"Kau hanya milikku, Luna!" Tegas Sean pada Luna, yang membuat langkah wanita itu terhenti dan memutar tubuhnya. "Aku selalu menjadi milik, Daddy. Tapi, Daddy sendiri tidak pernah menjadi milikku." Jawab Luna dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Dengan langkah berat Luna kembali memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan Sean yang masih terdiam mendengar apa yang Luna ucapkan. Luna benar, semua ucapan Luna tidak salah. Disini hati Sean lah yang salah karena terlalu bimbang untuk memilih antara Luna si gadis simpanannya atau wanita yang sudah menjadi istrinya selama tiga tahun tapi tidak pernah benar-benar menjadi sosok istri baginya. Apakah Sean akan sadar dengan sikap dan apa yang sudah dia lakukan selama ini pada Luna? Atau akankah dia tetap bertahan dengan istri yang lambat laun sudah tidak ia cintai lagi?