Kalau ada yang bertanya "Apakah Axello seksi?" pada Nala tiga bulan yang lalu, Nala akan dengan cepat menjawab "Kuda balap jauh lebih seksi dari Axello yang berwajah tolol."
Tapi seperti sekarang, Axello yang sedang memotong kayu dengan telanjang dada untuk memperbesar area tinggal mereka dengan keringat membanjiri tubuhnya membuat Axello terlihat sangat seksi.
Sudah hampir empat bulan mereka terjebak di pulau antah berantah ini dan jujur saja, Nala dan Axello sudah tidak lagi berharap pada pasukan penyelamat. Mereka juga perlahan sudah mulai terampil dan terbiasa hidup di pulau kosong ini.
Hari itu mereka memutuskan bahwa seks itu tidak berarti apa-apa dan menganggap tidak ada yang terjadi hari itu. Beberapa kali setelah itu, Nala dan Axello berhubungan badan tanpa pengaman seperti anak muda yang baru bebas dan belum tahu resiko.
Mereka menginginkan tubuh satu sama lain tetapi selalu bersembunyi di balik topeng 'kebutuhan biologis manusia' yang sebenarnya adalah alasan yang konyol, tapi mereka terlalu tidak peduli dengan alasan konyol itu karena mereka sangat menginginkan satu sama lainnya.
Tapi entahlah sejak hari itu, Nala melihat Axello sebagai laki-laki yang sungguh sangat sempurna. Laki-laki sempurna yang sejak dulu dibilang orang-orang disekitarnya dan selalu ditentang Nala karena di mata Nala, Axello tidak lebih tampan dari seekor musang.
Axello terlihat lebih dewasa dan kebapak-an akhir-akhir ini yang membuatnya semakin seksi dan menggiurkan untuk Nala.
"Arnala lo bisa nggak berhenti ngeliatin gue kayak gitu?" Ucap Axello sambil menyeka keringatnya dengan tangan kanannya yang memegang pisau.
"Nggak." Jawab Nala singkat sambil menjulurkan lidahnya keluar membuat Axello mendatanginya untuk menyentil dahinya.
"Aww..!!" Nala mengusap-ngusap jidatnya yang sedikit perih karena sentilan Axello.
"Nala lo udah tiga hari nggak mandi.. Lo nggak kasian sama gue nyium keringet lo setiap hari."
"Jelas-jelas lo yang keringetan Axello." Ucap Nala sambil menutup hidungnya dengan wajah cemberut padahal Axello yang jelas tidak memakai parfum karena mereka di tengah pulau tak berpenghuni masih sangat wangi bahkan disaat Ia banjir keringat.
"Udahlah ayo mandi.. Ayo mandi Arnalaa...." Axello meletakkan pisau dan beberapa kayu sebelum menggandeng tangan Nala untuk mengajaknya mandi.
Meskipun sambil mengomel Nala selalu menurut.
Akhir-akhir ini Nala begitu susah diajak mandi. Katanya merasakan air yang menyentuh tubuhnya membuatnya mual dan jijik. Jadi ini memang tugas baru Axello untuk mengajak Nala mandi bersamanya. Dan tampaknya itu berhasil karena Nala akhirnya menurut dan mandi meskipun sambil mual-mual setiap kali Ia membilas tubuhnya dengan air.
Tentu saja mereka mandi di tempat yang terpisah satu sama lain untuk kesejahteraan masing-masing. Tapi mata Axello yang selalu menatap tubuh telanjang Nala dan Nala yang curi-curi pandang ke arah Axello yang sedang mandi dengan laparnya menandakan jarak tempat mandi mereka tidak cukup jauh.
&
"Daritadi lo nggak berhenti muntah Nala.. Lo nggak ada makan makanan yang basi kan?" Axello memijat-mijat tengkuk Nala dengan wajah khawatir.
"Gue udah bilang.. hueeekk... Gue mual banget kalalu harus mandi... hueek.. huuuek.. Axello brengsek!"
"Ya maaf dong Nala.. Masa lo nggak mandi selamanya?" Axello menggigit bibirnya khawatir karena mustahil kalau Nala se-sakit ini hanya karena mandi siang tadi.
"Sumpah lo sekali lagi nyuruh gue mandi.. Gue beneran cari tempat tinggal lain sumpahh!" Ucap Nala sambil menyeka bibirnya. Ia akhirnya tidak lagi mau muntah setelah hampir setengah jam bolak-balik berjalan cukup jauh dari goa untuk muntah.
"Lo jalan sempoyongan gitu mending gue pegangin deh sini.."
"Gausah pegang-pegang gue kalo lo masih belom pake baju! Dikira gue bersyukur liat otot-otot lo yang kecil-kecil itu hah?!" Ucap Nala, menepis tangan Axello yang masih berusaha menggandengnya.
"Duhh.. Nala.. Ini bukan waktunya deh lo keras kepala.. Lo juga udah sering liat gue nggak pake baju." Dengan cepat Axello menggendong Nala bridal style, membuat Nala tidak bisa berkutik merasakan hangatnya tubuh Axello yang menempel ke tubuhnya. Seketika rasa nyaman mengalir di seluruh tubuh Nala menghilangkan segala rasa mualnya.
&
"Sok-sok keras kepala nggak mau dibantuin tapi lo keenakan juga." Suara serak Axello adalah hal pertama yang menyambut Nala saat Nala terbangun dari tidur lelapnya. Nala melotot tidak menyangka Ia tertidur sampai pagi dengan posisi memeluk tubuh Axello erat dari samping sambil merebahkan kepalanya di dada kekar Axello.
"Lo kenapa gak bangunin gue?!"
"Siapa yang tega bangunin kalo tau lo muntah-muntah terus kemaren hmm?" Axello mencubit pipi Nala yang sudah menggembung karena Nala kesal.
"Gue bakal buatin lo sarapan pake apa yang ada.. Kalo lo mual makannya nggak usah dihabisin nggak apa-apa tapi setidaknya makan Arnala. Nggak biasanya lo makan sedikit banget kayak model mau photoshoot gini.." Ucap Axello sambil keluar dari tenda.
Rasa mual dan lemas kembali menyerang tubuh Nala begitu Axello keluar dari tenda. Ini gila.. Apa Axello memakai semacam jimat yang membuat Nala terus-terusan sakit saat mereka berjauhan?!
"Axello..!" Nala memanggil Axello lemah tapi untungnya Axello belum berjalan jauh jadi Axello segera kembali ke tenda, takut terjadi sesuatu pada Nala.
"Lo kenapa Nala?" Axello berjongkok di sebelah tubuh Nala yang sudah meringkuk di dalam selimut mengusap rambut Nala yang sudah dibanjiri keringat dingin.
"G-gue ikut lo aja."
Nala terlalu gengsi untuk mengakui bahwa Ia merasa benar-benar sakit saat jauh dari Axello. Nala tidak mau mengakuinya dan hal ini juga mustahil terjadi karena Nala selalu membenci Axello.. Apa sekarang, di tengah mereka terjebak di pulau antah berantah ini, tubuhnya mengkhianatinya?!!
"Arnala.. Lo lagi kayak gini dan lo mau ikut gue ke sungai untuk nangkep ikan?! Nggak." Ucap Axello tegas. Ia tidak bisa membiarkan Nala lebih sakit dari ini.
"Please Axel..." Nala memohon kali ini dengan nada merengek yang hanya Ia tunjukkan pada ibunya. Ia tidak tahu dorongan apa yang membuatnya bertingkah seperti ini.
"Gue janji gue nggak ganggu.. Gue bakal duduk manis doang sampe lo selesai."
"Nggak."
"Please?"
"Nggak Arnala berapa kali gue haruumpphh-"
"Curang lo main cium!" Axello memanyunkan bibirnya yang baru saja di cium Nala. Arnala tahu kelemahannya dan selalu menggunakannya untuk menjahili Axello.
"Pokoknya gue ikut."
"Tapi lo harus mau gue gendong pulang pergi." Ucap Axello akhirnya mengalah. Dijawab anggukan semangat oleh Nala yang akhirnya boleh ikut.
Dan pergilah mereka mencari sarapan dengan Nala digendongan Axello. Nala merasakan perubahan di dalam dirinya, Ia mencoba menghindari perubahan ini beberapa minggu terakhir tapi.. Perubahan ini membuatnya lebih dekat dengan Axello dan kalau boleh jujur, Nala menikmatinya.
&
Akhirnyaaaa.. Bisa update lagi!!
Nggak nyangka ternyata ada banyak yang suka cerita ini..
Terima kasih ya!
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Forest Birth
Romance[18+] mature Pesawat yang membawa Nala yang ingin memulai hidup lebih baik di New York jatuh di pulau antah berantah. Dan di saat Nala pikir Ia adalah satu-satunya orang yang selamat ternyata salah karena Axello, rivalnya sekaligus musuh bebuyutanny...