|Bagian 11|Le ku|

28 4 3
                                    

☃️ Happy Reading☃️

Kini para pemuda pemudi itu sudah menyusun strategi untuk menyelamatkan teman-teman mereka. Sekarang mereka hanya menunggu malam tiba untuk melakukan aksi.

Sementara Neral? Lelaki itu perlahan mengerjapkan matanya dan menatap sekeliling nya. Gelap. Satu kata yang dapat mendeskripsikan apa yang ia lihat saat ini. Ruangan yang ia tempati sangat minim cahaya dan pengap penuh abu. Namun lukanya sudah dibalut dengan rapi. Neral merogoh tasnya lalu mengambil senter. Baru saja menyalakan senter dan belum melihat sepenuhnya isi ruangan itu, seseorang memukul nya dari belakang alhasil membuat nya kembali tak sadarkan diri.

...
Saat sedang asik berbincang ria, mereka disuguhkan dengan kedatangan 2 manusia.

"Hwaaa senang banget akhirnya bisa ketemu kalian" teriak Rilen dengan merentangkan tangannya

"Anjir kirain Febby doang yang toa" umpat Kiki menutup telinganya

"Aaaa senang banget pokoknya. Gue udah mau putus asa banget tanpa kalian" ujar Rilen dramatis

"Apalagi tanpa gue kan Ril?" Tio memasang mata sok imutnya

"Nggak sih nggak sih. Reflek gak jadi putus asa" ujar Rilen

"Cuma liat gue pasti lo langsung semangat kan Rilen" Kia memasang senyum sok imut

"Gue gak sih Ril" Nezia melakukan gaya onichan nya dengan menggembungkan pipinya sok chubby

"Pasti kamu merindukan keimutan ku" Intan menekan pipinya

"Maklum ya kak. Disini gak ada apotik buat beli obat mereka yang kehabisan" Febby menyatukan telapak tangannya

"Pantasan SE mengenaskan ini" balas Rilen menatap mereka prihatin hingga menimbulkan gelak tawa yang menggelegar, menghangatkan suasana hati mereka. Suasana yang selalu mereka rindukan.

...

Baskara timur yang telah mencapai barat, perlahan menguning sembari menyambut angin malam yang mulai mengelus lembut diantara pepohonan.

Saatnya akan segera tiba. Para pemuda itu merapikan setiap barang mereka lalu mengisi energi untuk melakukan aksi untuk malam ini.

Dirasa sudah cukup dan waktu yang sudah tepat, mereka melanjutkan perjalanan ke arah rumah itu. Sesampainya di sana, mereka bersembunyi di balik semak untuk memastikan keadaan terlebih dahulu.

"Gak mungkin kan kita main terobos dari pintu depan" ucap Mario

"Betul. Gimana kalau sebagian dari depan sebagian dari belakang" usul Kia

"Setuju sih" timpal Grace

"Okey. Gue, Kiki, Kia, Anna sama Cece dari depan. Vandi, Saut, Nezia, Intan dan Febby dari belakang. Metha, Tio, Vinas, Rinal, Rilen tau kan apa yang harus kalian lakukan? Jangan sampai egois meninggalkan teman sendiri. Paham!" tegas Mario namun berbisik supaya tak ketahuan lalu diangguki mereka. "Oh ya Rinal, jagain mereka ya. Gw percayakan semuanya sama lo" tambahnya

"Okey siap ketua" balas Rinal berbisik

"Van bawa mereka ke arah belakang" perintah Mario dan langsung dilaksanakan oleh sang lawan bicara

"Semangat semuanya. Semoga berhasil" kata Vandi terakhir sebelum melenggang pergi

Tiap-tiap mereka pergi mengambil tempat untuk melakukan tugas yang diberikan. Terkecuali dengan kelompok Mario yang memang posisinya sudah tepat untuk masuk dari pintu depan.

"TOLONGGGG. SIAPAPUN YANG ADA DIHUTAN INI DAN MENDENGAR SAYA, TOLONG SAYAAA. SAYA MANUSIA BUKAN DEDEMIT TOLONGGGG. SAYA TERPISAH DENGAN ROMBONGAN SAYA TOLONG"  teriak Rilen

"Ayo lari" pinta Rinal dirasa sudah berhasil dan menarik perhatian penjaga disekitaran rumah itu.

Manusia-manusia aneh itu berjejer tak lupa dengan panah mereka. Mereka memasuki hutan dan mengikuti arah tadi.

"Ayo gerak cepat" pinta Mario ketika dirasa sudah cukup aman.

Isi bangunan itu membuat mereka tercengang. Banyak benda-benda pusaka didalamnya serta kain hitam juga cat yang berdominan hitam membuat kesan rumah itu seram. Rumah itu besar namun padat akan benda-benda.

"Jangan bengong gais. Ayo cari teman-teman kita" ajak Mario dan diangguki mereka.

Sementara di sisi lain, Vandi dkk masih menunggu kepergian satu manusia aneh yang sedang menjaga pintu belakang.

"Ini gimana Van? Tu orang gak bakalan pergi kalau gak ada yang menarik perhatiannya" bisik Cia

"Iya tapi gimana caranya?" balas Vandi bingung

"Gak ada cara lain selain menyerang. Lagian dia solo, kalau kita hajar bareng-bareng pasti kita yang menang" ucap Saut

"Agak ragu tapi emang itu doang satu-satunya cara. Dia juga gak punya panah tuh, ngantuk juga itu kayaknya" ujar Vandi mengamati

"Kita serang aja habis itu terobos deh" ucap Febby dengan gampangnya

"Oke. Yang cwe cwe ambil ranting buat pukul, yang bagian gebuk gw sama saut yah" suruh Vandi lalu para cewe-cewe melihat sekeliling untuk mengambil ranting.

"Satu.... dua.... ti-"

"Tapi gue takut jir" Vandi memotong ucapan Saut yang sudah siap sedia ingin terobos

"Ck badan gede doang lo" umpat Cia kesal

"Bukan takut itunya. Tapi gue takut, gimana kalau sebenarnya ada yang jagain tapi tak terlihat? kayak sembunyi gitu" ujar Vandi menjelaskan

"Bener juga sih kata Vandi. Apalagi kalau mereka pegang panah." timpal Intan

"Kan kelompoknya Rinal udah tarik mereka ke hutan" ucap Febby

"Oh iya juga yah. Tapi tetap gak yakin sih" Ujar Saut

"Tenang kita disini buat melakukan tugas sepenuhnya" itu Rinal entah sejak kapan sudah disana yang diikuti dengan dayang dayang nya.

"Cepat beraksi Rin. Biar kita segera masuk" pinta Cia dan diangguki oleh Rinal.

Rinal melempar kuat ranting pohon yang bulat ke arah semak yang berlawanan dengan mereka hingga menimbulkan suara seperti seorang yang terjatuh.

Para sekte sekte itu bergegas menuju arah sumber suara tersebut. Dan dengan cepat kelompok Vandi memasuki bangunan itu. Sementara kelompok Rinal menjaga diluar untuk antisipasi.

Sama halnya dengan kelompok Mario, mereka tercengang melihat isi ruangan itu. Bedanya, bagian belakang lebih gelap dan lebih padat. Satu hal yang mereka pertanyakan adalah mengapa setiap benda di rumah itu ditutupi kain hitam? Dan bukan itu yang perlukan untuk saat ini. Tujuan yang pertama adalah menyelamatkan teman-teman mereka.

Dengan hati-hati mereka menyusuri bangunan itu sembari melihat kesana-kemari untuk memastikan mereka aman.

"Jangan ada yang sentuh apapun apalagi kalau sampai menimbulkan suara" ucap Vandi

Sementara kelompok Mario, masih belum menemukan tanda-tanda dimana keberadaan teman mereka. Dirasa keadaan semakin mencekam, dengan cepat namun hati-hati mereka melakukannya agar segera selesai.

Mereka menaiki tangga menuju lantai dua karena mereka sudah menyusuri lantai satu tak ada mereka disana.

Sesampainya di lantai dua, Mario memilih memasuki satu ruangan pertama yang dirasa teman-teman mereka ada disana.

Krieet

Bunyi pintu terbuka membuat mereka sangat keringat dingin dan panik.

Sudah memasuki ruangan namun masih seluas itu. Padahal kalau dilihat dari luar, rumah itu tidak seluas yang mereka jalani.

Dan benar adanya, teman-teman mereka berada di sana.

"Eh le ku Mar-" teriak Niko saat melihat Mario namun tiba-tiba tersadar bahwa ada satu manusia aneh yang berada di ruangan itu untuk memeriksa keadaan mereka

The Struggle Of 23 Trapped Students Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang