PROLOG

18 10 0
                                    

Bandung, 6 Mei 2008

"Ayah malu punya anak kaya kamu."

Pukulan dan tamparan mendarat dipipi anak berusia dua belas tahun kala itu. Angka 78 tergeletak di suatu lembaran kertas. Ya, itu nilai ujian semester Aldrin.

"Maaf, ayah." ucap Aldrin sambil menundukkan kepalanya.

Lagi dan lagi, ia mendapat pukulan yang keras.

"Sejak kelas satu kamu mendapat nilai yang maksimal, Frankie Ergino Aldrin. Tetapi kenapa saat mau kelulusan nilai kamu turun?" marah sang ayah─Frankie Erigo Robert pria berusia 37 tahun yang sedang mencaci maki anaknya itu.

Anggi Thalia Veronica─wanita lemah lembut nan baik hati segera menghampiri suami dan anak semata wayangnya itu dan melerai pertengkaran yang terjadi diantara mereka.

"Sudah, Robert, nilai hanyalah angka. Aldrin bisa berusaha lebih baik lagi. Kita sebagai orang tua seharusnya mensupport anak kita." ucap Anggi. Wanita itu memang dilahirkan untuk menjadi malaikat bagi Aldrin.

"Hanya angka katamu Anggi?" bentak Robert. "Dia dari kecil nilai ulangannya selalu sembilan sampai sepuluh. Kenapa sekarang turun?"

Anggi menarik dan menghembuskan napasnya. "Yasudah, ini baru hari pertama. Semoga besok dan kedepannya Aldrin memulihkan nilainya kembali." ucapnya sambil mengelus rambut anak laki-lakinya itu.

Anggi membantu Aldrin berdiri dan mengajaknya ke kamar untuk berbicara dari hati kehati mengapa nilainya bisa turun.

"Anggi, kamu terlalu lembut jadi orang tua. Aldrin sudah remaja. Sudah seharusnya dikasari. Masa mau dimanja terus, kaya anak kelas satu aja. Dia ini udah kelas enam dan sebentar lagi kelulusan."

Anggi tetap sabar dan hanya membalas perkataan suaminya itu dengan senyuman manis.

***

"Aldrin, kenapa nilai kamu bisa turun banget, sayang?" tanya Anggi lembut di kamar.

"Maaf, Aldrin kurang belajar maksimal kemarin, bunda." jawab Aldrin pelan. Ia masih tidak mau menatap bundanya itu.

"Yasudah, berarti besok Aldrin harus belajar lebih maksimal lagi ya? Bunda doain supaya nilainya selalu bagus." dukungan dari bunda selalu membuat Aldrin percaya dengan dirinya.

Anggi mengusap air mata cowok didepannya. "Mana yang sakit? Biar bunda obatin."

Aldrin menunjuk bagian tubuhnya yang terasa sakit karena dipukul ayahnya. Dengan penuh ketulusan, Anggi mengobati lukanya.

[Aldrin Series] MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang