CHAPTER 2

105 1 0
                                    

hayo loh, kenapa kalian baca aja gk vote?😡
cepetan vote, aku ngambek nih kalo enggak🤨

chapter 2 gada adegan🔞nya ya wkwk, ya tapi ttp aja kudu waspada, dan yang baca kudu yg udh 18+

author gk bakal tanggung jawab kalo kalian yang dibawah umur baca ceritanya, wle😝

so, mari kita lanjut!
capcuss

pada gk sabar, kan lu pada? hehe

KATA GW VOTE YA VOTE, OKE?🤨

OoO
HOW DEEP US?🌆🔫💋

ingat, nemuin typo, tandai!

.
..
...

Sebuah iPad berlogo apel dibelakangnya berada pada genggaman pria berseragam jas kantor berwarna hitam. Menampilkan sebuah ruangan yang terhubung dengan CCTV kedalam iPadnya. Pria itu menegak sebotol air mineral sambil terus memerhatikan layar iPad. Menyandarkan punggung ke bagian depan Ford Mustang milik bos-nya. Menyemburkan air dari dalam mulutnya, hampir saja tersedak kala matanya menatap gelagat mencurigakan dari orang yang tengah ia pantau. Bahaya, darurat. Ia harus segera menghubungi bos-nya. Setelah mematikan layar iPad, ia merogoh ponsel di saku celananya, mencari nomor pemilik mobil juga iPad tadi. Namun, seseorang diseberang tidak menjawab panggilannya. Raut wajahnya kian berubah, khawatir. Sekali lagi ia menekan tanda telepon dan lagi-lagi panggilannya tidak diangkat.

"Gawat, Tuan Casp sepertinya tengah dalam bahaya." Pria yang menjadi tangan kanan pemilik mustang itu melangkah menuju kastil tua terawat yang menjadi pusat usaha gelap sang bos, setelah ia menyimpan rapi iPad kedalam mobil.

Karena ia sudah sering mengikuti bos-nya bekerja kesana kemari, ia jadi memiliki akses khusus yang juga diberikan oleh atasannya, guna mempermudah pertemuan dengan pria yang baru saja ia temui--terkulai lemas diatas meja. Meskipun begitu, pria dengan setelan merah maroon membuka sedikit matanya, menyipit.

"Oh, kau rupanya, Theodor." Pria bernama Theodor itu hanya bisa memejamkan mata pasrah, melihat keadaan bos-nya ini. Sudah sering pula ia membopong tubuh atasannya dalam keadaan seperti ini. Dia juga yakin, kalau pria yang berada dalam gandengannya ini sudah membeli barang terlarang itu lagi. Theodor membawa sang atasan keluar ruangan, sebelum ada yang mencurigai gerak-geriknya.

Sesampainya ditempat parkir, Theodor mendudukan tubuh Caspian selaku bos-nya kedalam mobil. Terlihat pria itu kembali terkulai lemah, menyandarkan kepalanya di kursi penumpang. Mesin mobil menyala, lalu Theodor menginjak pedal gas. Benar saja, sepertinya ada yang melapor. Sirine dari mobil polisi baru saja berbunyi, beruntung anggota berseragam itu tidak mencurigai dimana Caspian berada. Keduanya berhasil melarikan diri, karena Caspian tidak akan pernah tertangkap, sekali pun ia bersalah.

"Bagus Theodor." Pria yang tengah menyetir itu menatap wajah Caspian melalui kaca mobil didepannya. "Telat satu detik saja, maka polisi akan menginterogasiku lagi." Meskipun sekujur tubuhnya lemas, Caspian sudah tujuh puluh persen sadar.

"Tukang kebersihan baru saja menemukan sebuah bungkusan obat terlarang milikmu, Tuan." Caspian mencondongkan tubuhnya agar dapat mendengar ucapan Theodor dengan jelas. "... saya baru saja memeriksa CCTV melalui iPad, petugas kebersihannya adalah seorang wanita," jelas Theodor yang membuat kedua mata Caspian membulat.

How Deep Us?Where stories live. Discover now