Die with a Smile [BeomJun]

60 5 1
                                    

Terkadang, jika di hadapkan dengan pilihan yang sulit. manusia sering kali merasa stress dan kepikiran untuk waktu yang lama. dan yeonjun merasakannya saat ini. Pernyataan beomgyu padanya 2 hari yang lalu membuat isi kepalanya penuh dan serasa ingin pecah. Setelah kejadian terakhir kali, yeonjun tidak pernah lagi melihat beomgyu datang ke kafenya. Entah beomgyu kecewa dan menghindar atau dia hanya memberikan waktu untuk yeonjun mengambil keputusan. sejujurnya yeonjun merasa lega, karena kemungkinan jika melihat beomgyu untuk saat ini bisa membuat yeonjun semakin kepikiran. Tapi di sisi lain, yeonjun merasa rindu. entah mengapa tidak melihat beomgyu malah membuat yeonjun semakin kelimpungan.

"kau terlihat sedang banyak pikiran, apa ada hal yang mengganggu?"

kali ini yeonjun bersama heesung, partner kerjanya yang lain. Sebenarnya yeonjun malas untuk datang ke kafe, karena kemungkinan bertemu dengan beomgyu sangat besar. Tapi sampai waktu menunjukkan pukul 5, batang hidung bocah tengil itu tidak terlihat. Yeonjun yang awalnya merasa takut, malah sekarang dia terlihat lesu.

"tidak ada, hanya memikirkan hal-hal tidak penting"

Namun heesung tidak percaya. selama mengenal yeonjun lebih dari 5 tahun. Heesung terlalu mengenal bagaimana yeonjun. Boss yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri ini tidak mungkin bersikap seperti ini jika hanya memikirkan hal yang tidak penting. Yeonjun itu termasuk orang yang terlalu santai menghadapi suatu hal, jadi jika sekarang dia bersikap berbeda, maka masalahnya bukan hal kecil.

"kau tidak mau cerita?"

Yeonjun menghela nafasnya, ragu apakah ia harus bercerita atau tidak. Namun yeonjun memahami sifat heesung. Adiknya itu pasti akan terus memaksanya sampai ia merasa yeonjun sedikit lega. Jadi dengan segenap keteguhan hatinya, yeonjun memutuskan untuk membagi masalah yang ia pikirkan pada partner kerjanya.

"heesung-ah, apakah kau pernah mendapatkan pernyataan cinta dari seseorang?"

Hari itu kafe terlihat sepi, hanya ada sepasang anak SMA yang duduk di pojok ruangan. Jadi yeonjun tidak terlalu menjaga suaranya agar tidak terdengar.

"tentu saja pernah, aku itu tampan jika kau lupa"

Yeonjun merotasi matanya, lalu setelahnya ia tersenyum. Sepertinya bercerita dengan heesung tidak ada salahnya. Bisa saja moodnya naik karena respon dari bocah yang hanya berbeda 2 tahun di bawahnya.

"apa kau mendapat pernyataan cinta hyung?"

Yeonjun tidak menjawabnya, namun ia mengangguk pelan. Heesung yang melihatnya memekik pelan, terlihat excited karena selama ia mengenal yeonjun, tidak pernah sekalipun ia melihat kakaknya itu punya gebetan.

"benarkah? siapa? apa aku mengenalnya hyung?"

Yeonjun menggeleng, dan heesung semakin penasaran. Siapa kiranya orang yang berani menyatakan perasaan pada hyungnya yang terkenal pemarah ini.

"seorang wanita? atau pria?"

Heesung itu salah satu orang yang mengetahui orientasi seksualnya. selain ibunya, hueningkai dan soobin. Jadi yeonjun tidak ragu menjawab pertanyaannya.

"pria, dia mantan juniorku di universitas"

Disebelahnya heesung mengangguk. selagi ia mendengarkan yeonjun bercerita, tangannya tetap bergerak mengelap gelas yan terlihat berdebu. Tetap harus terlihat bekerja di depan atasan walaupun sedang bersantai.

"lalu, apa yang membuatmu kepikiran sampai seperti ini? apa kau tidak menyukainya?"

"aku menyukainya, justru aku sempat jatuh cinta padanya dulu"

Heesung mengernyit, jika memang mereka saling menyukai,lalu apa lagi yang mengganggu pikiran hyungnya saat ini.

"kalian saling menyukai, lalu apa lagi yang kau ragukan hyung?"

random!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang