Bab 5

9.1K 15 1
                                    

Bulan berganti dan kini waktunya Mama melakukan check up ke dokter kandungan.

Karena ini weekend aku jadi bisa menemani Mama dan Papa untuk mengecek adik kicik yang semakin bertumbuh dalam rahim Mama.

Mama sebenarnya sedikit frustasi karena akhir-akhir ini fantasi gilanya tak terealisasi.

Papa yang cuek dan cenderung kaku selalu disibukkan dengan pekerjaan. Lalu Mia anaknya yang polos dan tidak ada bakat untuk menggoda.

Oleh karena itu, di kesempatan yang berharga kali ini Mama akan melancarkan aksi supaya gairah liarnya bisa tersalurkan.

Mama berencana untuk menyuap sang dokter kehamilan untuk mengatakan sesuatu tentang kehamilannya. Supaya ke depannya, permintaan gila yang keluar dari mulutnya akan selalu dituruti oleh sang suami dan putrinya.

"Pa, kayanya handphone ku ketinggalan di mobil deh... tolong ambilin dong." Ucap Mama ketika sudah di depan pintu ruang check up.

Papa mengangguk, "Mia... jagain Mama disini ya Papa ke mobil dulu."

Melihat sang suami yang sudah melangkahkan kakinya menjauhi ruang cehck up, Mama diam-diam menyeringai penuh arti.

"Astaga Mia... Mama lupa."

Mendengar ucapan kaget Mama, aku langsung menengok ke arah Mama yang sedang menepuk jidat.

"Kenapa Mama?"

Mama meringis kecil, "Ini Mama lupa kunci mobil Papa ternyata ada di tas Mama."

Aku manggut-manggut saja tanpa curiga, "Yaudah sini biar aku yang samperin Papa. Mama nunggu disini aja ya, kayanya sebentar lagi Mama bakal di panggil."

Mama menahan senyum, lalu mengangguk menyerahkan kunci mobil Papa yang tadi sempat ia curi diam-diam dari sang suami.

"Mama hati-hati ya... jangan kemana-mana loh..." Aku menatap Mama dengan pandangan mewanti-wanti.

Mama berdecak, "Iya-iya sayang... udah kamu sana ke parkiran biar nggak bolak-balik nanti Papa... kasian itu loh udah tua."

Aku terkekeh singkat lalu tanpa beban melangkahkan kaki ke arah parkiran, tanpa tahu bahwa ini adalah awal mula kehidupan bergairahnya dimulai.

Mama terkekeh melihat punggung sang anak gadis yang semakin menjauh. Lalu dengan cepat ia masuk ke ruang dokter dan mulai melancarkan aksinya sebelum kedua orang tersayangnya itu kembali.

Bertepatan dengan Mama yang berhasil menyogok sang dokter untuk membicarakan sesuatu tentang kehamilamnya, Papa dan Mia masuk ke dalam ruangsan.

"Handphone mu ngga ada di mobil sayang...

" Ucap Papa melihat Mama.

Mama yang mendengar hal itu pun sontak meringis pelan, "Hehe sorry Papa ternyata HP Mama keselip di tas."

"Kamu ini ada-ada aja." Papa hanya menggelengkan kepala lalu duduk di samping sang istri.

Aku yang juga duduk di samping Mama lalu menanyakan keadaan Mama dan calon adik ku pada dokter.

"Gimana dok kandungan Mama saya?"

"Kandungan Ibu Lana baik-baik saja. Bayinya sehat dan ukurannya juga normal. Nggak ada kekurangan zat cairan atau gizi untuk janinnya sendiri."

"Cuma mungkin lebih diperhatikan lagi ya tentang ngidamnya Bu Lana ke depannya. Karena semakin bertambah umur sang janin, kondisi fisik dan mental sang Ibu perlu diperhatikan dengan baik." Ucap dokter yang langsung aku dan Papa angguki.

"Nah, untuk ngejaga kondisi fisik, Ibu Lana bisa mulai berolahraga yang dikhususkan untuk ibu hamil serta makan-makanan yang sehat bergizi. Kalau untuk kondisi mentalnya itu tolong sekali pihak keluarga untuk selalu menuruti apa keingginan dari Ibu Lana. Dengan begitu, mood bahagia yang sedang dirasakan oleh sang ibu bisa turut dirasakan juga oleh sang janin yang sedang di kandung."

Mia Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang