1. Dwiana Winsa

294 19 0
                                    

"Jadi gimana, Ray? Aku butuh banget kerjaannya." Winsa berkata sambil menatap temannya, Raya. Ia duduk dibangku sebelah Raya.

"Nanti gue coba bilang om gue, Win. Ntar gue bujuk supaya mau nerima lo." Winsa yang mendengar itu bernafas lega. ia sangat butuh pekerjaan di kota agar tidak terlalu merepotkan kerabatnya disini.

"Makasih banyak ya, Ray." Kata Winsa membuat Raya mengangguk pelan. "Udah, gapapa. Mending lo ganti baju cepet, pak Dean udah dateng tuh."

Winsa mengangguk, mengingat sebentar lagi adalah mata pelajaran olahraga, Winsa segera berganti baju.

--------------------------------------------------------------

"Materi nya udah selesai, berhubung masih ada banyak waktu... Kalian boleh free time." Ucap pak Dean. Murid - murid langsung bersorak, ada yang langsung tiduran dilapangan saking capek nya, ada yang langsung main pake peralatan olahraga disana.

Winsa? Ia adalah tipe murid yang kedua. Ia mengambil raket yang ada disana, dan tersenyum tipis.

"Raya, ayo main! Yang kalah beliin es teh." Kata Winsa. Raya langsung berdiri dari duduknya, Ia merasa tertantang. "Lah? Ayo!" Ucapnya sambil menerima raket dari Winsa.

Permainan berjalan sangat sengit, Raya memang terkenal jago dalam semua hal yang berhubungan dengan olahraga. Cuman untuk saat ini... Dia tampak agak kewalahan.

Bagaimana tidak? Winsa sedari tadi tidak membiarkan Raya bernafas sedikitpun, pukulan demi pukulan ia berikan pada Raya.

"Ah bangke!" Umpat Raya, ia akhirnya menyerah. Kakinya dari tadi terus mencoba mengejar pukulan kok dari Winsa.

Winsa terkekeh. "Capek ya, Ray? Lemah banget." Raya berdecih. "Lo nya aja terlalu jago. Kok bisa sih? Tenaga lu ga habis apa smash mulu?"

"Anak - anak di desaku itu hobinya main raket, Ray. Ini udah kayak olahraga sehari - hari kita." Winsa berkata sambil tersenyum tipis. "Lain kali gue mampir ke kampung lo ah, mau berguru."

-------------------------------------------------

Winsa sekarang sudah pulang, ia menetap dirumah pamannya di kota.

"Pakde.. Winsa mau izin." Di meja makan itu, paman Winsa meletakkan sendoknya dan memberi atensi penuh ke Winsa. "Apa, nduk?"

"Winsa kan lagi cari kerjaan, kalo udah dapet... Winsa pengen ngekost. Boleh?" Pamannya itu tampak berfikir sebentar. "Kenapa Winsa pengen nya ngekost?"

"Winsa gak enak ngerepotin pakde, kayaknya istri pakde gak suka ya Winsa disini.." Winsa berkata.

Memang... Semenjak tinggal bersama pamannya Winsa agak sedikit diperlakukan kurang menyenangkan.

"Maaf ya nduk... Nanti pakde ngomong sama dia." Paman Winsa hanya mampu menghela nafas, ia sebenarnya tak tega jika Winsa yang harus bekerja.

Bagaimanapun Winsa dititipkan disini dan menjadi tanggung jawabnya.

"Nggak usah, Pakde! Izinin Winsa buat ngekost, sekolah sambil kerja itu udah Alhamdulillah. Winsa juga mau belajar mandiri di kota."

"Yasudah, Winsa. Tapi kalau kamu lagi butuh uang, atau keadaan darurat, langsung telfon pakde ya?" Winsa tersenyum sambil mengangguk.

Selesai makan Winsa kembali ke kamar nya, ah... Sebenarnya itu adalah gudang lama dirumah pamannya, tapi Winsa pandai mendekor dan tahu bagaimana cara meletakkan barang. Ruangan itu berubah jadi kamar yang nyaman.

Winsa terbaring di kasurnya dan menatap langit - langit kamar, ia tersenyum tipis dan memejamkan matanya... Tak sabar untuk kabar baik dari Raya.

TBC

Raya Shian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raya Shian

Dwiana Winsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dwiana Winsa

Love Come. (Winrina) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang