05. Must - Most

212 40 24
                                    

now playing; sharing

"Nggak bisa gitu dong, Kak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Nggak bisa gitu dong, Kak!"

Suara Rora menggema di dalam ruangan, tajam dan penuh kemarahan. Wajahnya merah padam, ekspresinya mencerminkan kekecewaan yang dalam. Keputusan sepihak yang diambil oleh para anggota membuatnya murka. Di ruangan itu, hanya ada dia dan Karina yang berusaha tetap tenang menghadapinya, sementara anggota lain menunggu di luar, seolah menyadari intensitas yang tak bisa mereka redakan.

Ahyeon yang duduk tak jauh dari pintu, bersama Rami, langsung menoleh ketika suara Rora memecah keheningan. Kebingungan dan kecemasan merayap di wajahnya, matanya mencari jawaban dari Rami yang ada di sampingnya, meski dia tahu, urusan ini sebenarnya bukan tanggung jawabnya.

"Kami sepakat buat Rora rehat," ujar Rami, tiba-tiba, suaranya datar tapi berat terasa, membuat Ahyeon terkejut saat mendengarnya.

"Kenapa?" Ahyeon bertanya, perasaannya bercampur aduk antara penasaran dan kecewa. Kecewa karena Rora tak pernah menyebutkan ini padanya.

"Tenggorokan dia, nggak bisa dipaksa terus buat nyanyi," Rami melanjutkan, menjelaskan dengan sedikit keraguan dalam suaranya.

"Emang separah apa?" Ahyeon bertanya, matanya berkabut oleh kekhawatiran yang tak bisa dia sembunyikan.

"Gue nggak tahu detailnya, Kak Asa yang tahu. Dia juga yang saranin ini ke Kak Karina," jawab Rami, kini nadanya lebih lembut, meski matanya menyiratkan rasa simpati yang dalam. "Yang gue tahu, Rora pengen banget ikut konser orkestra tahun ini."

Perlahan, kepala Ahyeon beralih ke arah Asa yang duduk di pojok ruangan, diam dengan kekosongan dalam pandangan. Asa terlihat tenggelam dalam pikiran, mendengarkan setiap kata yang terlontar dari pertengkaran di balik pintu yang tertutup di hadapan mereka. Ketegangan di luar terasa begitu sunyi dibandingkan dengan ledakan emosi dari ruangan tempat Rora dan Karina berada.

Rora, yang sebelumnya begitu bersemangat untuk datang ke latihan, kini terjebak dalam perdebatan yang penuh kepahitan. Suaranya yang biasanya lembut terdengar retak, meski dia berusaha mempertahankan ketegasan. Ahyeon, yang hanya bisa mendengarkan dari kejauhan, merasakan beban itu seolah menekan tak hanya tenggorokan Rora, tetapi juga hatinya. Kebahagiaan yang begitu terang beberapa jam lalu telah terurai menjadi amarah yang merayap di seluruh ruangan, memenuhi udara dengan ketegangan yang tak terelakkan.

Lalu perlahan, pintu sedikit terbuka, dan kepala Karina muncul, wajahnya tampak lebih lelah daripada biasanya. Matanya menyapu ruangan, menatap semua orang. "Asa, bisa masuk sebentar?" ucapnya, suaranya tetap tenang meskipun suasana terasa mencekam.

Asa, yang sejak tadi duduk diam di pojok ruangan, bangkit tanpa berkata sepatah kata. Saat Karina membuka pintu lebih lebar untuk mempersilakannya, mata Ahyeon sempat menangkap sosok Rora di dalam ruangan. Rora duduk, tubuhnya terlihat kecil dan rapuh, kedua tangannya menutupi wajahnya, seolah berusaha menyembunyikan air mata atau perasaan yang tak mampu dia kendalikan. Gadis yang biasanya tenang dan tak tergoyahkan, kini tampak begitu rentan, wajahnya memancarkan kesedihan yang tak bisa dia sembunyikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Labyrinth. [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang