Seminggu berlalu dan tidak ada yang berubah. Khaotung rasa, menikah atau pun tidak itu sama saja, tidak ada yang berbeda. Dulu, ia pikir ia bisa mendapatkan kehidupan pernikahan yang normal. Menikahi wanita, di urus dan memiliki kehidupan rumah tangga yang hangat. Tapi apa sekarang? Semuanya keterbalikan dari apa yang dia mimpikan.
Sejak hari itu, First benar-benar tidak menunjukkan batang hidungnya sedetik pun. Khaotung mewajarinya karena setelah perdebatan sengit, Ayah First memberi First keringanan untuk mengurus pekerjaannya dan First malam itu langsung berangkat tanpa sepatah kata pun. Khaotung tidak tau kemana lelaki itu pergi hingga dua minggu berlalu begitu saja.
Selama dua minggu ini Khaotung memang tidak mengambil job apapun karena dia harus mengucapkan selamat tinggal ke manager lamanya dan mencoba berkenalan dengan manager dan bodyguard baru pilihan First.
Managernya bernama Lengso, pria yang sudah pernah menghandle aktor ternama dan memang di kenal sebagai manager aktor yang ramah. Ia di pekerjakan khusus dengan gaji yang tinggi karena hanya boleh mengurus Khaotung seorang. Sementara itu Khaotung memiliki bodyguard pribadi bernama Poom, pria berotot yang aktif ikut berbagai macam kegiatan bela diri.
"Aku lelah sekali." Khaotung menghela nafas, mendudukkan dirinya di sofa. Dia baru saja menerima tawaran iklan setelah di setujui First lewat ponsel.
"Besok aku jemput jam dua belas ya, kita ada interview dan setengah dua kau ada jadwal mengiklankan skincare di mall Persona." Lengso menaruh tas Khaotung di atas meja dan menatap Poom yang tersenyum hangat. "Poom, besok aku mau pakai mobil kecil dari sini supaya tidak ada fans yang mengikuti, tolong besok lebih sigap ya, acara kita besok lebih padat dari hari ini."
"Tenang saja, aku sudah banyak belajar." Poom mengacungkan jempolnya.
"Baguslah, aku pulang dulu kalau begitu. Sampai jumpa besok!"
Khaotung hanya melambaikan tangan lalu menoleh ke arah Poom.
"Istirahatlah, aku juga mau langsung tidur." Khaotung melangkahkan kakinya menuju kamar untuk membersihkan diri sementara Poom memastikan semua pintu dan jendela terkunci.
Selama First tidak di rumah, dia di perbolehkan menginap di kamar kosong di dekat ruang tamu. Namun kalau First di rumah, dia tidur di rumah kecil di belakang rumah ini, rumah khusus agar jika terjadi apa-apa, Poom bisa sigap datang tanpa memerlukan waktu lama.
.
.
.
.
Kreetttt... kretttt....
Khaotung mengernyitkan dahinya, memaksa diri untuk terbangun meski rasanya enggan. Matanya terbuka sedikit saat merasakan kasur di sampingnya bergoyang namun yang ia temukan hanya gelap.
"SIAPA?" Ia berteriak tanpa bisa di cegah saat merasakan sebuah lengan memeluk pinggangnya.
"Ssshht, ini aku."
Khaotung menenangkan jantungnya yang hampir saja jatuh ketakutan. Dia pikir dia berada dalam bahaya.
Meski nyatanya memang iya.
"First?" Tanyanya pelan.
"Hmm," First hanya berdeham, mendekatkan tubuh Khaotung ke tubuhnya dan memeluk Khaotung dari belakang.Sebelah tangan Khaotung menggenggam sprei cukup erat karena hatinya bergejolak ricuh.
Takut dan bingung.
"Ini jam berapa?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Khaotung.
"Jam dua pagi, tidurlah lagi, aku hanya ingin memelukmu sebentar."
![](https://img.wattpad.com/cover/376195373-288-k614353.jpg)