13

301 54 1
                                    

Ini hanya fiksi jangan menyamakan cerita ini dengan kehidupan mereka.

Tekan tombol bintangnya jangan jadi pembaca gelap.

••••••••••

[HAPPY READING]

"Pagi Angelina Christy." Sapa Freya menaruh tasnya dimeja dan duduk di bangkunya.

"Ehm, pagi."

Brakk..
Bugh..

Ini masih pagi dan apa ini? Sudah ada perundungan terjadi lagi.

Christy menatap kesal kearah pintu kelas, ah dia benar yang merundung adalah anak kelas sebelah.

"S-sakit tolong lepas Zean." Freya yang awalnya fokus ke benda pipihnya kemudian mengambil buku tebal miliknya dan melemparnya kearah pintu.

"Sialan lo!" Freya mengangkat alisnya dan menatap Zean dengan muka tengilnya.

"Cowok kok kasar sama cewek, banci huh." Christy tertawa mendengar ucapan Freya.

Bugh....

"Argh..."

"Berhenti brengsek." Freya berjalan kearah pintu dan mendorong tubuh Zean, sementara Christy membantu gadis yang sedang menjadi korban Zean.

"Lo gak papa sha?" Marsha mengibaskan tangan kanannya guna menghilangkan rasa sakit.

"Ini luka kita ke uks aja mau?" Marsha menggeleng menolak ajakan Christy.

Zean mending tubuh Freya dan menatap gadis karamel itu tajam. "Gue gak ada urusan sama lo." ucap zean sambil mendorong bahu Freya mengunakan jari telunjuknya.

"Dan apa gue diam aja ngeliat teman gue dibully sama lo?" Freya menjinjitkan kakinya dan menatap mata Zean.

"Lo gak lebih dari seorang pecundang." Freya tersenyum miring dan menjauh dari Zean.

Christy mengambil sapu tangan miliknya dan mulai membalut tangan Marsha.

"Ck.... Lihat aja lo." Setelah mengatakan hal itu Zean pergi dari sana.

"Jangan diam aja sha, kalau lo terus-terusan kayak gini yang ada dia makin semena-mena sama lo." Tutur Christy.

"Gue gak bisa berbuat apa-apa Chris
" Lirih Marsha, mau melawan pun susah, Marsha tidak punya tenaga untuk melawan orang-orang yang telah membully nya.

"Kita ada, mulai hari ini kita teman." ucap Freya sambil merangkul Marsha dan Christy.

"Teman?" Beo Marsha. Freya tertawa, lucu jika Marsha sudah memasang wajah bingung nya. Rasanya Freya ingin mengigit pipi gembul itu.

"Lucu banget sih lo, iya teman." Christy tersenyum, gak papa kali nambah teman satu? Lagian kalau dia sering-sering bermain dengan Freya Christy takut sifat gila Freya menular padanya, makanya Christy membutuhkan teman kayak Marsha, mungkin saja sifat Marsha normal, gak kayak Freya? Mungkin.

"Sahabat." Timpal Christy.

"Kalian serius?" Lagi dan lagi Freya tertawa. Mengacak gemas rambut Marsha dan kembali merangkulnya.

"Benar lah, buat apa kita bohong?"

Marsha tersenyum menampilkan gigi gingsulnya. "Makasih."












•••••••••••••

"Kamu kenapa sih Chiko?" Saat ini Zee sungguh dibuat bingung dengan sifat Chiko. Kekasihnya itu.

Bagaimana tidak? Sedari pagi Chiko hanya mendiaminya, ditanya juga cowok itu hanya menjawab tidak, bahkan sepertinya cowok basket itu tampak cuek dengan Zee.

"Gak papa Azizi, udah berapa kali aku bilang?" ucap Chiko dengan nada sedikit meninggi.

"Tapi kamu aneh Chiko, gak biasanya kamu cuekin aku kayak gini, kamu kenapa sih sebenernya? Kamu bisa kok cerita sama aku." Chiko mengacak rambutnya kasar.

"Aku ada salah?" Chiko meraup wajahnya, menatap sekeliling dia sepertinya sedang mengalihkan tatapan mata Zee.

"Chiko-"

"Siapa cowok kemarin? Kamu kenapa kenal banget sama dia?" Oh, Azizi paham kenapa Chiko mencueki nya hari ini, rupanya masalah kemarin tentang Marven yang ada didepan rumahnya.

"Dia teman ci Shani, mungkin dia kerumah mau ketemu Cici, itu aja."

"Tapi cara dia natap kamu itu beda Zee, dia.....dia kayak suka sama kamu." ucap Chiko dengan memelankan suaranya diakhir kalimat.

Zee terdiam, dia mengingat perkataan Marven saat dirinya datang ke rumah menemuinya beberapa tahun yang lalu.

"Kakak ganteng gak?" Azizi kecil mengangguk dalam gendongan Marven.

"Mau jadi istri kakak gak?" Azizi hanya diam dengan wajah polosnya.

"Istri itu apa kak?"

"Ah, kamu gak perlu tau sekarang, intinya kakak nanti mau jadi suami kamu."

"Kapan kak?" Marven tersenyum.

"Kalau Azizi nanti udah besar, nanti kita bakal nikah terus bahagia deh." Azizi kecil tampaknya bingung dengan apa yang dikatakan Marven.

"Bingung ya? Kamu hanya perlu tau kalau kakak suka sama kamu, kakak cinta sama kamu Zee, dan kakak bakal nunggu kamu cukup umur untuk pacaran, dan kita bakal jadian."

"Pacaran itu kayak ci Shani sama kak vino ya?"

Marven mengangguk. "Iya."

Zee benar-benar bingung sekarang, apa yang dikatakan Marven pada saat itu beneran? Atau cuman sebuah candaan? Sudah lah Zee tidak mau memikirkan itu lagian bukankah kejadian itu sudah lama? Mungkin Marven sendiri pasti sudah lupa. Azizi juga yakin bahwa Marven sudah mempunyai kekasih, sebab umur cowok itu sama dengan Cici nya dan gadis mana yang tidak tertarik dengan Marven? Marven mempunyai wajah yang sangat tampan, siapapun gadis yang menjadi pasangannya kelak dia adalah gadis yang paling beruntung.

•••••••••

Typo bertebaran dimana-mana, harap maklum aku masih pemula.

Tekan tombol bintangnya jangan jadi pembaca gelap.



Goodbye' Freyana || FrechrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang