Happy Reading
☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎
28. Awal dari Kegagalan“Ayah! Ayah!”
Seorang pria paruh baya yang mengenali suara itu pun menengok, terlihat sang putri berjalan menuruni tangga menyambut kedatangannya. Pria berkacamata itu tersenyum hangat saat putrinya memeluk dirinya seperti biasa.
“Ada apa sayang? Anak Ayah mau sesuatu, hm?” Ia tau putrinya pasti sedang menginginkan sesuatu, ia sangat hafal dengan kebiasaan putrinya yang satu ini. Ia menuntun sang putri untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu.
Gadis itu melepaskan pelukannya, ia menatap sang ayah dengan senyum lebarnya. “Tadi siang aku pergi ke kantor Ayah, lalu di sana aku bertemu dengan seorang pria yang menjadi kontestan audisi itu, apakah dia lolos dalam audisi itu Ayah?”
“Dia itu sangat tampan, pria itu memakai jaket berwarna biru tua, apa Ayah mengenalnya?” tanya gadis itu lagi.
Lelaki paruh baya itu mengetuk-ngetuk jarinya di dagunya mencoba mengingat-ingat. “Apa kau ingat pria itu kontestan nomor berapa?”
“Kalau tidak salah 92 atau 93. Entahlah Ayah, aku lupa, tapi cari tau saja kedua peserta nomor itu.” Pintanya menatap sang ayah penuh harap.
“Baiklah, nanti Ayah akan suruh David untuk mencari tau.”
Gadis itu langsung memeluk ayahnya sebagai rasa terima kasih, ia tersenyum senang. “Terima kasih, Ayah.”
Pria berkacamata itu tersenyum kecil melihat tingkah menggemaskan putri semata wayangnya, tangannya terulur mengusap puncak kepala putrinya dengan penuh kasih sayang.
Semenjak istrinya tiada, ia sebisa mungkin untuk dapat memenuhi semua keinginan putrinya.
Ia melerai pelukannya, mengambil ponsel di kantong bajunya dan langsung menelepon David, asistennya.
“Cari tau peserta nomor urut 92 dan 93 sekarang.”
“...”
“Secepatnya.”
Pria itu langsung mematikan ponselnya, ia menatap putrinya. “David akan mencari tau secepatnya, jadi tunggu saja ya.”
Gadis itu mengangguk, tak lama kemudian bunyi notifikasi masuk ke dalam ponsel ayahnya.
Di sana tertera pesan masuk dari David, pria itu langsung membukanya dan membaca dokumen berisi informasi yang ia minta.
Gadis itu terdiam menunggu ayahnya yang sedang membaca sesuatu dari ponselnya.
“Eliza,” panggil sang ayah membuatnya menatap sang ayah serius.
“Kontestan nomor 92 itu seorang wanita, tapi yang nomor 93 itu pria. Apa ini orang yang kamu maksud?” tanya sang ayah menunjukkan sebuah foto pemilik kontestan nomor 93.
Gadis bernama Eliza itu mengangguk, “Iya Ayah, dia orangnya,” ucapnya.
“Di sini tertulis namanya Jayden Louis, sepertinya ayah tau pria itu.” Ia berusaha mengingat-ingat kembali.
“Ayah ingat sekarang, tapi maaf, Nak, seingat Ayah dia tidak lolos dalam audisi itu.”
Senyuman yang terpatri di wajah Eliza luntur seketika, “Kenapa Ayah? Apa dia bernyanyi dengan sangat buruk sehingga tidak lolos dalam audisi itu?”
Pria itu menggeleng tegas, “Tidak, cara bernyanyi dia sangat bagus–“
“Lalu kenapa Ayah tidak meloloskannya!?” ucap Eliza setengah berteriak memotong ucapan sang ayah.
Pria itu terkejut saat putrinya berteriak di hadapannya terlihat jelas jika putrinya sedang marah.
“Nak, tenanglah. Sebenarnya Ayah ingin meloloskannya tetapi Pak Bob tidak setuju dengan usulan Ayah.”
“Kalau begitu jadikan dia penyanyi di agensimu Ayah. Aku sangat yakin jika dia akan menjadi bintang besar nantinya, aku bisa melihatnya sendiri saat aku bertemu dengannya di sana.”
“Di saat semua peserta saling mengobrol satu sama lain tapi saat aku bertemu dengan pria yang bernama Jayden itu, dia hanya duduk di pojok ruangan dengan bermain gitar di tangannya,” ucapnya panjang lebar.
Pria itu terdiam dengan pikirannya, ia menghela napas berat kemudian ia mengangguk “Baiklah, apa pun yang putri Ayah mau akan ayah turuti.”
Eliza tersenyum lebar, “ Terima kasih banyak Ayah, kau yang terbaik.”
“Apa pun untuk putri kesayangan Ayah,” ucapnya ikut bahagia saat melihat putrinya bahagia.
🎤🎤🎤
“Bagus sekali Asher, kau menjalankan tugasmu dengan sempurna,” puji Louid pada bawahannya setelah mendengar kabar jika anaknya tidak lolos dalam kompetisi musik itu.
“Tapi Tuan, bagaimana jika Nyonya mengetahui hal ini?” resah Asher.
Louid mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, matanya menatap sebuah figura di atas meja kerjanya. “Jangan khawatir, Lauren tidak akan ikut campur dalam masalah ini.”
“Sekarang kau tetap awasi dia, dan beritahu semua aktivitasnya padaku.” Titah Louid.
Asher merunduk, “Baik, Tuan. Saya permisi.”
Ruangan kembali hening saat hanya ada dirinya di ruangan itu, Louid kembali menatap figura di atas meja kerjanya.
Tangannya terulur mengambil figura itu. Di foto itu terdapat foto dirinya, Lauren, dan kedua anak laki-lakinya.
Jari Louid mengusap figura itu maniknya tertuju pada sosok anaknya di foto itu. “Kau ini benar-benar keras kepala sekali sama sepeti diriku, Jayden.”
“Aku hanya ingin melihat sejauh mana kau berusaha dengan mimpimu itu.”
☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎To Be Continued
Jangan lupa ⭐ + 💬 terimakasyiiiii~
See u next part (~ ̄³ ̄)~

KAMU SEDANG MEMBACA
Thread of Destiny
Fantasy[ FANFICTION : TIME TRAVEL SERIES ] ☠️ WARNING TYPO BERTEBARAN Azura Gabriella, seorang psikiater yang mengalami kecelakaan ketika sedang pulang menuju rumahnya. Tanpa Azura sangka, dirinya kembali ke 6 tahun yang lalu saat dirinya masih kuliah. Sa...