Seokjin 🩷

220 25 0
                                    

.
.
.
.

🩷🩷🩷🩷🩷

.
.
.
.








Dari tadi Jimin hanya duduk diam sambil memandangi suami pertamanya yang sibuk mondar-mandir didapur, disapa tidak dijawab, dipeluk malah dilepasin pelukannya. Jimin jadi sebal. Akhirnya dirinya hanya duduk di sofa didekat dapur.

Kim Seokjin seorang chef, dia punya usaha restoran bintang 5 miliknya sendiri. Ia juga punya jadwalnya untuk datang ke restorannya, ia akan bergantian dengan pegawainya yang lain. Karena Seokjin punya tugas melayani segala makanan Jimin. Pokoknya ia akan menyuguhkan hal2 istimewa untuk Jimin. Jimin tak boleh masak dan masuk ke dapur. Pokoknya hanya terima beres dihidupnya. Tapi hari ini ada yang aneh dengan seorang Seokjin yang dikenal suka meratukan Jimin tiba-tiba jadi dingin tanpa alasan.

Jimin berfikir apakah ada yang salah pada dirinya? Padahal seingatnya ia sudah mematuhi apa2 saja perintah dan larangan dari Seokjin. Jimin itu anak yang super penurut padahal.
Disini Jimin masih sibuk meneliti punggung lebar itu tapi lama-lama Jimin ngantuk juga karena bosan. Niatnya tadi mau minta kue pir tapi gak kesampaian karena suaminya sibuk sendiri.




.


Awal mula pertemuan mereka adalah ketika sang mama dan papanya membawa Jimin dinner direstoran mewah. Mereka memilih ruang VIP. Tentu mereka sudah booking duluan. Jimin hanya ngikut saja, dia juga sudah biasa diajak makan di room privat karena oramg tuanya takut anaknya terganggu oleh sekitar.

Jimin duduk diantara kedua orangtuanya. Dia duduk anteng sambil menunggu para pelayan membawakan makanan mereka. Jimin penasaran dengan restoran ini, karena kata mamanya ini restoran baru buka dan punya cabang lain di Australia.

"Jimina, lepaskan kacamata mu" Ucap mamanya.

"Tapi Jimin gak bisa lihat ma, nanti makannya gimana?" Tanya Jimin.

"Biar nanti disuapi"

Jimin memang memiliki mata minus parah sejak lahir apalagi semakin tahun rasanya minusnya selalu bertambah hingga ketebalan kacamatanya setara dengan kacamata kakek2.

Jika Jimin melepas kacamatanya yang terlihat hanya seperti berembun dipelupuk matanya, sungguh sangat mengganggunya. Padahal diusia Jimin yang masih 17 tahun ini adalah masa aktif2nya remaja mengekspresikan diri, tapi malah terhalang oleh pengelihatannya. Membuatnya hanya bisa beraktivitas seputaran kamar dan sekolah, paling banter jalan ke perpus sekolahnya karena sudah hafal jalan, sisanya dia memilih untuk tidak mendatangi tempat2 lain. Takut jatuh.

"Gapapa sayang, nanti abis ini kita bisa operasi mata agar matamu bisa lihat normal."

Jimin hanya mengangguk, ia melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja makan. Ia hanya duduk saja sambil mendengar mama papanya yang semula hanya ngobrol sendiri hingga terdegar suara asing ikut nimbrung dalam obrolan. Jimin tak tau apakah ada orang lain yang ikut nimbrung disana. Jimin pikir mamanya janjian dengan teman2nya, secara mamanya adalah sosialita. Karena memang matanya tidak keliahatan apapun saat ini jadi Jimin hanya diam.

Jimin mendengar suara kursi sebelahnya sedikit bergeser, tempat dimana papanya duduk, mungkin beliau mau ambil sesuatu pikir Jimin.

Hingga terdengar suara dentingan piring dan sendok beradu, berarti menandakan semua makanan telah dihidangkan dan siap untuk disantap.

"Buka mulutmu"  Suara papanya terdengar agak jauh dari Jimin. Tapi Jimin tetap membuka mulutnya, dan makanan pun masuk sempurna kedalam mulutnya. Jimin menaikkan alisnya dan tersenyum, ia merasakan makanan itu sangat enak.

6 SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang