Part 34 - Hairdryer

1.2K 78 0
                                    

Karena ucapan Shaka, Ratih tidak bisa menikmati makan malamnya dengan baik. Perasaan cemas dan waswas akan melewati malam yang seperti apa terus memenuhi benak Ratih.

Makan malam berlalu begitu saja. Ratih sendiri bahkan tidak ingat apa yang sudah ia bahas bersama Shanaya. Jantungnya berdebar kian kencang setiap melihat isi piring Shaka dan Shanaya yang berkurang.

"Biar aku saja." Ucap Lasma saat Ratih hendak membereskan meja bekas makan mereka. Ratih memandang wanita itu seolah meminta ijin untuk membereskan semuanya namun Lasma menggelengkan kepala. "Tidak ada gunanya mengulur waktu. Pada akhirnya kamu tahu kamu akan berakhir dimana." Ucapnya dengan senyum tipis di wajahnya.

Menarik napas panjang dan berusaha menahan tangis, Ratih berjalan masuk ke kamar Shanaya dimana disana Shaka sudah duduk di tepi tempat tidur sementara Shanaya sudah berbungkus selimut karakter kartunnya.

"Selamat tidur." Ucap gadis cilik itu tanpa menuntut Ratih untuk melakukan apapun seperti membaca atau yang lainnya. Padahal Ratih sangat ingin mengulur waktu.

"Selamat malam. Tidur yang nyenyak." Ucap Shaka seraya mengecup dahi putrinya.

"Selamat malam kak Ratih. Besok kita main lagi." Ucap Shanaya antusias, berbeda dengan Ratih yang belum apa-apa sudah merasa tak berdaya.

"Selamat malam, Nona. Mimpi yang indah." Ucap Ratih dan saat ia melihat Shaka berdiri dari duduknya, tubuhnya seketika menegang.

Shaka berdiri tepat di depan Ratih dan berkata "Ikuti aku." Dengan nada yang mungkin hanya bisa Ratih dengar.

Ratih berjalan dua langkah di belakang Shaka. Pria itu membuka pintu kamarnya, menunggu Ratih untuk masuk sebelum menutupnya.

"Tubuhmu baik-baik saja?" Tanya pria itu seraya mengunci pintu yang membuat Ratih memandang anak kunci yang tergantung itu sambil menelan ludah.

"B-baik, Tuan." Jawabnya pelan namun mendengung di telinganya sendiri. Tangan kanan Shaka tiba-tiba saja terulur dan Ratih yang kaget bergerak mundur sampai kepalanya membentur pintu kayu tebal dan menimbulkan suara nyaring.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Shaka terkejut.

"Ma-aaf Tuan. Saya kaget." Jawab Ratih jujur.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kau memang tidak demam." Geram Shaka dan tangan pria itu kembali terangkat untuk menyentuh dahi Ratih dengan telapaknya. "Kau pikir aku ini penganut BDSM yang hanya akan bergairah kalau melakukan kekerasan?" Ketus pria itu dan melangkah mundur selangkah sebelum berbalik menjauhi Ratih menuju kamar mandi. "Bantu aku mandi. Karenamu aku tidak sempat menggosok punggung." Perintah pria itu masih dengan nada ketusnya.

"Iya, Tuan." Ratih mengikuti Shaka dari belakang.

Mereka masuk ke kamar mandi. Saat Shaka melepaskan pakaiannya satu persatu, Ratih mempersiapkan air di dalam bak mandi begitu juga dengan handuk dan perlengkapan lainnya. Setelah Shaka masuk ke dalam bak, dia berjalan mendekat, membawa spon mandi dan mulai menggosok punggung Shaka dengan hati-hati.

"Cuci rambutku." Perintahnya setelah Ratih selesai dengan punggungnya. Ratih kebingungan sejenak, tidak tahu bagaimana caranya mencuci rambut Shaka namun ia tetap bangkit dan meraih botol shampo pria itu. "Dimana kakimu?" Tanya Shaka dengan kepala mengarah memandang Ratih. "Duduklah di tepian bak mandi, aku perlu pahamu sebagai bantalan." Ucapnya dan Ratih menurut meskipun itu membuat celana dan juga pakaiannya basah karena gelombang air yang tumpah saat Shaka mengubah posisi duduknya menjadi menghadap dinding.

Pria itu menyandarkan punggungnya pada bak mandi sementara kepalanya berada di paha Ratih. Kepalanya mendongak sementara matanya menutup.

Ratih mengambil shower, mulai membasahi rambut Shaka layaknya mengeramasi konsumen salon. Setelah rambut majikannya basah, ia menumpahkan shampo ke telapak tangannya dan mulai mencuci rambut Shaka. Saat jemari Ratih menyentuh kulit kepala Shaka dan memijatnya, pria itu mengerang yang membuat Ratih menghentikan gerakannya sejenak.

"A-apa saya menyakiti Anda, Tuan?" Tanyanya karena takut kalau kuku jari tangannya menyakiti pria itu.

"Tidak sama sekali." Jawab Shak serak. "Teruskan." Perintahnya dan Ratih melanjutkan kegiatannya memijat dan menggaruk kepala Shaka.

Setelah merasa kalau rambut Shaka sudah cukup bersih. Ratih membasuh rambut Shaka dengan shower. Dia melakukannya dengan teliti karena takut airnya jatuh ke wajah Shaka dan malah membuat pria itu balik marah padanya nanti.

"Sudah, Tuan." Ucap Ratih memberitahukan. Butuh waktu selama beberapa detik menunggu Shaka untuk menegakkan tubuhnya sampai-sampai Ratih menduga kalau atasannya itu tertidur di pangkuannya.

"Apa kamu pernah memandikan pria lain seperti ini?" Tanya pria itu seraya berdiri, mengabaikan tubuhnya yang sepenuhnya telanjang di depan Ratih yang merasa risih hingga harus menutup mata dan membalikkan tubuhnya supaya tidak melihat ke area intim pria itu.

"Tidak, Tuan."

"Bagus." Jawab Shaka seraya berjalan ke bawah pancuran dan menyalakannya sementara Ratih membuka pembuangan air dan membersihkan bak mandi.

Saat Ratih selesai menyeka bak mandi, saat itu pula Shaka keluar dari area shower.

"Pakaian Anda sudah saya simpan di atas tempat tidur, Tuan." Ucap Ratih dan Shaka tidak memberikan tanggapan apapun. Pria itu melangkah masuk ke dalam kamarnya sementara Ratih membersihkan sisa-sisa mandi pria itu dari bekas sabun karena tidak majikannya jatuh karena licin.

Setelah selesai, Ratih turut masuk ke dalam kamar dan melihat Shaka sudah mengenakan celana piyamanya sementara bagian atasnya masih tergeletak di sisi tempat tidur.

"Tuan?" Panggil Ratih dan pria itu menolehkan kepala.

"Bawakan hairdryer." Perintahnya dan Ratih kembali ke kamar mandi untuk membawa apa yang pria itu minta. "Bantu aku keringkan rambutku."

"Seragam saya basah, Tuan. Ijinkan saya kembali untuk menggantinya dulu." Pinta Ratih dan dia memang tidak berbohong. Meskipun tadi ia sempat melepasnya dan meremasnya di kamar mandi, tapi tetap saja celana seragamnya basah karena tadi Shaka keramas di atas pangkuannya.

"Kenapa harus menggantinya? Lepaskan saja. Perintah Shaka dingin yang membuat Ratih hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Ratih pikir apa yang dia takutkan tadi tidak akan terjadi. Tapi kini... "Apa yang kamu tunggu? Lepaskan semua pakaianmu dan kemari." Perintahnya. "Aku beri waktu lima belas detik." Desak Shaka dan mau tak mau Ratih harus bergerak cepat untuk melepas seragamnya dan hanya menyisakan pakaian dalam. "Pakai ini." Shaka mengulurkan atasan piyamanya pada Ratih. Ratih menerima piyama berbahan sutra itu dan mengenakannya dengan cepat. Lengan bajunya menenggelamkan tangannya sendiri sementara bagian bawahnya menyentuh setengah pahanya.

Ini lebih baik daripada sepenuhnya telanjang. Karena Ratih masih merasa malu meskipun pria yang ada di hadapannya kini tidak bisa melihat.

Ratih mencari colokan yang ada di dekat ranjang dan mulai menyalakan hairdryer. Mencoba mencari jarak aman supaya panas mesin itu tidak menyentuh kulit kepala Shaka. Ia berdiri tepat di depan Shaka. Puncak kepala pria itu saat duduk sejajar dengan dada Ratih sehingga Ratih tidak terlalu perlu menunduk saat menyisir rambut Shaka.

Saat Ratih mulai mengeringkan bagian atas rambut pria itu, ia merasakan kedua telapak tangan Shaka meraba kedua pahanya. Bergerak naik turun dengan gerakan perlahan yang membuat Ratih berusaha untuk tidak menghentakkan kaki untuk menghindari sentuhannya.

"T-Tuan.."Lirih Ratih gugup. Tubuhnya sudah mulai gemetar dan sensasi panas sudah mulai menjalar. Tangan Shaka berpindah, kini mengusap bagian belakang paha Ratih, bergerak terus ke atas dan meremas bokongnya seraya menarik tubuh Ratih maju dan mencium perutnya.

Kewanitaan Ratih berdenyut saat Shaka menbenamkan kepalanya di perut Ratih. Tangannya sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi saat tangan pria itu bergerak masuk ke dalam piyama yang Ratih kenakan dan mengusap punggungnya.

"Tu-Tuan..."

"Matikan benda itu." Perintah Shaka dan kini mulai membuka kancing piyama yang Ratih kenakan satu persatu. Saat Ratih tak juga mematikannya, pria itu mengambilnya dari tangan Ratih,mematikannya dan melemparkannya sembarangan ke lantai yang berlapis karpet tebal. "Kemarilah, dan cium aku." Perintah Shaka seraya mendongakkankepala dan meraih punggung Ratih mendekat.

________________________

Jangan lupa ⭐ dan komennya ya

Entangled by Your CharmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang