Apa yang harus dilakukan?

203 36 0
                                    

Perasaan takut terus menghantui pikiran Anin setiap detik, setiap kali dia bernafas rasanya begitu berat baginya. Penyakitnya ini membuat dirinya bimbang haruskah dia bertahan atau berhenti sejenak berapa lama lagi dia menahan semuanya. Keluarganya kini sedang tidak baik-baik saja, itu juga yang membuat dirinya merasa takut, takut karena tidak bisa membuat keluarganya bersatu lagi karena penyakitnya.

Langkah Anin terhenti melihat sosok yang begitu tak asing baginya, Risma dia yakin itu adiknya tapi yang ingin dipertanyakan olehnya untuk apa Risma dirumah sakit.

"Apa dia sedang sakit? " Gumam Anin melihat sosok Risma sedang memasukan obatnya kedalam tas.

Anin menghampiri Risma " Risma" Panggil Anin

Risma kaget melihat kakaknya tanpa sengaja dia menjatuhkan obat itu, Anin berusaha mengambil obatnya namun langsung diambil oleh Risma

"Kamu sakit? Terus itu obat apa? " Tanya Anin penasaran

"Ris... " Ucap Anin lembut memegang lengan Reyna

Namun Risma menghempaskan tangan Anin begitu kasar " Bukan urusan kamu" Balas Risma ketus

"Jelas ini urusan kakak, kamu adik kakak jadi kakak harus tahu keadaan kamu" Jelas Anin

"Sejak kapan urusan aku jadi urusan kamu? Bukankah dari dulu urusan kita urus masing-masing,  jadi gak usah seakan-akan kalian peduli" Ketus Risma menjawab Anin

Sakit itu yang Anin rasakan saat ini, ternyata jarak diantara saudaranya kini semakin jauh.

"Risma... Kakak sayang sama kamu dan kakak juga peduli sama kamu, jadi jangan bilang kalau kakak gak peduli" Ucap Anin menatap wajah sang adik dengan air mata yang mulai turun.

Perkataan adiknya itu sangat menyakitkan baginya, hal apapun itu dia paling benci jika adiknya merasa sendiri padahal dirinya berusaha selalu ada buat adiknya namun mereka tidak pernah menganggap ada.

" Palsu semua itu hanya kepalsuan, kalian hanya memikirkan diri kalian sendiri  jadi berhenti  peduli denganku"

"Satu hal lagi, mari hidup masing-masing tanpa peduli satu sama lain. Itu yang paling tepat buat kita" Lanjut Risma dan pergi begitu saja meninggalkan Anin sendiri.

Anin menangis sesak rasanya apa yang dikatakan Risma untuknya, Tuhan kenapa jadi seperti ini itulah yang ingin Anin keluhkan saat ini. Disaat usianya tinggal menghitung bulan kenapa keluarga seperti ini. Apa yang harus dilakukan Anin sekarang?

****

"Pekerjaan kak Aruna yang ngebuat keluarga kita seperti ini" Suara Prilly menggema diruangan Aruna.

Aruna mendesah kesal dengan banyaknya kerjaan yang belum kelar kini Prilly datang dengan kalimat yang tak mengenakan baginya.

"Maksud kamu apa? " Tanya Runa dengan tegas

Prilly duduk tepat didepan Aruna, bersedekap sombong menatap kakanya. Dia benci dengan jawaban sang kakak.

"Harusnya kak Runa ngerti apa yang aku katakan barusan? Atau emang kakak ingin lepas tanggung jawab kakak? " Jawab Prilly bukan jawaban melainkan pertanyaan yang dia layangkan balik ke Aruna.

"Hahahha, kamu bilang kakak lepas tanggung jawab? Pagi sampai malam kakak kerja buat kalian agar kalian tidak dikekang mamah dan papah untuk meneruskan perusahaan agar kalian bisa bebas memilih apa keinginan kalian, dengan gampangnya kamu bilang kakak lepas tanggung jawab" Marah Aruna sangat marah entah bagaimana bisa dia Aruna lepas kendali seperti ini.

"Usaha kak Runa itu sia-sia yang kita butuhkan adalah kasih sayang bukan seperti ini. Mereka jadi seperti itu karena kak Aruna sibuk dengan dunia kakak sendiri, aku butuh kakak untuk bantu aku merawat dan menjaga mereka. Tapi apa yang kakak lakuin hanya kerja, kerja dan kerja tanpa tahu apa yang terjadi diantara mereka" Tangis Prilly pecah dia lelah dengan semuanya melihat tidak harmonisnya saudara-saudaranya itu ngebuat dia lelah.

Apalagi dengan Reyna yang semakin membenci dirinya karena perkataan mamahnya yang selalu membandingkan dirinya dan Reyna, itulah yang ngebuat Reyna semakin benci dengannya.

"Kak Aruna itu yang paling tua tapi kenapa harus Prilly yang merasakan sendirian menjaga dan merawat adik-adik kita, kenapa hanya Prilly yang harus mengerti mereka kenapa bukan kak Aruna yang mengerti mereka aku capek kak, mereka semua liar sekarang. Mereka bahkan gak pernah mau dengerin aku" Keluh Prilly

"Hanya karena aku yang paling tua bukan berarti juga semua masalah harus aku yang tanggung, kakak juga capek kerja terus-terusan buat kalian, harus kamu ngertiin kakak juga Prilly" Kesal Aruna dia sungguh lelah dengan pekerjaannya dan kini masalah lagi datang.

"Egois, kak Aruna selalu egois" Teriak Prilly dan membanting pintu ruangan Aruna.

"Ahhhh menyebalkan, anjingggg rasanya gue pengen mati" Amuk Aruna membanting semua peralatan yang ada diruanganya.

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang