Kara terbangun dengan rasa gelisah yang aneh, seolah ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Ketika ia membuka matanya, ia duduk di sebuah bangku di ruang tunggu rumah sakit. Ada bau antiseptik yang kuat di udara dan suara monitor jantung yang monoton. Di depannya, layar televisi kecil memutar berita tentang kecelakaan mengerikan yang baru saja terjadi di jalan tol. Kecelakaan itu melibatkan sebuah truk besar yang menabrak beberapa kendaraan, menyebabkan banyak korban jiwa. Kara merasa ada sesuatu yang familiar dalam berita itu, sesuatu yang memukul kuat di hatinya, tetapi ia tidak bisa mengingat apa pun.
Tiba-tiba, rasa sakit luar biasa menyerang perutnya. Ia segera sadar, bayinya akan segera lahir. Tapi, ada sesuatu yang lebih dari sekadar persalinan. Ada perasaan kuat bahwa waktu sedang berlomba dengannya—bahwa dia bukan hanya berjuang untuk melahirkan, tapi juga melawan sesuatu yang tidak terlihat, sesuatu yang mengancam nyawanya. Namun, ini bukan kecelakaan atau malapetaka yang biasa. Sesuatu yang lebih besar mengincarnya, dan ia tahu ia harus bertindak cepat.
Kilasan Kematian
Kara mengerjap, dan tiba-tiba ia tidak lagi berada di ruang tunggu rumah sakit. Ia sedang berada di dalam mobil, berkendara di jalan tol. Ia mendengar suara-suara dari radio yang sama seperti yang dilihat di televisi tadi. Kemudian, segalanya terjadi begitu cepat—truk besar yang tampak tak terkendali muncul dari sudut pandangannya. Ia menekan rem dengan keras, tetapi tidak cukup cepat. Tabrakan terjadi, dan suara besi yang menggeret beradu dengan teriakan-teriakan manusia. Dalam kilasan momen yang menghancurkan, mobilnya terbalik, kaca-kaca pecah, dan segalanya hancur dalam hitungan detik.
Tepat sebelum kematian itu benar-benar terjadi, Kara tersentak kembali ke ruang tunggu. Ia terengah-engah, tubuhnya penuh keringat dingin. Apa yang baru saja ia alami? Bayangan kecelakaan mengerikan itu terasa begitu nyata. Kara tahu ia baru saja melihat kilasan dari takdir yang menantinya. Kematian—itulah yang mengejarnya. Tapi kali ini, dia diberi kesempatan untuk menghindarinya. Masalahnya, tidak ada yang bisa lari dari takdir untuk selamanya.
Keputusan Pertama: Melarikan Diri atau Tetap di Rumah Sakit
1. Jika Kara Memilih untuk Melarikan Diri:
Panik, Kara segera bangkit dari kursinya. Ia harus keluar dari rumah sakit ini—sesuatu yang buruk akan terjadi di sini. Ia ingat kecelakaan yang ia lihat, dan mungkin, dengan keluar dari sini, ia bisa menghindari nasib itu. Meskipun kontraksi mulai datang, Kara memaksa tubuhnya berjalan menuju pintu keluar. Udara malam yang dingin menyambutnya saat ia melangkah keluar dari bangunan.
Di luar, jalan raya sepi, tetapi rasa cemas tidak kunjung hilang. Kara tahu bahwa kematian masih mengincarnya, seperti bayangan gelap yang terus mendekat. Ia melanjutkan perjalanan ke mobilnya, berusaha memanggil seseorang untuk menjemput. Namun, saat ia berjalan di trotoar menuju tempat parkir, lampu jalan di atasnya mulai berkedip. Seiring dengan kontraksi yang semakin kuat, Kara tersandung, hampir jatuh, tapi berhasil menyeimbangkan diri.
Tiba-tiba, suara keras terdengar dari arah belakang. Sebuah tiang lampu jalan yang besar goyah dan jatuh tepat di tempat ia berdiri beberapa detik sebelumnya. Nyaris saja! Tetapi Kara tahu itu bukan kebetulan—Kematian mengincarnya dengan cara yang rumit. Ia sadar, kematian akan terus mencoba hingga ia tak punya lagi kesempatan untuk melarikan diri.
2. Jika Kara Memilih untuk Tetap di Rumah Sakit:
Kara memilih untuk tetap berada di rumah sakit, memutuskan bahwa berada di dekat staf medis adalah pilihan terbaik. Meski rasa takut menggerogoti dirinya, ia pikir dengan tetap berada di tempat ini, ia bisa menghindari kecelakaan fatal itu. Ia merasa aman sementara di bawah pengawasan dokter, tetapi tetap saja ada rasa cemas yang menggantung di udara.
Saat ia berbaring di tempat tidur persalinan, lampu di ruangan mulai bergetar, dan bunyi mesin-mesin rumah sakit berubah menjadi aneh. Tiba-tiba, layar monitor jantung yang berada di sebelahnya berbunyi kencang, memberikan peringatan palsu. Seorang perawat datang untuk memeriksa, tetapi ketika ia menarik monitor itu, percikan api meledak dari kabelnya. Monitor itu jatuh, menabrak lantai, menyebabkan kebakaran kecil yang hampir tak terkendali.
Perawat berusaha memadamkan api, tetapi alarm kebakaran mulai berbunyi. Kara tahu ini adalah pertanda bahwa Kematian masih datang untuknya, meski ia mencoba untuk bersembunyi.
Keputusan Kedua: Bertahan atau Mencoba Melawan Takdir
1. Jika Kara Memilih untuk Bertahan dan Menghadapi Takdir:
Kara akhirnya menyadari bahwa tidak ada tempat aman. Ia tahu bahwa Kematian akan terus mencoba merenggut nyawanya dengan cara-cara tak terduga. Alih-alih terus melarikan diri, ia memutuskan untuk tetap tinggal dan menghadapi nasibnya. Dengan kekuatan terakhir, Kara fokus pada proses melahirkan, berusaha menjaga pikirannya tetap tenang. Meskipun setiap momen dipenuhi ketakutan akan hal berikutnya yang mungkin terjadi, ia merasa bahwa melahirkan bayinya adalah satu-satunya hal yang penting saat ini.
Setelah perjuangan panjang, bayinya lahir dengan selamat. Kara menangis dalam kelegaan dan kebahagiaan. Namun, beberapa detik kemudian, ventilasi udara di atasnya tiba-tiba jatuh, menghantam tempat tidur dengan kekuatan yang mematikan. Dengan suara teredam, Kara menghilang bersama jeritan terakhirnya. Bayinya bertahan, tetapi Kara tak bisa lolos dari kematian yang telah diramalkan untuknya.
2. Jika Kara Memilih untuk Mencoba Melawan Takdir:
Kara tidak akan menyerah. Ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk selamat adalah melawan. Dalam sebuah tindakan nekat, Kara mencoba menipu takdirnya. Ia mulai memutar otaknya, memikirkan segala kemungkinan di mana Kematian bisa datang. Setiap langkah yang ia ambil dipikirkan dengan hati-hati, memastikan bahwa ia tidak terjebak oleh jebakan-jebakan yang tampak sepele tapi mematikan.
Namun, bahkan dengan kehati-hatian ekstrem, Kara tak bisa menghindari semuanya. Setelah berhasil melahirkan bayinya, Kara mulai merasakan kelegaan. Tetapi ketika ia berjalan ke jendela untuk menghirup udara segar, kaca jendela tiba-tiba pecah. Sebuah pecahan kaca besar terlempar oleh angin kencang, tepat ke arah leher Kara. Dalam sekejap, segalanya menjadi gelap. Bayinya selamat, tetapi Kara akhirnya takluk pada takdir yang tak terelakkan.
Akhir: Menghindari Takdir?
Dalam setiap percabangan cerita, Kara berjuang melawan kekuatan yang lebih besar dari dirinya—takdir yang tak bisa dihindari. Setiap keputusan yang ia buat, baik itu melarikan diri atau bertahan, mengarah pada serangkaian kecelakaan aneh dan mematikan, yang membuat Kematian terus mengintai di setiap sudut. Tak peduli seberapa keras ia mencoba melawan atau menghindari, pada akhirnya Kara menyadari satu hal: takdir memiliki cara sendiri untuk menang. Meskipun ia mencoba menghindari kecelakaan besar di jalan tol, setiap detik dalam hidupnya menjadi bagian dari skenario rumit Kematian, di mana ia tak pernah benar-benar bisa lari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melahirkan di Tengah Kegelapan
HorrorKara terbangun dengan rasa nyeri yang luar biasa di perutnya. Dalam kebingungan, ia menyadari bahwa ia tidak berada di kamarnya-melainkan di sebuah ruangan gelap, dingin, dan berbau lembap. Cahaya temaram dari lampu neon berkedip-kedip di atas kepal...