Jangan lupa votmennya:*
×××
Sean mengerjapkan matanya saat cahaya matahari mengenai wajahnya. Ia melihat ke sekeliling dan ia langsung mengenali jika saat ini ia sedang berada di ruang tengah apartmentnya.
Ternyata dia tertidur disofa.
Saat akan bangun Sean merasakan jika tangannya tertahan sesuatu yang ternyata adalah tangan Luna. Sean menatap gadis itu yang masih tertidur pulas dengan posisi duduk di atas karpet dengan kepala yang ia letakan di atas sofa dan tangan yang sedang memegangi tangan Sean.
Sean menelusuri wajah cantik Luna dengan matanya. Jika boleh jujur, Sean sangat suka dengan mata gadis itu yang terlihat sangat indah dan tidak takut walaupun dia sedang ketakutan.
Yang kedua, Sean menyukai bibir Luna yang terlihat sangat pas dengan wajah dan bibir itu juga terasa sangat lembut saat Sean melumatnya. Tanpa sadar Sean menggerakkan tangannya pelan untuk membelai pipi mulus Luna.
"Hemm." Gumam Luna dengan mengerjapkan mata sebelum membukanya dan tatapan matanya pun langsung bertemu dengan Sean yang membuatnya tertegun. Luna menatap pria tampan itu dan tanpa sadar mengulurkan tangannya, tapi Sean memegang tangan Lun dengan cepat.
"Aku hanya ingin tahu, apa Tuan masih demam atau tidak." Ucap Luna yang masih menatap Sean.
"Aku sudah sembuh."
"Syukurlah. Kalau begitu aku bisa pergi."
"Siapa bilang kau bisa pergi?" Sean mengeratkan genggaman tangannya.
"Kata Tuan tadi malam aku boleh pergi."
"Bukankah aku sudah bilang. Aku tidak akan melepaskan mu lagi jika kau tidak langsung pergi?" Sean menarik tangan Luna hingga Luna tertarik kedepan dengan kuat dan mendarat di atas tubuh Sean.
"Tuan-"
"Aku tidak akan pernah melepaskan mu lagi." Bisik Sean di telinga Luna dan meraup bibir Luna sedetik kemudian.
Sean memegangi tengkuk Luna yang membuat Luna tidak bisa bergerak dan hanya bisa pasrah. Awalnya Luna menahan nafasnya dan tidak membalas ciuman Sean, tapi lama kelamaan Luna mulai membalas ciuman Sean yang semakin menuntut.
Sean menjauhkan wajahnya dan menatap wajah Luna yang ada di atas dengan mata yang masih tertutup. Sean menyentuh pipi Luna yang membuat gadis itu membuka matanya dan melihat wajah Sean yang memerah.
Luna mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi dan dahi Sean, memeriksa apakah pria itu masih demam atau tidak. Dan ternyata demam Sean sudah hilang, tapi kenapa wajahnya memerah? Tanya Luna pada dirinya sendiri.
"Wajahnya Tuan memerah. Apa masih sakit?"
Sean tidak menjawab pertanyaan Luna dan bangun dari tidurnya yang membuat Luna segera turun dari atas tubuh Sean dan berdiri disampingnya.
"Aku akan mengantarkanmu kesekolah. Jadi segeralah bersiap-siap." Ucap Sean sambil berjalan menuju kamarnya.
Mendengar ucapan Sean, Luna pun segera lari kekamarnya untuk bersiap-siap. Secepat mungkin Luna melakukan semuanya, karena ia tak ingin membuat Sean terlalu lama menunggunya.
Begitu selesai, Luna pun keluar dari kamarnya dan melihat Sean yang sudah berdiri diruang tengah dengan hanya mengenakan kemeja dan celana bahan hitam, serta jas yang ada di tangannya.
'Tetap tampan walaupun berdiam diri dengan wajah datarnya.'
Tentu saja itu suara hati Luna. Mana berani gadis itu berkata seperti itu didepan pria tempramental seperti Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS KECIL MILIK CEO! - KIM SEOKJIN
Romance"Kau hanya milikku, Luna!" Tegas Sean pada Luna, yang membuat langkah wanita itu terhenti dan memutar tubuhnya. "Aku selalu menjadi milik, Daddy. Tapi, Daddy sendiri tidak pernah menjadi milikku." Jawab Luna dengan air mata yang sudah membasahi pipi...