Becoming Necessary

669 74 17
                                    

"Bagaimana menurutmu?"

Bagaimana menurutku?

Apa yang kupikirkan?

Bagaimana bisa mereka menanyakan pertanyaan sarat seperti itu padanya? Hinata menggigit bibirnya dan menatap kembali ranjang rumah sakit yang sudah menjadi rumah Uchiha Sasuke selama enam bulan terakhir. Tersambung dengan ribuan kabel yang terhubung ke mesin-mesin canggih yang semuanya berputar satu mil per menit hanya untuk menjaga agar ninja yang dulunya hebat itu tetap hidup. Namanya saja telah menanamkan rasa takut di hati jutaan orang.

Kisah-kisah tentang Sharingan-nya dan dugaan perolehan Rinnegan telah mengangkatnya ke tingkat kekuatan yang dikabarkan telah melampaui Madara. Sasuke juga berperan penting membantu Naruto mengakhiri Perang Dunia Shinobi Keempat. Tanpa Sasuke, Hinata tahu bahwa ada kemungkinan besar dirinya dan semua orang yang bernapas di Konoha saat ini akan mati.

Namun, puncak segala kekuatan dari pria yang dikenal sebagai Sasuke Uchiha telah direduksi menjadi tidak lebih dari sekadar sayuran di sudut belakang ruang bawah tanah rumah sakit. Di samping mesin-mesin yang berdesakan di ruang gelap dan lembap itu, Sakura meletakkan sebuah vas bunga berwarna ungu. Itu adalah upaya remeh untuk membuat ruang bawah tanah itu tidak terlihat seperti penjara.

Hinata menatap lelaki yang hancur dan terlihat menyedihkan itu terbaring tak sadarkan diri di hadapannya dan ia menyadari betapa urat-urat nadi Sasuke terlihat jelas di kulitnya yang sudah berbulan-bulan tidak terkena sinar matahari. Rambutnya tumbuh semakin panjang, menodai bantal putih yang menjadi sandaran kepalanya seperti tinta hitam. Matanya, mata yang memiliki dua Kekkei Genkai terkuat yang pernah dikenal Konoha, tertutup rapat dan Hinata bersyukur untuk itu. Dengan hanya seprai rumah sakit tipis berwarna putih yang menutupi bagian bawah tubuhnya, Hinata akan mengira Sasuke adalah mayat yang siap untuk diotopsi jika dadanya tidak naik turun hampir tak terlihat.

Jadi... apa yang ia pikirkan? Pada titik ini, akan lebih berbelas kasihan jika ia bisa mencabut kabel-kabel dari pria itu, tetapi ia tidak dapat mengatakannya. Hinata tidak bisa memberikan pendapatnya yang jujur tentang masalah ini ketika Naruto dan Sakura sangat mengandalkannya. Mereka mungkin bertanya apa yang ia pikirkan tapi mereka tidak menginginkan kebenaran yang pahit.

"Bagaimana?" Sakura bertanya dengan gugup. "Apa kau pikir kau bisa melakukan sesuatu?"

Bahu Hinata merosot saat ia menangkap nada putus asa yang tertahan dalam suara Sakura. Jika ninja medis terbaik Konoha saja tidak bisa membantu Sasuke, lalu apa yang bisa ia lakukan? Hinata tahu bahwa Sakura telah bekerja tanpa lelah untuk menemukan cara untuk menyadarkan Sasuke. Ia adalah orang yang harus menggantikannya di rumah sakit ketika Sakura mencuri-curi waktu dari tugas-tugas rutinnya. Sudah tak terhitung berapa banyak pagi dimana ia menemukan Sakura pingsan dengan gulungan-gulungan kertas yang belum terurai berserakan di atas mejanya yang sudah berantakan.

Sakura sudah berusaha sekuat tenaga untuk membawa Uchiha terakhir itu kembali ke dunia, namun tampaknya usaha terbaiknya masih belum cukup. Hinata mengalihkan pandangannya dari pria yang tak sadarkan diri itu untuk melihat rekan-rekan satu tim Sasuke yang mengawasinya dengan tatapan penuh harap. Hinata merasa ia bisa mengatasi jika Sakura kecewa, bagaimanapun juga gadis itu adalah seorang ninja medis dan terbiasa menerima informasi yang tidak mengenakkan setiap hari. Tidak peduli seberapa besar ia mencintainya, tidak peduli seberapa hancur perasaannya, Hinata tahu bahwa Sakura akan mampu melanjutkan hidup. Sasuke bukanlah pasien pertama yang meninggalkannya dan tentu saja bukan yang terakhir.

Naruto di sisi lain... Hinata bahkan tidak bisa menatap mata lelaki itu. Seluruh hidup Naruto telah dihabiskan untuk mencoba membawa kembali salah satu orang yang paling dicintainya di dunia ini. Jika Sasuke mati, Hinata yakin bahwa sebagian besar dari Naruto juga akan mati. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa ia biarkan terjadi. Mengambil napas dalam-dalam dan mengepalkan tinju di kedua sisi tubuhnya, Hinata memberikan satu-satunya hal yang ia bisa untuk mereka.

Becoming an UchihaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang