Chapter 3 - Agnyana

216 37 14
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pagi minggu yang cerah menyambut dengan penuh sukacita aktivitas semua manusia di dunia, tak terkecuali Love yang sedang sibuk menyetir mobil kesayangannya. Gadis anggun nan cantik itu masih memikirkan percakapan dengan sang sahabat tempo hari, sesungguhnya Love tidak dapat memungkiri bahwa gadis itu cukup penasaran dengan orang yang disebut sebagai "anak emas Vosbein". Love ingin mengetahui orang tersebut, namun ia masih bingung bagaimana caranya dapat berteman dengan sang anak emas Vosbein.

Tring tring tring!

Sebuah panggilan membuyarkan gadis mungil itu dari pemikirannya, dengan cekatan ia mengambil handphone untuk melihat siapa manusia yang mengganggu pagi minggunya yang tenang. Tertulis di sana "Prim" merupakan salah satu sahabat Love sejak SMA, tanpa banyak basa basi Love segera mengangkat panggilan tersebut dan memasang earbuds di salah satu telinganya.

"Ada apa?" tanya Love kepada orang di seberang sembari fokus dengan jalanan yang cukup ramai.

"Gua telat dikit ya, ada urusan sebentar sama kak Ciize sekitar 15 menitan lah, gak papa kan?" Love mengangguk pelan meski tidak dapat di lihat oleh Prim.

"Salam buat kak Ciize. Gua nunggu di tempat biasa nanti."

"Okey, kalau otw gua kabarin." Prim kemudian menutup panggilan mereka, Love pun melepas earbuds di telinganya dan kembali fokus menuju tempat tujuan.

***

Beberapa menit mengendarai kendaraan roda empat tersebut akhirnya Love tiba di tempat tujuannya, sebuah cafe bergaya klasik yang sudah sering dia dan teman-temannya datangi. Sebuah tempat yang menenangkan bagi gadis cantik nan imut itu dari segala hiruk pikuk pekerjaannya. Love melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe tersebut sembari memainkan handphone nya untuk mengabari Prim bahwa dia sudah sampai, namun ia tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari sana, sehingga americano yang dibawa oleh orang tersebut jatuh mengenai baju keduanya. Meski baju orang tersebut lebih parah dibandingkan Love.

"Maaf, saya tidak sengaja." Suara lembut keluar dari orang tersebut. Padahal Love yang salah namun orang tersebut yang meminta maaf.

"Tidak apa-apa, lagipula salah saya." Love menyeka beberapa butiran americano yang jatuh ke bajunya, meski tidak ada perubahan berarti, baju itu sudah kotor.

"Bagaimana dengan americano Anda, biar saya ganti," lanjut Love menatap americano di tangan orang di depannya yang hanya tinggal hikmah saja.

"Tidak perlu, saya bisa beli lagi. Terima kasih atas tawarannya, maaf sekali lagi," ujar nya kemudian melangkah masuk ke dalam diikuti oleh Love.

Keduanya sekarang berada di depan kasir untuk memesan, mereka berdiri berdampingan atau bisa dibilang Love yang memposisikan dirinya di samping orang tersebut.

"Americano nya satu, Ford," ujar orang tersebut kembali memesan, membuat sang kasir menautkan alisnya heran.

"Bukannya baru beberapa detik yang lalu kamu pesan, Kak? Nanti asam lambungmu kumat loh." Sekarang giliran Love menautkan alisnya, bagaimana bisa Ford mengenali orang tersebut, ini pertama kalinya Love melihat orang tersebut di sini padahal kan gadis itu pelanggan tetap dan sering kemari, namun batang hidung Milk baru kali ini dia melihatnya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang