Setelah transaksi selesai tanpa kendala, Rion memberikan isyarat kepada Riji dan Gin untuk berpisah. Keduanya mengangguk paham, meninggalkan Rion dengan langkah cepat namun tenang.
Rion sebaliknya, memilih untuk tidak langsung pergi. Malam ini terasa lebih panjang dari biasanya, dan ia butuh waktu untuk merenung sejenak.
Tanpa terburu-buru, Rion melangkah menuju lounge bar yang terletak di sudut kasino. Tempat itu jauh lebih tenang daripada lantai utama kasino, seolah terisolasi dari hiruk-pikuk dan keramaian.
Cahaya temaram dari lampu gantung yang redup menciptakan suasana nyaman, dengan sofa-sofa empuk berwarna gelap yang menyerap setiap bunyi langkah, memberikan kesan privasi dan ketenangan.
Rion memilih sebuah meja di sudut ruangan, duduk di sofa yang terlihat paling nyaman. Tubuhnya tenggelam sedikit dalam empuknya sofa, dan ia bersandar dengan rasa lega.
Tak lama, seorang pelayan datang menghampirinya, dengan senyum profesional, mencatat pesanan Rion.
"Tequila." ucap Rion singkat, dan pelayan itu mengangguk cepat sebelum bergegas pergi.
Tak lama kemudian, gelas kaca kecil berisi tequila disajikan di hadapan Rion. Dia meraih gelas itu, mengamatinya sejenak sebelum menyesapnya perlahan.
Cairan itu menyeruak di langit-langit mulutnya dengan rasa yang tajam dan hangat. Ada sensasi panas yang langsung menyebar, seakan membakar tenggorokan dengan lembut.
Rasa yang khas, sedikit pedas dengan sentuhan rempah, bercampur dengan aroma jeruk yang samar. Sederhana, namun keras, seperti caranya menjalani hidup.
Setiap tetesnya memberikan rasa pahit di ujung, tapi justru itulah yang dicari oleh seseorang seperti Rion. Itu adalah minuman yang tegas, tanpa basa-basi, seperti dirinya.
Dia bersandar lebih dalam pada sofa, membiarkan dirinya tenggelam dalam kenyamanan yang jarang ia rasakan. Tangannya bergerak perlahan, melonggarkan dasi yang sedari tadi mengikat rapat lehernya.
Nafasnya lebih ringan ketika simpul dasi itu terlepas, memberi ruang untuk udara segar masuk. Rion jarang memiliki momen seperti ini, momen di mana ia bisa duduk sendiri, berpikir, tanpa beban dari dunia luar yang selalu penuh intrik dan bahaya.
Dengan tenang, Rion kembali memandang sekeliling lounge bar yang cukup tenang, membiarkan pikirannya sejenak menjauh dari bisnis keluarga Noir yang tak pernah berhenti.
Di sini, dengan segelas tequila dan suasana sunyi, ia bisa melarikan diri dari realita, meski hanya untuk beberapa menit.
Malam semakin larut, dan suasana kasino masih dipenuhi dengan hiruk-pikuk dan kebisingan para penjudi yang asik menikmati permainan.
Rion menatap dengan lelah pada keramaian itu sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan lounge bar. Tequila yang baru saja diminumnya memberi kehangatan di tubuhnya, tetapi kepalanya sudah cukup penuh dengan berbagai pikiran.
Saat ia melangkah melewati lantai utama kasino, ingatannya melayang kembali kepada seorang lelaki muda berambut merah yang tadi menarik perhatiannya.
Pemuda itu, yang tampak terlalu muda untuk berbaur di dunia perjudian, memiliki aura yang berbeda, sebuah ketenangan yang mencolok di tengah keriuhan.
Rion merasa tertarik, bukan hanya karena penampilan pemuda itu, tetapi juga karena cara dia bermain. Ada sesuatu yang menjanjikan dalam dirinya, sesuatu yang membuat Rion ingin tahu lebih jauh.
Matanya beredar cepat, mencari sosok itu di antara kerumunan. Setiap langkahnya penuh dengan tujuan, dan ketika akhirnya dia berhasil menemukan pemuda berambut merah itu, jantungnya berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adored Heir. [RionCaine]
Teen FictionPertemuan yang tidak terduga di sebuah ruang hampa yang menyesakkan, menyatukan dua insan sama ke dalam titik euforia yang sulit dihentikan.