|Bagian 17|Ternyata?|

15 3 0
                                    

☃️ Happy Reading☃️


"Woi Kia bangun woi" Cia menepuk-nepuk wajah Kia yang sedari tadi bermimpi seraya menangis dengan suara yang menyayat hati. Terkadang gadis itu juga berteriak tak jelas.

"Ck. Ni anak mimpi apa sih" Intan juga ikut menggoyangkan tubuh gadis itu supaya terbangun.

"Awas awas biar gue bangunin" seketika mereka yang disana menjauh dari Kia. Memperhatikan apa yang akan dilakukan Vandi.

Vandi memercikkan air ke wajah gadis itu namun masih belum nampak menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

"Awas awas" Kiki datang membawa segelas air lalu menyiramkannya langsung ke wajah Kia.

Semuanya bernapas lega saat mereka melihat Kia gelagapan dan mulai membuka matanya. Kia mengusap wajahnya yang dibasahi dengan air siraman tadi.

"Bangun juga lo. Lo ngapain anjir. Mimpi apa lo sampe begitu?" Sentak Cia tampak sedikit kesal

"Grace mana?" Alih-alih menjawab pertanyaan Cia, dia malah menanyakan Grace.

"Kenapa gue?" Tanya Grace yang sedari tadi ternyata berada di sampingnya.

Kia bernapas lega. "Lo gak papa kan Grace" Kia memeluk gadis itu. Tidak peduli dengan pakaian nya yang sedikit basah.

"Lo kenapa bejir. Aneh banget" Anna tampak keheranan dengan sikap Kia.

Apa sebenarnya mimpi gadis itu hingga membuatnya seperti orang yang kesetanan?
Pertanyaan yang ada dibenak beberapa mereka yang ada di sana.

"Udah-udah. Ayok sarapan. Gue dah lapar. Cacing gue butuh nutrisi" Ujar Kiki, lalu mereka keluar dari tenda tempat Kia tadi. Terkecuali Kia yang harus mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

...

"Lo mimpi apa Ki, sampe kek orang gila?" Setelah selesai sarapan dan mereka duduk bersama di luar tenda, Grace bertanya penasaran.

"Ha'a. Semalam lo juga liat apa Ki sampe kayak tegang banget?" Tanya Cia juga

"Kalian kemarin keluar?" Febby sedikit kaget

"Nemenin Intan" balas Cia

"Kia makin hari makin aneh ih" Widia sedikit bergidik melihat gadis itu

"Mana gak mau cerita lagi. Takutnya entar malah punya gangguan mental ni anak" timpal Anna

"Semalam gue gak bisa tidur. Gue selalu kepikiran sama yang gue lihat pas keluar. Gue lih-"

Ngak ngak ngak

Kia menjeda kalimatnya disaat seekor burung gagak terbang diatas mereka. Aneh. Sepertinya burung itu mempunyai sebuah tujuan.

Tiba-tiba burung itu hinggap dipundak Kia, lalu menyemburkan sebuah cairan ke wajahnya. Semacam.... Darah.

Lalu setelahnya burung itu pergi. Tak ada lagi suara yang terdengar darinya.

"Ki-kia... Lo kenapa jadi gini? Lo aneh Ki. Lo berubah Ki. Lo sembunyiin apa dari kita?" Lirih Cici

Sementara Kia? Gadis itu berusaha menetralkan detak jantungnya. Ia sangat panik. Sangat-sangat panik. Semenjak ia melihat sesuatu yang belum tau apa artinya, ia mengalami hal-hal buruk.

Kia mengusap wajahnya menggunakan lengan sweater nya. Entah kenapa ia mempunyai firasat, bahwa hal-hal buruk akan terjadi padanya. Ia tak dapat mengerti, mengapa dia seperti diteror. Mengingat-ingat apa yang dia lakukan, tak ada satupun yang melanggar menurutnya.

Kia kembali menatap teman-temannya lalu berkata "Yang cewe, kalian gak ada yang lagi halangan kan?" tanyanya dan dijawab dengan gelengan oleh mereka. Lalu Kia pun mengangguk tersenyum sendu mengingat mimpinya kemarin.

"Maaf aku takut" batin seseorang diantara mereka

"Jadi lo gak mau cerita Ki?" tanya Mario menatap gadis itu penuh intimidasi

"Gue takut. Gue pernah dengar kalimat. Jangan bercerita disaat masih berada ditempat itu" balas Kia

Memang betul. Kia sangat takut. Menurutnya, burung tadi memberi peringatan kepadanya supaya tetap bungkam.

"Bisa gak kita pindah dari sini?" Tanya Kia

"Apa alasannya?" Vandi mengerutkan kening

"Mimpi itu"

Seakan paham dengan arah tujuan ucapan Kia yang menyatakan secara tidak detail Vandi mengangguk.

"Ki. Itu cuma mimpi. Buktinya sampai sekarang, kita aman disini. Gue justru lebih takut, kalau kita pindah, orang orang itu lebih mengetahui keberadaan kita" ujar Ruru

"Ya. Gue juga setuju sama Ruru" timpal Vinas menyetujui.

"Yakin aja Ki. Itu cuma bunga-bunga tidur" Anisa mengusap punggung Kia

Kia menatap lekat wajah gadis tersebut. Kia takut, Kia panik.

"Udah-udah. Sekarang kita mau ngapain? Bosan juga kalau cuma duduk kayak gini" Saut mencari topik baru

"Main jelangkung gimana?" Tanya Silvi tertawa kecil

"Heh. Jangan aneh-aneh dihutan begini" Peringat Cece

"Bercanda doang" ucap Silvi

Kia memandang netra gadis manis itu. Ia kembali teringat dengan mimpinya kemarin. Namun, cepat-cepat ia menepis pikiran buruknya.

"Kalau main petak umpet?" Saran Silvi kembali yang membuat mereka melirik gadis itu tampak sangat aneh. Seperti bukan Silvita.

"Sil. Jangan ngawur ih!!" Metha menepuk pundak temannya itu. Kebetulan tepat disampingnya.

"Gais... Kalian dengar sesuatu gak?" Ucap Anisa. Mereka semua mencoba memekakkan telinga namun tak ada suara-suara aneh. Hanya kicauan burung-burung dan suara-suara teriakan para serangga.

"Gak ada Nisa. Emangnya lo dengar apaan?" Tanya Rilen

"Kalian beneran gak denger?" ulang Anisa

"Nggak Anisa... Emang lo dengar apaan sih ah?" Tio tampak kesal

Mendadak raut wajah Anisa berubah pucat pasi. Bagaimana bisa suara yang lumayan keras itu tidak didengar oleh teman-temannya.

Alih-alih menunggu jawaban dari Anisa, mereka beralih fokus pada Silvi yang duduk bersila, keduanya telapak tangannya ia letakkan di kaki ,memejamkan mata, bibirnya menyunggingkan senyum,  menggoyangkan goyangkan kepalanya ke kiri-kanan secara perlahan, serta berdehem menggunakan nada layaknya lagu.

Satu persatu, mereka menelan saliva kasar. Gadis itu tampak sangat aneh.

"Kenapa kalian menatap ku?" ujarnya ditengah-tengah alunan lagunya

Bagiamana bisa ia tau padahal jelas ia memejamkan mata?

"S-sil..."gumam Widia

"Eh iya kenapa?" Jawab Silvita membuka matanya

"Lo gak papa kan?" Tanya Widia memastikan

"Gue baik-baik aja kok. Emangnya ada yang aneh yah?" Tanya nya balik lalu Widia menggeleng

Bukan hanya Widia, tapi semuanya dibuat bingung dengan perubahan sikap Silvita yang tiba-tiba.

"Guys, kita kapan ni cari Neral?" Tanya Tio mengalihkan pembicaraan

"Nah iya itu. Ayolah coba cari Neral ke rumah itu lagi" usul Cici

"Iya tapi kita jangan terlalu ceroboh. Kita pikirin caranya matang-matang dulu" Vandi mengusap dagunya

"Betul itu" kata Mario

"Horor banget sih yah masuk ke rumah itu. Kayak ada bisikan-bisikan kalau tu rumah bahaya banget. Tapi emang iya. Lengah dikit kayaknya udah tinggal nama" ujar Grace membayangkan rumah aneh ditengah hutan itu.

"Hoo Neral Neral. Datang kek lu ahk" Maran menggaruk kepalanya malas

"Kalau Neral semisal udah gak a-"

"Udah Met udah. Lo mikir kesana-kemari mulu dah" potong saut

"Ck apasih lo" Metha berdecak kesal

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Struggle Of 23 Trapped Students Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang