Bab 3

7.4K 8 0
                                    

Saat ini aku dan Adam sedang duduk bersisian di sofa ruang tamu rumahku. Adam diminta tolong oleh kedua orang tuaku yang sedang kondangan untuk menemani anak gadisnya di rumah.

Sekarang jam 8 malam dan Mama Papa sudsh pergu kondangan sejam jam 5 sore, namun sampai sekarang tak kunjung pulang.

Aku mendengus malas memnaca chat WA Mama yang mengabarkan bahwa ia sedang pacaran dulu dengan Papa barru pulang ke rumah.

Huh...

Merasa bosan, aku melirik Adam yang sedang asik bermain game di ponselnya.

Entah setan darimana, aku seketika punya ide untuk menggoda Adam kembali dan mengajaknya berciuman.

Mumpung di rumah masih sepi dan Mama Papa belum pulang. Hehe.

"Byy aku mau cium kamu." Ucapku sambil bergelayut manja di lengan Adam.

Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, Adam adalah pacar pertama ku dari sejak SMP sampai sekarang aku sudah kelas 12 SMA.

Dulu aku kira cintaku ke Adam cuma sebatas cinta monyet anak SMP saja. Tapi, lambat laun setelah masuk SMA dan aku bertemu banyak jenis laki-laki, rasa cintaku pada Adam tidak berkurang justru bertambah.

Adam adalah tetangga komplek rumahku dan teman satu SMP, namun saat masuk SMA ini Adam tidak bersekolah di tempat yang sama denganku.

Mendengar aku yang minta cium, Adam sontak saja langsung menyodorkan pipinya ke arah ku untuk dicium.

Karena memang selama lima tahun pacaran, aku dan Adam hanya sebatas pelukan, pegangan tangan, dan cium pipi kening saja.

Tidak ada cium-cium bibir apalagi adegan grepe-grepe manja.

"Ish.... kamu mah..." Aku berdecak melihat Adam yang tidak peka. Bahkan ia saja tidak mengalihkan pandangannya dari ponsel yang di pegang.

Adam yang mendengar aku berdecak pun sontak mengangkat kepalanya dan melihat sang pacar yang sedang cemberut.

"Adudu... sayangku... jangan cemberut gitu don..." Ucapp Adam sambil menarik ku ke dalam dekapannya.

"Tau ah males... nggak peka kamu." Sebal ku sambil membuang muka.

"Nggak peka kenapa si sayang... kan kamu tadi minta cium, udah aku kasih pipi kamu malah melengos gitu."

"Ih iyaa aku emang minta cium tapi bukan di pipi byy..." Rengekku manja sambil menduselkan wajahku ke dada bidang Adam.

"Terus kalau bukan di pipi dimana sayang?" Tanya Adam sambil menatapku bingung.

"Bibir." Balasku cepat.

Adam sontak membulatkan matanya, "Kamu ngomong apa sih yang? Nggak usah aneh-aneh."

"Kamu jahat. Kamu nggak cinta ya sama aku."

Adam menghela nafas kasar mendengar ucapanku.

"Nggak usah ngomong aneh-aneh Mia. Siapa yang bilang kalau aku nggak cinta sama kamu."

"Temen-temen ku."

Adam menatapku bingung, "Maksudnya gimana?"

"Temen-temenku bilang kalau kamu bisa aja nggak cinta sama aku. Karena kita udah pacaran lima tahun tapi belum pernah ngapa-ngapain."

"Siapa yang bilang gitu? Kita selalu jalan bareng kok dibilang nggak ngapa-ngapain sih yang..."

Aku semakin berdecak dengan wajah sedih, "Bukan itu maksudku yang..."

"Terus apa sayang?"

"Kata temenku kita udah pacaran lima tahun dan itu waktu yang lama. Tapi kita sama sekali nggak pernah ciuman bibir. Nata yang bahkan baru pacaran setengah tahun aja udah dicoblos sama pacarnya." Ucapku sedikit emosional.

Mia Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang