponselnya di atas meja. "Nih, lihat," laki-laki itu memutar sebuah video yang ia ambil malam itu. Di sana terlihat Harvey dan seorang perempuan tengah bertengkar di depan toko bunga, tampak si laki-laki berusaha menenangkan namun si perempuan begitu kekeuh membuat mereka menjadi santapan publik.
Tampak bayangan Harvey di video itu dipantulkan oleh mata cerah milik Nancy, memutar di kala laki-laki itu kembali membalas ucapan si perempuan.
"Iya! Gue suka sama teman SMA gue. Puas?"
Riko mematikan video tersebut dan menyimpannya kembali ke saku. "Eh, tunggu anjir, itu belum selesai!" Nancy berusaha meraihnya namun ia kalah cepat.
"Kepo ya? Ngaku aja Nan, lo masih suka kan sama dia?"
"Nggak lah, lagian gue sibuk, gak ada waktu buat suka sama cowok," lagi-lagi Nancy memberikan alasan untuk mengelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING: CUPID GAME
Fantasy"Kenapa gue baper sama karakter game sih?" Nancy Cecilia frustasi akan kisah percintaannya. Hingga kini usianya sudah menginjak dua puluh satu tahun, ia sama sekali tidak pernah didatangi oleh sang pujaan hati. Bahkan ia disebut sebagai calon perawa...