2. Sekolah

362 62 4
                                    

Happy reading

"gue dimana?" tanya Rezaldi bingung melihat sekitar, bukankah tadi dia tidur, tidak mungkin kan jika dia transmigrasi lagi.

"kamu memang kebanggaan ayah Ravin" terdengar suara seseorang membuat Rezaldi berjalan ke arah sumber suara, disana ia bisa melihat seorang remaja yang ia tebak Ravin membawa piala dengan Danu dan Karina yang tersenyum bangga juga Revan yang menunduk, Ravin dan Revan benar-benar mirip hanya gaya rambutnya saja yang membedakan.

"bunda bangga sama kamu sayang" ucap Karina mengusap rambut Ravin.

"makasih yah bun" ucap Ravin tersenyum bahagia.

Rezaldi berjalan mendekati Revan namun saat ia ingin menepuk pundaknya tiba-tiba Rezaldi terbangun dari tidurnya.

"mimpi ternyata" ucapnya saat melihat cermin ia kembali menjadi Revan.

Revan beranjak dari kasur saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ia segera mandi lalu memakai seragam sekolah Ravin yang semalam pelayan berikan padanya.

Setelah siap Revan melangkah keluar kamar dan bergabung di meja makan yang sudah ada kedua orangtuanya.

"jangan bertingkah ayah tidak ingin reputasi baik Ravin tercoreng karena tindakanmu" ucap Danu setelah mereka menghabiskan sarapan.

Revan hanya mengangguk lalu beranjak dari duduknya, "Revan berangkat" ucapnya lalu melangkah pergi kaluar.

"apa keputusan kita sudah benar mas?" tanya Karina setelah kepergian Revan.

***

Revan pergi ke sekolah diantar oleh supir karna motor yang selalu Ravin pakai rusak akibat kecelakaan, lagipula ia tidak tahu jalan jadi tidak menolak saat supir menawarinya untuk di antar ke sekolah.

"kita sudah sampai tuan muda" ucap supir yang melihat Revan sibuk bermain ponsel sampai tak sadar jika mobil telah berhenti.

"ah, iya makasih pak" ucap Revan lalu keluar dari mobil. Revan mulai melangkah memasuki gedung sekolah, ia sudah tahu kelas Ravin yaitu kelas 11 IPA 1, saat di lorong tiba-tiba seseorang merangkul pundaknya.

"eh Vin kemana aja lo seminggu ini, ngilang gitu aja" tanya pemuda yang bernama Nauval, teman Ravin.

"sakit" jawab Revan malas.

Oh ya, semalam Revan diberi informasi mengenai kehidupan Ravin di sekolah oleh Danu tentang kelas, teman dan ekskul yang diikuti Ravin.

Yang Revan baca Ravin itu cukup populer, ia merupakan siswa pintar, disiplin dan cukup disegani di sekolah, dia memiliki dua teman bernama Nauval dan Deni, juga saingan yang bernama Candra Adyan Herlangga, dia juga mengikuti ekskul futsal sama seperti Ravin.

***

Pembelajaran dimulai Revan duduk di kursi baris kedua bersama Deni, ia sedang memperhatikan guru yang sedang menerangkan di depan sampai suara Deni membuatnya mengalihkan perhatian.

"Vin tentang seminggu yang lalu udah gue beresin, lo tenang aja sekolah gak bakal tahu apa lagi bokap lo" ucap Deni membuat Revan menatapnya.

"apaan seminggu yang lalu? apa yang si Ravin lakuin?" batin Revan bertanya-tanya.

"dia udah di keluarin dari sekolah, nama lo aman sekarang" ucap Deni lagi membuat Revan tambah bingung, namun agar tidak curiga Revan mengangguk saja menannggapi ucapan Deni.

Kriing

Bell istirahat berbunyi membuat murid berhamburan keluar menuju kantin untuk mengisi perut mereka termasuk Revan dan kedua teman Ravin.

Baru saja Revan menginjakan kakinya di kantin seseorang langsung memukulnya, Revan yang tak siap pun mendapat bogem mentah pada wajahnya.

"apa yang udah lo lakuin sama cewek gue hah" ucap pemuda yang Revan ketahui bernama Candra, saingan Ravin.

"apa maksud lo" ucap Revan memegangi pipinya yang berdenyut.

"jangan berlagak gak tahu lo, cewek gue koma sekarang pasti gara-gara lo" ucap Candra menarik kerah seragam Revan.

"gue gak tahu apa-apa, lepas!" ucap Revan melepaskan tangan Candra dari kerah bajunya.

"Ada apa ini" tanya guru bk mendekat.

"gue tahu kebusukan lo selama ini" bisik Candra pada Revan lalu melangkah pergi.

"maksudnya apa coba?" batin Revan bingung.

"Ravin ada apa?" tanya pa Agus setelah sampai di hadapan Revan.

"tidak ada apa-apa pak, biasalah anak muda" bukan Revan yang menjawab melainkan Nauval.

Deni menyeret Revan ke salah satu kursi di kantin sementara Nauval memesan makanan untuk mereka.

"lo kenapa sih?" tanya Deni menatap Revan.

"gue kenapa emangnya?" tanya Revan heran.

"lo jadi banyak diem, terus kaya orang linglung, kenapa lo ada masalah?" tanya Deni.

"enggak, gue agak pusing aja semalam begadang" ucap Revan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

***

Sementara Candra kini sedang merokok di rooftop, Candra itu berkebalikan dari Ravin, jika Ravin terkenal dengan murid teladan, disiplin dan kesayangan para guru, lain halnya dengan Candra, dia itu nakal, urakan dan sering di panggil bk, namun meskipun nakal Candra memiliki otak yang pintar.

"lo kenapa nyalahin si Ravin?" tanya Yoga teman sekaligus sahabat satu-satunya Candra.

"karna gue yakin dia pelakunya" ucap Candra tanpa menatap Yoga.

"kenapa lo seyakin itu?" tanya Yoga lagi.

"karena gue tahu apa yang lo gak tahu" ucap Candra membuat Yoga menatapnya kesal.

"makannya lo kasih tahu biar gue tahu" ucap Yoga kesal, selalu seperti ini jika dia menanyakan kenapa Candra membenci Ravin.

"gak ada bukti lo gak akan percaya" ucap Candra membuat Yoga berdecak kesal.

"serah deh" ucap Yoga mendudukkan dirinya di kursi yang ada di rooftop.

Bersambung.....



Abcd (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang