07

395 67 1
                                    

Ini hanya fiksi jangan menyamakan cerita ini dengan kehidupan mereka.

Tekan tombol bintangnya jangan jadi pembaca gelap.

••••••••••••

Christy kini sudah pulang, ah dia keasikan bermain dengan Freya sampai lupa waktu.

"Cuman dia, cuman Freya yang ada disaat gue kayak gini."gumam Christy kemudian membuka pintu.

Prangg

Christy meringis kesakitan saat gelas itu mengenai dahinya dan pecah.

"Dari mana kamu ah?!"bentak Shani.

Christy menggelengkan kepalanya saat penglihatan nya mulai buram. "M-maaf ci."

"Cuman kata itu yang bisa kamu ucapkan? Saya muak mendengar itu. Masuk kekamar."titah Shani.

Christy berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya, dia memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Sakit banget tuhan."lirih nya.

Zee menghela nafasnya menatap saudari kembarnya tampak kesakitan, entah kenapa ada rasa sakit yang juga dia rasa melihat kembarannya kesakitan.

Mengambil sebuah kotak plaster dari laci mejanya Zee berjalan mengendap-endap memasuki kamar Christy.

Zee mengintip dari balik pintu, saat sudah dipastikan adeknya itu sudah tertidur Zee kemudian masuk ke kamarnya.

"Cepat sembuh, maaf."hanya itu yang Zee dapat katakan, meletakkan kotak plaster itu dimeja dekat kasur kemudian melangkah kakinya keluar dari kamar Christy.

••••••••••

Pagi kini tiba, chirsty mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk, setelah mengumpulkan nyawa Christy menatap kearah samping, tangannya meraih sebuah kotak plaster yang ada disana.

"Ini dari siapa?"ucapnya bermonolog.

Tidak ingin memikirkan itu Christy beranjak dari kasurnya dan berjalan memasuki kamar mandi.

Christy menatap dirinya di kaca wastafel. "Luka nya udah kering, udahlah pakai plaster aja, kalau si Freyana lihat pasti bakal ngomel."ucap Christy.

Setelah selesai dengan ritual paginya, Christy turun berniat untuk ikut sarapan dengan kakanya.

"Mau ngapain kamu disini?"tanya Chika saat melihat Christy ikut duduk dimeja makan.

"Sarapan kak."

"Siapa yang nyuruh? Udah sana langsung berangkat aja."ucap Chika.

Suara derap langkah membuat Christy menunduk, Shani melirik kearah Chika dan Zee. "Kenapa dia ada disini?"

"Maaf ci, aku berangkat."setelah mengatakan hal itu Christy berlalu pergi dari sana.

"Ini berlebihan gak sih ci?"tanya Zee, jujur menurutnya ini terlalu berlebihan, biar bagaimanapun Christy adalah bagian dari keluarga mereka.

"Gak."Zee menghela nafasnya mendengar jawaban singkat dari Shani.

••••••••••

Christy menatap heran teman-temannya yang tampaknya sedang membicarakan sesuatu.

"Gue udah lihat tadi diruang guru, murid nya ganteng."

Oke tampaknya Christy tau apa yang jadi topik pembicaraan pagi ini, murid baru, tapi seberapa ganteng murid baru itu? Sampai semua orang kagum padanya.

"Makin penasaran."gumam Christy.

"Christy..."Christy menoleh kearah sumber suara.

Freya berlari menghampiri Christy. "Lo udah tau?"tanya nya.

"Tau apa?"tanya Christy balik.

"Ya elah, tentang mubar itu."Christy ber oh.

"Lo udah lihat mukanya?"tanya Christy.

"Udah, ganteng cok."

Seganteng apapun itu Christy tidak akan tertarik, dia hanya tertarik kepada cowok yang....

"Lihat, udah lumpuh masih aja Dateng kesekolah."Christy menatap cowok yang duduk dikursi roda.

Cowok itu tidak mendengar ucapan para siswa itu dia terus mendorong kursi rodanya.

"Gue bantu dorong."Freya menatap heran Christy yang membantu cowok itu mendorong kursi rodanya.

"Makasih ya."ucap cowok itu saat sudah tiba didepan kelas.

"Iya sama-sama."

"Lo Christy kan?"tanya cowok itu, Christy menganggukkan kepalanya.

"Gue Floren salam kenal."Christy mengangguk.

"Gue pergi dulu ya."setelah mengatakan hal itu Christy berlalu pergi dari sana.

Freya yang berada dibelakang memperhatikan keduanya hanya terdiam. "Dia teman lo?"tanya Floren.

"Ah?"

"Cewek bego."timpal Floren.

Freya menatap sinis Floren kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana.

"Aneh."gumam Floren.

•••••••••••



Goodbye' Freyana || FrechrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang