Prolog

693 98 15
                                    

Sasuke menatap tepat pada pupil gadis didepannya yang berwarna putih lavender, kegugupannya bisa terlihat. Terbukti dengan tangannya yang saling meremat gelisah.

"A-ada apa.. Uchiha- San?" Hinata memberanikan diri bertanya terlebih dahulu, Hinata bingung dengan kedatangan Sasuke ke kediaman Hyuga tengah malam begini bahkan nekat masuk ke kamarnya dan menarik paksa Hinata untuk pergi keluar. Terlebih, tidak seperti biasanya. Sasuke hari ini nampak... aneh.

"Aku akan pergi dari desa."

"Eh? Ah.."

Sesuai tebakan Sasuke, Hinata kebingungan. Lupakan soal alasan dia akan pergi, bahkan Hinata bingung alasan Sasuke memberitahunya. Bukankah Sakura atau Naruto yang harus diberitahu? Kenapa dia.

"Aku akan menjadi lebih kuat, lebih kuat dari Naruto, sangat kuat sampai mampu menghancurkan desa ini." Sasuke memejamkan mata, kedua tangannya berada di dalam saku celana. Memiringkan kepala, lalu senyuman tipis yang sangat langka muncul diwajah tampannya. "Pada saat itu aku akan mengambilmu untuk menjadi milikku."

"Apa maksudmu Uchiha- San?" Perilaku Sasuke sekarang sungguh diluar logika, mereka tidak dekat. Mengobrol pun bisa terhitung jari mereka lakukan, jadi apa maksud pria dari klan uchiha ini?? Hinata tidak mengerti!

"Begitulah maksudku, kau bodoh jika tidak bisa mengartikannya. Waktuku tidak banyak, ini adalah salam perpisahan sementara dariku. Sempai jumpa lagi, Hinata."

"A—" pandangan Hinata menggelap seketika saat Sasuke memukul tengkuknya pelan, tubuh kecilnya jatuh ke pelukan Sasuke.

Tubuh kecil Hinata ia bawa dalam pelukan putri. Secepat kilat masuk kembali kedalam kediaman, menyelinap ke kamar Hinata. Lalu menaruh gadis itu dengan lembut diatas futon, pipi gembil berkulit putih dari gadis yang ia cintai ia kecup pelan. "Kita akan bertemu lagi."

|•|•|•|


Jalanan keluar dari desa Konoha lebih sepi dari biasanya, memudahkan Sasuke untuk berjalan meski tanpa menyamar sekalipun. Perasaan ketika bibirnya mencium pipi lembut Hinata masih bisa ia rasakan di bibirnya, bahkan rasa hangat tubuh Hinata dalam pelukannya tadi ia ingat kuat.

"Lain kali tidak boleh hanya dipipi, harus lebih lama juga." Saat Sasuke dengan tenangnya berjalan menuju tempat ia akan keluar dari desa, kehadiran gadis berambut pink yang sangat ia kenal berdiri dijalan menghentikan langkah Sasuke. "Kenapa kau berkeliaran ditempat seperti ini, malam-malam begini."

"Karena pasti lewat sini kalau mau keluar desa ... selalu lewat sini ..." Sakura berbicara dengan wajah tertunduk menatap tanah.

Kening Sasuke mengerut samar, mendengus kasar. "Pulang dan tidur sana!" Sasuke berjalan melewati Sakura bahkan tanpa memberi lirikan.

Tap tap. Saat jarak mereka sudah agak jauh Sakura menoleh kebelakang, menatap punggung Sasuke. "Kenapa tidak ngomong apa-apa...? Kenapa selalu diam saja...? Tidak mau ngomong apa-apa padaku..." Air mata berderai membasahi pipinya, Sakura mati-matian menahan Isak tangis. Namun Sasuke bahkan tidak menoleh padanya.

"Sudah kubilang tidak usah repot-repot, tidak usah mempedulikanku." Sasuke menjawab tanpa menoleh, samar ia dengar suara isakan Sakura.

"Aku selalu dibenci Sasuke ya?" Sakura berbalik sempurna, mata hijaunya menatap punggung Sasuke yang ia rasa selalu ia lihat dari belakang. Kapan.. kapan punggung itu akan menoleh, melihat kearahnya. "Kau ingat..?"

Tidak ada jawaban, Sakura tertawa pahit. Menatap kearah langit, menahan rasa sesak di dadanya. "Dulu saat kita masih genin, hari pertama diputuskan menjadi kelompok tim tiga orang. Waktu pertama kali aku berduaan saja dengan Sasuke ditempat ini, kau marah padaku yah.." Sakura mengingat kembali bagaimana ia mencemooh Naruto di depan Sasuke.

Ah, sekarang dia mengerti kenapa Sasuke marah saat itu. Karena secara tidak sadar Sakura bukan hanya mencemooh Naruto, tetapi juga Sasuke.

"Tingkatnya bukan kesedihan seperti kesedihan dimarahi orang tua."

"Ke-- kenapa tiba-tiba..?"

"Kau menyebalkan."

Dia memang gadis menyebalkan, membuat orang yang ia cintai sedih tanpa sadar. Sakura akui itu.. tapi.. bukankah Sakura berhak mendapatkan maaf?

"Aku tidak ingat."

Mata Sakura sempat membola, lalu tertawa pahit setelahnya. "Haha, begitu.. memang sudah lama berlalu.." Sakura kembali menunduk menatap tanah. "Tapi semenjak hari itu. Sasuke, aku, Naruto dan guru Kakashi. kita berempat melakukan barbagai misi, memang penuh penderitaan dan merepotkan, tapi itu..."

Sakura mengangkat wajahnya, tersenyum dengan air mata yang mengalir ketika lagi dan lagi yang ia dapati adalah punggung dingin orang yang ia cintai. "Sangat menyenangkan.."

Sasuke berdiri diam, mendengarkan Sakura terus mengoceh. Samar-samar ia mengingat kebersamaannya bersama tim 7, sayang sekali keputusan Sasuke sudah bulat. Tekadnya untuk balas dendam, tekadnya untuk menjadi lebih kuat dari Naruto. Lebih kuat untuk memiliki gadis yang ia cintai.

Sampai pada saat Sasuke merasa waktunya tinggal sedikit dan berjalan maju, suara teriakan Sakura terdengar.

"Aku suka sekali pada Sasuke- kun sampai tidak tertahankan! Aku akan membantumu membalas dendam! Aku pasti akan melakukan sesuatu untukmu!! Karena itu, tetaplah disini bersamaku... atau bawa aku bersamamu.. jangan tinggalkan aku.." Suaranya putus asa, tapi bukan itu yang membuat Sasuke berhenti. Melainkan kalimat selanjutnya dari Sakura. "Jika Hinata- chan yang berbicara seperti ini apa sikapmu akan berbeda...?"

Benar, untuk pertama kalinya punggung itu menoleh. Dengan senyum Sasuke yang jelas bukan pertanda baik. "Kau memang menyebalkan."

"Jangan—!"

Terlambat, Sasuke lebih cepat. Tiba-tiba saja dia sudah berada dibelakang sakura dan memukul tengkuk gadis itu. Sasuke membaringkan tubuh sakura diatas kursi.

"Jika dia yang mengatakannya, mungkin saja aku akan langsung membawanya pergi." Gumam Sasuke, sayangnya itu hanyalah hayalan semata. Atensi Sasuke dimata Hinata hanyalah teman Naruto, tidak lebih tidak kurang. Menyedihkan.

"Kami sudah menunggu anda, tuan Sasuke." Berdiri orang-orang suruhan Orochimaru dibelakang Sasuke.

"Angin apa yang membuat kalian bertingkah sopan begitu?"

"Sudah diputuskan semenjak kami meninggalkan desa, anda akan menjadi tuan kami. Tolong maafkan sifat kasar kami selama ini."

"Hm.. aku tidak peduli, ayo pergi."

Tunggu aku, aku akan mengambilmu menjadi milikku.

TBC.

Adegan ini diambil dari manga Naruto, chapter 181. Dengan sedikit tambahan di bagian awal. Novel ini kemungkinan singkat, tapi aku akan berusaha mengemas cerita ini sebaik-baiknya. Jadi mohon katakan apa yang kurang atau adegan tambahan yang diperlukan 🙏

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang