05. Welcome home, Abang!

432 66 8
                                    

"Sejauh apapun kaki melangkah, sebuah rumah tetap akan menjadi tempat ternyaman untuk singgah."

-Antoni Nugraha-







•••








Genap seminggu Antoni menetap sebagai pasien rumah sakit, akhirnya setelah mendapat pemeriksaan ulang dan kondisinya membaik. Ia diizinkan untuk pulang.

"Seneng banget ya, bisa pulang?" Rivan ikut tersenyum saat melihat Antoni terlihat begitu antusias saat memandangi pemandangan diluar kaca mobil, dan tidak lama setelah ia bertanya. Laki-laki itu menoleh kearahnya.

Antoni mengulas senyum seraya mengangguk."Iya dong, soalnya gak betah tinggal dirumah sakit lama-lama."

Tangan Rivan lantas terangkat dan mengusak lembut surai tebal Antoni."Tapi kalau udah sampai dirumah nanti, harus jaga kesehatan. Ngerti?"

"Iya, kak. Aku bukan anak kecil yang gak tahu peraturan, aku pasti bakalan hati-hati kok!" ujar Antoni penuh semangat.

Mandala yang bertugas menjadi sopir tergelak mendengar perkataan Antoni barusan, ia melirik kearah spion dalam mobil yang memperlihatkan wajah Antoni. Meskipun adiknya itu terlihat dewasa dengan fitur wajah yang tegas, tetapi bagi Mandala. Laki-laki itu masih terlihat sama, menggemaskan. Apalagi jika sang adik tersenyum lebar dan matanya tenggelam.

"Eh, mas Manda sama kak Rivan udah nikah?" tanya Antoni tiba-tiba.

"Kenapa nanya kayak gitu?" Mandala jelas bingung.

"Ya soalnya mas Manda sama kak Rivan udah tua." jawab Antoni polos, hal itu mengundang gelak tawa dari kedua kakaknya. Ia mengernyit bingung, sepertinya tidak ada yang lucu."Tapi kan kalian emang udah tua, aku aja tahun ini udah masuk 28."

"Kalau mas sih belum ada rencana nikah, gak tau tuh sama Rivan." Mandala melirik Rivan yang duduk disebelah Antoni melalui kaca spion."Kamu kan lagi deket sama dokter gigi yang namanya siapa itu... emm, dokter Nina. Iya, pacar Rivan itu namanya Nina. Minta kakakmu buat ngenalin pacarnya, Ton."

"Apasih, mas!" raut wajah Rivan berubah sewot."Aku sama dia tuh gak pacaran!"

"Hts, kan?" Mandala terkekeh ringan."Suka banget digantung sih, Van."

"Bukan aku yang digantung, tapi aku yang emang belum mau diajak pacaran sama dia."

Jawaban Rivan sontak membuat Antoni melirik tajam kearah laki-laki itu."Kamu red flag juga ya, kak?"

"Eh? Gak gitu!" sanggah Rivan, sungguh dia tidak bermaksud menjadi pria brengsek karena tidak memberi kepastian pada wanita yang selama ini mencoba meraih hatinya."Perasaan gak bisa dipaksa, Ton. Ya meskipun dia emang tipe aku banget, tapi hati ini belum menemui perasaan gejolak persis kayak orang lagi jatuh cinta. Aku sendiri juga gak ngerti kenapa."

"Yaudah kak Rivan tolak dia, jangan sampai dia masih berharap sama kamu." saran Antoni, tetapi Rivan menggeleng.

"Gak, Ton. Aku gak bisa melepas dia gitu aja, takutnya kalau dilepas terus akunya terlanjur jatuh cinta."

Kali ini Antoni tertawa keras, menertawakan keteguhan yang tak seberapa pada hati Rivan setelah mendengar kisah singkat asmara laki-laki itu. Saking keras tawanya, Mandala sampai menoleh kebelakang.

"Kenapa toh, Ton? Ada yang lucu?" tanya Mandala bingung, dan Antoni mengangguk.

"Emang apa yang lucu?" Rivan ikutan bertanya.

"Kak Rivan." jawab Antoni setelah berhenti tertawa."Maaf, kak. Aku gak bermaksud menentang atau menggurui kakak, soalnya aku sendiri pun gak terlalu paham sama yang namanya perasaan. Tapi, kak. Menurut pandangan aku, kamu itu goblok."

Kembali Pulang [ Lee Jeno ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang