BAB 2

14 9 0
                                    

Sepasang suami istri itu sudah sampai di sekolah anak semata wayangnya. Robert memasang wajah yang sangat datar dan kaku, sedangkan Anggi menunjukkan wajah bahwa ia hanya sedikit cemas dan baik-baik saja.

Sampailah mereka di ruang wali kelas Aldrin, Bu Tiara. Tiara menyuruh Anggi dan Robert untuk duduk dikursi yang sudah disiapkan.

"Ibu Anggi, Bapak Robert, saya hanya ingin bicara dari hati ke hati." ujar Tiara.

"Ya, langsung aja, Bu." ucap Robert datar.

"Aldrin sudah bersekolah di SMA TRISAKTI hampir 3 tahun lamanya. Yang saya tau, dari SD sampai SMP, Aldrin tidak pernah senakal ini." ucap Tiara dengan nada yang santai.

"Tetapi kenapa, saat masuk SMA, perubahan terjadi cukup drastis. Sangat meningkat dibandingkan sebelumnya."

"Sejujurnya saya sering memperhatikan tingkah laku Aldrin dikelas. Baik sering tidur, sering mengobrol sama teman sebangkunya."

Anggi menelan ludahnya. Tak tahan lagi, ia ingin mengeluarkan air matanya. Putra satu-satunya itu, sudah berubah dan sudah tidak dikenal anak baik.

"Memangnya, Aldrin dirumah bagaimana, Bu, Pak?" tanya Tiara terhadap orang tua Aldrin.

"Ya gitu, Bu. Saya gak tau-tau banget karena saya kerja. Yang saya tau, istri saya ini loh yang dari dulu gapernah marah sama Aldrin. Bahkan anaknya salah aja dia masih tetep ngebela. Mungkin Aldrin terbiasa dimanja sampe berlaku seenaknya." sindir Robert sambil melirik-lirik Anggi.

Sesuatu mengganjal dihati Anggi. Entah bagaimana, suaminya tega berkata seperti itu. Seolah ia tidak becus mengurus anak.

***

Pertemuan orang tua Aldrin dengan wali kelasnya telah usai. Anggi tidak bicara sepatah kata pun setelah apa yang diucap suaminya tadi.

"Tuh, kenapa selalu gini, Nggi? Kapan mau berubahnya? Gak anak, gak istri, malu-maluin saya aja." ejek Robert didepan banyaknya murid-murid.

Anggi tetap diam sambil berjalan menuju parkiran. Ia berusaha menghiraukan ejekan-ejekan dari pria disampingnya.

"Sekarang Aldrin dimana, Nggi?" tanya Robert.

Anggi menghentikan langkahnya dan menatap Robert, "Saat ini aja kamu tanya keberadaan anak kamu?"

"Loh? Selama ini saya selalu peduli sama Aldrin. Kamu yang jadi ibu ga becus. Sampe Aldrin muak sama kamu." jawab Robert cetus.

"Ayah, Bunda." panggil sang anak yang sangat mereka cintai.

"Ayah sama Bunda ngapain di sekolah?" tanya Aldrin yang baru saja sampai.

"Kamu dateng pagi-pagi buat apa, Al? Jam 9 kamu baru sampe sekolah?" tanya Anggi dengan nada sedikit tinggi. Inilah nada tertinggi yang pernah Anggi lontarkan ke anaknya.

"Aku cuma mau hidup bebas, Bun." jawabnya.

"Tapi ini kelewatan, Aldrin. Kenapa kamu sekacau ini sekarang? Dari dulu bunda selalu bersikap sabar sama kamu." Anggi tak tahan atas marahnya.

Robert hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat putranya itu. Ia sebetulnya juga sangat kaget dengan perubahan putranya.

"Yasudah. Kamu masuk sekolah saja dulu. Nanti kita bahas bersama." celetuk Anggi. Ia dengan gampangnya mengakhiri pertengkaran itu. Anggi dikenal orang yang tidak mau ambil pusing sejak dulu.

"Saya capek sama kamu, Anggi." gerutu Robert.

"Loh? Aku juga capek. Kamu selalu nyakitin anak kita." Anggi membalas.

Tanpa disadari, cowok dengan gaya rambut two block itu mendengarkan percakapan orang tuanya di parkiran.

"Gua udah senakal itu, ya?" batin Aldrin.

"Padahal dulu gua ga gini."

Perlahan, ia mulai menyadari perubahan yang terjadi didirinya.

"Kasian bunda, bunda sayang banget sama gua sampe harus dimarahin terus sama ayah." ujar Aldrin.

Butiran air mata mengalir selang beberapa detik. Aldrin melihat orang tua nya yang setiap hari bertengkar dan melihat dirinya sendiri yang sudah sangat berbeda.

[Aldrin Series] MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang