3. RA HA SIA

0 0 0
                                    

“KAK ALDEENN!”

Teriakan Syila dengan suara melengkingnya sukses membuat semua murid yang tengah hilir mudik di sekitarnya menatap dengan berbagai ekspresi.

Sementara cowok jangkung yang tengah berjalan santai di tengah lapangan menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

Cowok itu tersenyum membuat orang lain yang melihatnya memekik kegirangan. Senyumnya mengalihkan dunia.

'Wih siapa tuh cowok?'

Syila menghampiri cowok yang tadi di panggil 'kak Alden'.

"Ini beneran kak Al?" tanya Syila memastikan dan sudah berdiri di hadapan Alden.

"Kamu kira siapa, hm?" tanya balik Alden dengan tersenyum sembari mengacak rambut Syila.

"Kebiasaan tiap ketemu Syila yang di sambut duluan pasti rambut Syila," kesalnya membuat Alden terkekeh geli melihat Syila yang mengerucutkan bibirnya dengan lucu.

"Kak Alden sekarang beda bengat. Makin tinggi Syila susah pegang rambutnya," gerutu Syila. Pasalnya tinggi badan Syila hanya sedada Alden.

"Kamu aja yang nggak tumbuh dari dulu. Udah SMA kok kaya anak SD?" ledek Alden yang semakin terkekeh geli.

Inilah yang membuat Alden rindu akan tanah kelahiran. Si gadis mungil di hadapannya ini yang selalu mewarnai harinya. Lima tahun tanpa kehadiran Syila membuat rindu itu semakin membumbung tinggi dan sekarang terbayar sudah saat melihat gadis ini.

Wajah polos nan lucu yang selalu ekspresif, tubuh mungil yang sangat lincah, suara melengking memekakan telinga siap merecoki dan mewarnai lembaran hidup Alden kedepannya. Semoga.

"Nggak apa-apa mungil, yang penting cantik," ujar Syila percaya diri.

"Siapa yang bilang kamu cantik?"

"Banyaklah. Banyak banget malahan. Bunda bilang Syila cantik, Ayah juga, kak Rico, bang Danar, guru-guru, cowok disini juga pada bilang Syila cantik kok. Malah Syila berasa ngartis banget banyak yang ngirimin Syila surat cinta," jelas Syila yang lebih terkesan pamer.

Alden mengangguk-anggukan kepala seolah percaya.

Sebenarnya Alden juga sependapat dengan orang lain, bahwa Syila memang benar-benar cantik pake banget. Tapi mana mau Alden berterus terang? Yang ada Syila semakin besar kepala karena pujiannya.

Alden lantas kembali berjalan diikuti Syila di sampingnya yang terus berbicara tanpa henti. Menanyakan ini itu.

"Tunggu deh____" Syila menghentikan langkah Alden dengan mencekal tangannya saat Alden akan memasuki kelas Abel. Sementara sahabat Syila satu itu tengah duduk santai. Lebih tepatnya berusaha tetap santai terkesan cuek ditengah riuhnya teriakan teman-temannya saat melihat kedatangan Alden.

Tapi percayalah detak jantung Abel kian berpacu lebih cepat saat ekor matanya berhasil menangkap objek sang pujaan hati. Ya, Abel sudah lama menyimpan perasaan ini.

"Kak Alden emang udah tau kelasnya dimana?" Alden mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Syila.

"Kok bisa? Siapa yang kasih tau? Kan belum ketemu sama gurunya, Kak Alden jangan sok teu deh. Ini kan hari pertama masuk?" ungkap Syila terus memborbardir Alden dengan berbagai pertanyaan.

Alden menghadap Syila sepenuhnya sebelum menjawab, "Kakak udah tau kelasnya dimana, wali kelasnya siapa, dan paling penting kamu nggak perlu tau soal semua itu. Karena itu RA-HA-SIA"

Syila menghentakan kakinya kesal.

"Oke sekarang kak Alden main rahasia-rahasiaan sama Syila. Syila juga punya rahasia tentang cowok yang lagi Syila suka...."

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang