New Place.

1.2K 29 0
                                    

Dinginnya malam membuat Nala yang setengah tidur bergeser dan bergerak ke arah Axello. Mencoba menghangatkan tubuhnya setengah sadar sampai Ia lupa kalau Axello adalah rival yang begitu Ia benci untuk sesaat.

Axello memejamkan matanya dan menggigit bibirnya merasakan pantat Nala yang bergerak dan menempel seakan menggoda penisnya yang sudah tegak sejak tadi.

Nala meringkukkan tubuhnya ke arah Axello membuat Axello tidak tega untuk membangunkan Nala dan menggesernya. Axello merasa begitu hina karena disaat Nala kedinginan bisa-bisanya Ia sebegitu mudahnya terangsang.

Jadi sambil menahan denyutan di penisnya yang sudah keras, Axello menutup matanya, berharap besok pagi Ia sudah tidak merasa gila lagi.

&

Mata Nala melotot saat Ia melihat betapa besar dan tegangnya penis yang hanya terlindungi boxer itu. Nala tau kalau semua laki-laki dewasa yang sehat dan normal mengalami ereksi secara alami di pagi hari, tapi baru kali ini Nala melihatnya secara langsung sementara Axello masih tertidur lelap.

Matahari yang terik membuat pakaian mereka berhasil kering dengan sempurna. Jadi sementara Axello yang entah mengapa bisa tidur begitu lelap beralaskan pasir dan bebatuan, Nala memakai bajunya agar kejadian gila seperti semalam tidak terjadi lagi. Merasakan kerasnya penis Axello menekan pantatnya—

Gelapnya malam membuat Nala tidak melihat koper-koper besar yang tersebar di pantai. Nala berlari dan mengumpulkan semua koper dan tas yang Ia temukan. Saat Nala membuka satu demi satu koper dan tas yang Ia temukan, rasa lega mengalir di seluruh tubuhnya.

"Lo kayak maling yang abis rampok berangkas deh... Chill out Miss Arnala." Suara serak Axello yang baru terbangun dari tidurnya terdengar berada tepat dibelakang Nala yang sedang begitu sibuk memilah barang sambil duduk di pasir.

Nala menemukan tiga tas gunung yang terisi lengkap dengan makanan instan,kompor kecil dan beberapa gas yang masih tersegel,selimut hangat, terpal, dan peralatan mendaki gunung lainnya yang sangat berguna untuk situasi Nala dan Axello sekarang. Nala juga menemukan koper berisi peralatan mandi dan banyak pakaian dengan ukuran Axello yang mungkin bisa dijadikan baju tidur daster untuk Nala.

"Axello, kita harus buang yang nggak guna di koper-koper ini karena kita cuman bisa bawa dua tas gunung dan empat koper. Disini nggak aman kita harus cari tempat tidur sebelum gelap." Perintah Nala tegas sambil mencoba memasukkan barang-barang yang sudah Ia pilah sejak tadi.

"Siap nyonya!" Axello memberi gerakan hormat seperti tentara sebelum melakukan yang diminta Nala membuat Nala memutar matanya malas. Bagaimana bisa Axello tetap waras disaat ada kemungkinan kalau mereka berdua terjebak disini selamanya atau bahkan mati karena kehabisan bahan makanan atau dicabik-cabik beruang!!!

"Lo tau nggak sih ini serius?! Situasi ini?!" Nala bangkit dan mendorong pundak Axello dengan marah.

"Gue tau tapi lo ketakutan terus kayak gini juga nggak guna Nala.." Axello mengusap tengkuknya pelan. Ia bingung kenapa seorang Arnala yang sejak dulu selalu tenang dan teratur mendadak begitu panik seperti ini.

"Gue harusnya dengerin mom! Gue harusnya nggak pergi dari LA! Gue nggak seharusnya ketemu lagi sama lo! Gue bahkan belom pernah pacaran.. Gue- G- Gue..." Dan tangisan Arnala yang sebenarnya Ia tahan-tahan selama ini akhirnya pecah juga seperti bendungan yang menampung terlalu banyak air.

"Sok kuat emang spesialis lo Arnala.. Dan karena itu sekalinya lo kena tekanan, lo selalu pecah kayak gini. Daridulu gue udah bilang kalo ini kelemahan lo..." Axello mendudukan dirinya di pasir agar bisa sejajar dengan Nala yang masih terisak.

Forest BirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang