ii

105 32 8
                                    

Kalau biasanya saat malam Sabtu seperti ini, Sekar akan nongkrong untuk main billiard bersama Gina dan Yesi. Maka malam Sabtu kali ini, Sekar lebih memilih ngapel ke rumah Gina.

Tentu saja bukan untuk menemui Gina, melainkan adik sepupunya yang menggemaskan.

Berbekal sekotak martabak manis, segelas boba milk tea ukuran large dan lima buah mochi varian berbeda―Sekar segera melajukan motornya menuju rumah Gina yang sebenarnya jauh sekali dari rumahnya.

Rumah Sekar ada di daerah Kabupaten bagian utara sedangkan rumah Gina ada di daerah Kabupaten bagian selatan.

Sesampainya disana, setelah merapikan penampilannya sedikit, Sekar segera mengetuk pintu. Jujur, ia merasa jantungnya berpacu cepat karena ini adalah kali pertama Sekar melakukannya. Biasanya kan―Sekar yang diapeli bukan yang ngapel.

Merasa tidak ada respon, Sekar mencoba mengetuk pintu sekali lagi. Dan satu menit kemudian, pintu terbuka menampilkan sosok Wilona yang tampak berkali-kali lipat menggemaskan karena mengenakan pakaian tidur pendek berwarna merah muda.

"Aduh, temannya Mbak Gina ya? Mbak Gina lagi pergi sama Kak Nanda dari setengah jam yang lalu," ujar Wilona, ia sudah hafal betul dengan wajah Sekar mengingat seberapa sering gadis itu datang ke rumah.

Sekar berdehem pelan, lalu menggeleng. Duh, semoga saja bahasa Indonesianya enak didengar.

"Enggak kok, saya enggak nyari Gina," balasnya lalu diakhiri dengan senyum kecil buat dahi Wilona berkerut mendengarnya.

"Saya boleh masuk dulu?" Wilona mengangguk, ia membuka lebar pintu lalu sedikit menyingkir. Membiarkan Sekar masuk ke dalam. Toh―sahabat dari sepupunya ini tidak mungkin berbuat aneh-aneh.

Keduanya kini duduk berhadapan dengan perasaan canggung. Sebab meskipun Sekar sering datang semenjak Wilona tinggal disini, mereka jarang berinteraksi. Biasanya saat Sekar datang, Wilona akan mengurung diri di dalam kamarnya. Gadis itu akan keluar kamar jika dalam keadaan mendesak, lapar misalnya.

"Terus kalau enggak nyari Mbak Gina, nyari siapa?" tanya Wilona bingung, ekspresinya berhasil buat Sekar gemas bukan main dengan bocah itu.

"Kalau nyariin kamu, boleh?"

Mata Wilona membulat mendengarnya, "hah?" beonya.

Sekar tertawa, "iya, nyariin kamu. Masa nyariin Pak Santo kan orangnya enggak ada," candanya.

Pipi Wilona memerah malu, ia menunduk memainkan ujung pakaiannya. Tidak tahu saja Sekar sudah menahan gemas melihatnya.

Sekar memang suka gemas dengan orang-orang yang menurutnya lucu, dan Wilona masuk ke dalam kategorinya. Namun bedanya, jika yang lain akan ia anggap adik atau saudara, maka Wilona harus jadi kekasihnya.

"Ih, enggak jelas tau, Kak."

Sekar lagi-lagi tertawa, kemudian teringat sesuatu. Gadis itu berdiri buat Wilona mengernyit, "sebentar, ada yang ketinggalan di motor," ujarnya lalu melangkah keluar.

Selang dua menit, Sekar kembali seraya menenteng kantung kresek di tangannya. Ia menyodorkannya pada Wilona buat yang lebih muda menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Buat kamu," jelasnya.

"Kok buat aku?" tanya Wilona bingung.

"Ya gapapa, enggak mau emang?"

Wilona mengangguk, lalu dengan ragu-ragu menerima pemberian dari Sekar dengan mata berbinar. Entah kebetulan atau tidak, semua yang diberikan Sekar adalah kesukaan Wilona.

"Makasih, Kak."

Sekar mengangguk seraya tersenyum, ia kemudian mengambil tempat disamping Wilona yang juga tersenyum.

"Kakak tunggu disini sebentar―oh iya, mau dibikinin minum apa?"

"Terserah kamu aja, asal enggak dicampur sianida loh. Apapun saya minum kalau itu buatan kamu."

"Apasih." Wilona segera berdiri dan pergi menuju dapur membawa serta makanan yang dibawa Sekar, meninggalkan si tamu sendirian.

"Lucu," gumam Sekar lalu menggelengkan kepalanya.

Kurang lebih lima belas menit Sekar menunggu, akhirnya Wilona kembali membawa nampan berisikan dua gelas minuman, sepiring martabak manis yang Sekar bawa dan kue lapis.

"Semoga enggak kemanisan ya, Kak.." ujar Wilona seraya letakkan gelas berisi minuman itu dihadapan Sekar.

"Kamu kasih gula ya? Harusnya enggak usah, minumnya sambil lihat kamu aja udah manis ini."

"Apasih, Kak." lagi, pipi Wilona dibuat merona karena ucapan Sekar. Entah, perutnya juga terasa geli seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan didalam.

Padahal, Wilona biasa saja tiap digoda oleh teman-temannya dulu. Kenapa dengan Sekar rasanya berbeda? Wilona tidak mengerti.

Wilona duduk disamping Sekar, posisi mereka hanya dibatasi satu bantal sofa saat ini. Pipi Wilona lagi-lagi memerah saat sadari bagaimana tatapan Sekar untuknya.

"Oh iya, kamu sebelumnya tinggal dimana?" tanya Sekar membuka percakapan.

"Bogor, Kak. Kalau Kakak rumahnya sekitaran sini kah? Katanya Mbak Gina kalian udah temenan dari TK?" balas Wilona.

"Oalah. Enggak, rumah saya lumayan jauh sebenarnya. Kebetulan aja kita sama-sama sekolah di daerah kota, sempet pisah waktu SMP dulu. Tapi sekarang SMA satu sekolah lagi."

"Tapi kok kayaknya suka banget datang kesini? Kan rumahnya jauh?"

"Ya enggak apa-apa, dulu sebelum kamu pindah kesini, Gina yang sering ke rumah. Tapi kan sekarang ada yang harus dijaga sama dia."

Sekar meraih gelasnya lalu menenggak minumannya hingga tersisa setengah, ia rasakan lengket membasahi tenggorokannya―kemanisan, tapi tidak apa-apa.

"Kamu mau lanjut sekolah disini apa balik ke Bogor?"

"Kata Mami sih, kita bakal pindah kesini, Kak. Soalnya kan Mami emang dari sini, yang asli Bogor itu Papi. Minggu lalu aku juga udah urus pendaftaran di sekolah baru."

"Kalau boleh tau, daftar dimana?"

"Di YG, Kak."

Sekar mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, "Senin besok udah mulai sekolah dong?"

"Iya, agak nervous dikit sih Kak soalnya aku enggak bisa bahasa Jawa sama sekali. Kemarin minta ajarin Mbak Gina malah diajarin yang enggak bener."

"Enggak apa-apa, kebanyakan murid disana pakenya Indo sama Inggris, kamu enggak usah khawatir."

"Beneran?"

Sekar mengangguk lalu tertawa kecil melihat wajah cantik Wilona. Matanya berbinar penuh harap saat Sekar mengatakan hal itu.

"Oh iya, kalau Senin nanti pulangnya dijemput saya, mau enggak?"

"Eh?"

YG tuh salah satu SMP swasta di kotaku guys, jadi sekolahnya beneran ada🏃🏻‍♂️💨

WidodariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang