Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semua!
Happy reading!
🦋🦋🦋
"Terlalu sibuk memikirkan sukses di usia muda, sampai lupa kita juga bisa meninggal di usia muda."
Afifah Hilya Nafisah
🦋🦋🦋
_____________________
06. Lalai terhadap segalanya.
_____________________Semilir angin menemani malam indah yang sunyi ini, berdiam diri dikamar seorang diri sambil menikmati sejuknya malam ini. Berangan-angan dengan segala imajinasi adalah kegiatan setiap orang di malam harinya. Mengistirahatkan dirinya sejenak untuk memikirkan segala kerumitan dunia. Namun tak jarang ada yang malah memperumit pikirannya sendiri dengan segala over thinking-Nya.
Dimalam ini, seorang gadis ber-piyama pink soft tengah melakukan kegiatannya setiap malam. Membuat cerita didalam sebuah aplikasi. Merakit sejuta kata menjadi sebuah aksara yang indah.
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu berhasil menghentikan kegiatannya sejenak. Dengan terburu-buru ia menyambar kerudungnya untuk membuka pintu. Khawatir jika yang mengetuk bukan dari mahramnya, karena tak jarang sepupu laki-lakinya mengetuk pintu kamarnya untuk sekedar menumpang tidur di kamarnya yang sangat amat nyaman.
Dan benar saja jika yang mengetuk pintu adalah sepupunya, Evan Rafka Putra namanya. Dengan muka tengilnya ia tersenyum jahil menatap adik sepupunya yang terlihat kesal. Tanpa meminta izin, ia masuk kedalam kamar sang adik yang telah ia anggap sebagai adik kandungnya.
"Mas nginep ya!" ucap Evan. Membaringkan diri di kasur empuk milik Hilya sembari memberantakkan sedikit kasur yang telah ditata rapi sedemikian rupa. Hilya yang melihat itu hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan sepupunya satu ini. Menjengkelkan namun ia sayang terhadap Evan Rafka Putra ini.
Dengan gerakan tangan naik turun didada, Hilya mengucapkan istighfar didalam hati agar ia diberikan sebuah kekuatan untuk menghadapi sepupunya satu ini. Berdiam diri di dekat pintu sembari menatap Evan yang tengah mengacak-acak kamarnya. "Kamu ini mau nginep apa mau ngacak-ngacak kamar ku sih?" tanya Hilya sembari menunjukkan wajah kesalnya. Bukannya merasa bersalah, ia malah semakin menunjukkan muka tengilnya di hadapan Hilya. Menurut Evan, mimik muka yang ditunjukkan Hilya sangat menggemaskan di matanya.
'Ya Allah sabar kan hamba-Mu untuk menghadapi salah satu hamba-Mu yang tengil ini, laa Haula Walla kuwwata illah billah' batinnya.
"Udahlah kalo emang cuma mau ngacak-ngacak kamar ku mending kamu keluar deh mas!" kesal Hilya melihat sang sepupu semakin menjadi-jadi.
"Hehe, bercanda doang dek, eh mas mau cerita." cengir Evan sembari merapikan kembali barang yang sudah ia acak-acak. Hilya yang mendengar itupun hanya mendekatkan diri kepada sang sepupu.
"Mau cerita apa?" tanyanya ketika telah berada di samping Evan. Dengan gerakan lemah lembut Hilya duduk dan menghadap sang sepupu untuk mendengarkan cerita yang akan diceritakan oleh sang sepupu.
"Mas bingung, mau jadi apa sehabis kuliah ini. Pekerjaan yang menghasilkan banyak uang apa ya kira-kira?" tanya Evan sembari menatap Hilya menunggu jawaban. Hilya pun berpikir pekerjaan apa yang menghasilkan banyak uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir dari Tuhan
SpiritualBulan sabit, indah untuk dipandang. Seindah senyuman seorang Afifah Hilya Nafisah. Namun lelaki yang tak bertanggung jawab datang dalam kehidupannya dan menghancurkan segala senyumannya. Merubah keadaan yang awalnya baik-baik saja menjadi biasa-bias...