Prolog

2K 13 0
                                    

"Tawaran kerja itu menarik sayang tapi.. bukannya lebih baik kalau kau tetap disini? Di Los Angeles dimana seluruh keluarga kita tinggal?" Wanita yang sudah di pertengahan lima puluhnya itu mengusap punggung putrinya yang masih menangis karena harus meninggalkan rumah sore ini.

"Mom.. Kita selalu sekarat di tanggal tua karena banyak yang harus dibayar Dad tahun ini. Aku akan dibayar dua kali lipat dari gaji Dad yang udah dua puluh tahun kerja di perusahaan pelit itu... Aku harus pergi Mom." Suara gadis muda itu terdengar lucu karena hidungnya tersumbat akibat terlalu banyak menangis.

"Nala, Mom yakin akan ada juga perusahaan yang mau bayar kamu sebanyak itu.. Somewhere di LA...." Ucap perempuan yang dipanggil 'Mom' itu sendu, sedikit memohon putrinya untuk tetap tinggal dan melupakan mimpinya menjadi desainer trainee Vogue, majalah terbesar dunia.

"Ini Vogue Mom.. Vogue! Aku juga benci pergi dari LA tapi demi keluarga kita Mom." Air mata kembali memenuhi pelupuk mata Nala.

"Shhh.. Nala kau sudah hampir empat jam menangis. Kalau kau begitu sedih untuk pergi kenapa harus pergi sayang?" Ibunya kembali memeluk Nala erat. Putri sulungnya akan segera pergi beberapa jam lagi ke tempat yang hanya bisa dicapai dengan menaiki pesawat.

"Aku mandi dulu Mom.. Daripada aku nangis terus kayak orang gila gini." Ucap Nala sambil beranjak pergi dari pelukan Ibunya menuju ke kamar mandi untuk menangis lagi dibawah kucuran shower tentunya.

&

Setelah berpisah dengan keluarganya dan menangis lagi di bandara, Nala akhirnya duduk juga di dalam pesawat.

"Penumpang yang terhormat selamat datang di penerbangan........" Ucapan pramugari buyar dari pendengaran Nala karena mata Nala tertutup lima menit setelah mendaratkan pantatnya di kursi penumpang. Ia sepertinya menangis terlalu lama sampai tubuhnya tidak kuat lagi menahan lelah dan kantuk.

Nala terbangun lagi karena guncangan pesawat yang begitu hebat sampai-sampai seluruh koper di kabin terjatuh keluar. Wajah pramugari dan pramugara terlihat begitu panik dan pucat seakan tau kalau ini bukan pertanda baik.

Suara jeritan dan tangisan doa-doa memenuhi setiap sudut pesawat membuat rasa panik benar-benar menguasai Nala. Nala memejamkan matanya dan berdoa. Ia baru saja akan mengangkat derajat keluarganya dan meraih mimpinya tinggal di New York kecelakaan pesawat adalah hal terakhir yang Ia mau.

Saat Nala akan membuka matanya, koper besar yang ada di cabin tepat di atas kepala Nala menghentak kepala Nala keras sampai Nala kehilangan kesadarannya.

&
See you next chapter!

Forest BirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang