Ratih tidak membersihkan diri di kamar Shaka karena dia merasa tak pantas. Setelah menghapus airmatanya, Ratih kembali mengenakan pakaian kerjanya dan setelah itu membereskan kamar seolah tidak terjadi apa-apa. Setelah yakin kalau kamar Shaka sudah bersih, dia membawa seprai yang kotor itu keluar kamar dan langsung menuju ruang cuci.
Untungnya ia tidak menemukan siapapun di area dalam vila selama ia pergi ke ruang penyimpanan. Mungkin Lasma menggantikan posisinya untuk menjaga Shanaya saat Ratih tak ada. Sementara Naraga sudah dipastikan akan terus berada di samping Shaka.
Setelah memasukkan pakaian ke mesin cuci dan menyalakannya, Ratih berjalan menuju kamarnya. Sama seperti di malam pertama ketika Shaka mengambil keperawanannya, Ratih menyabuni tubuhnya berkali-kali dan menggosoknya dengan kasar. Namun kali ini, gadis itu sudah tidak menangis lagi.
Duduk di depan meja rias kecilnya sambil mengeringkan rambut yang basah, Ratih memperhatikan wajahnya sendiri. Wajahnya terlihat begitu polos tanpa riasan apapun. Dan ia terlihat letih, cekungan di bawah matanya terlihat begitu jelas dan wajahnya juga pucat.
Dalam hati Ratih bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Shaka seandainya pria itu bisa melihat?
Apakah pria itu akan tetap menyentuhnya atau akan merasa jijik padanya?
Karena jika Ratih memperhatikan Shanaya, dan jika gadis kecil itu memang mirip ibunya, maka jelas sekali kalau mantan istri Shaka jauh lebih cantik dibandingkan dirinya dan bahkan mungkin sangat-sangat cantik. Karena jelas pastinya wanita itu juga merawat dirinya dengan sangat baik, tidak seperti dirinya yang bahkan memakai lotion pun hanya saat malam hari sebelum tidur karena saat siang hari dia tidak diperkenankan memakai apapun sebab Shaka yang tidak memperbolehkannya menggunakan sesuatu yang berbau.
Sesaat kemudian Ratih terkekeh karena pikirannya yang dengan tak pantasnya mencoba membandingkan diri dengan seorang ratu sementara dirinya hanyalah seorang upik abu.
Siapapun dia, seperti apa wajahnya. Terlihat atau tidak. Shaka hanya menganggapnya sebagai boneka seks. Pelampiasan karena pria itu tidak bisa melakukannya dengan wanita lain entah karena alasan harga diri atau alasan lain.
Shaka tidak perlu memedulikan seperti apa wajah wanita yang di tindihnya. Karena pelacur diluar sana juga tidak akan diingat-ingat oleh para pria yang menyewanya. Toh yang mereka butuhkan hanya wanita yang membuka kaki dan siap menerima benihnya. Selain itu, semuanya tidak berarti. Pun demikian dengan Ratih saat ini.
Pria itu tidak perlu peduli akan dirinya atau perasaannya. Bahkan mungkin saat pria itu merabanya, yang dia bayangkan adalah tubuh itu adalah tubuh istrinya. Dan wajah yang ada di pikiran pria itu, jelas adalah wajah ibu Shanaya.
Jelas dengan tidak menikahnya Shaka selama lima tahun ini adalah bukti kalau pria itu masih sangat mencintai sang istri, kan?
Ratih sama sekali tidak pernah ada dalam ingatannya karena mereka bertemu setelah pria itu buta. Dan jujur, hal itu sedikitnya membuat Ratih lega karena nanti, setahun setelah ia selesai dengan kontrak ini, ia akan pergi sejauh mungkin dan posisinya jelas akan digantikan oleh wanita lain yang juga dibayar seperti dirinya. Dan mungkin wanita penggantinya akan lebih cantik atau bisa jadi lebih profesional dari dirinya dalam hal melayani Shaka itu di tempat tidur. Dan jika suatu saat mereka tanpa sengaja bertemu, mereka tidak perlu saling menyapa karena Shaka tidak akan mengenalinya dan Ratih sendiri akan pura-pura tidak mengenalnya.
Ratih mengikat rambutnya yang sudah hampir kering. Mengenakan sepatu anti slipnya dan kembali melangkah menuju bangunan utama. Siap bekerja seolah semalam tidak terjadi apa-apa.
Sementara itu di ruang kerja.
"Apa Ratih belum bangun?" Tanya Shaka penasaran karena sampai saat ini dia belum mendengar tawa putrinya yang biasanya hanya bergema jika putrinya berada bersama Ratih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by Your Charms
RomanceRatih yang putus asa meminta bantuan teman lamanya untuk mencarikannya pekerjaan. Dia ingin pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun itu membuatnya harus bekerja keluar negeri sebagai seorang pelayan. Namun siapa yang menyangka kalau tanpa sepenge...