Bab 1

4 0 0
                                    

Semua berjalan begitu cepat, begitu mendadak, hingga Neva merasa seolah-olah hidupnya bukan lagi miliknya. Baru tiga hari yang lalu, seorang pria asing datang ke rumahnya dengan membawa sebuah dokumen penting. Tak ada pengantar yang panjang, hanya sepucuk surat yang ia sodorkan ke hadapan keluarga Neva, dengan stempel yang begitu formal dan kaku.

Itu adalah sebuah wasiat. Wasiat dari seorang pengusaha besar, pemilik Aba Company, salah satu perusahaan raksasa yang selama ini hanya Neva dengar namanya dari berita atau majalah. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam pikirannya bahwa ia akan terhubung dengan keluarga sebesar itu. Di dalam surat tersebut, tertulis perjodohan antara cucu satu-satunya dari pemilik Aba Company, Boboiboy, dengan seorang gadis sederhana—yaitu dirinya, Neva.

Neva memang gadis yang sederhana, masih kuliah, berusia muda, dan sama sekali tak pernah membayangkan akan menikah secepat ini. Baginya, pernikahan adalah tahap yang sangat serius. Berdiri di depan Tuhan, mengucap sumpah untuk selalu bersama dengan satu orang hingga akhir hayat, itu bukan sesuatu yang bisa ia anggap enteng. Namun, kenyataan hidup tak semanis itu.

Neva tahu betul situasi perekonomian keluarganya. Ibunya yang sudah ditinggalkan ayah sejak beberapa tahun lalu, harus menanggung beban hidup bersama dua anak—Neva yang masih kuliah, dan adik bungsunya yang masih duduk di bangku SD. Penghasilan ibunya hanya datang dari toko kelontong kecil, yang nyaris tidak cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun Neva bekerja part-time, uang yang ia dapatkan hanya bisa menutupi sebagian kecil dari kebutuhan mereka. Setiap bulan selalu terasa berat, dan beban itu kian menumpuk.

Neva mengerti, pernikahan ini bukanlah sesuatu yang ia inginkan, melainkan sesuatu yang ia butuhkan. Pilihan untuk menolak perjodohan dengan Boboiboy mungkin ada, tetapi tidak realistis. Keluarganya membutuhkan stabilitas finansial, dan inilah kesempatan yang, meskipun pahit, tidak bisa mereka sia-siakan. Dengan segala ketidaksiapannya, Neva akhirnya menerima pernikahan ini, berharap suatu hari ia bisa mengerti mengapa takdir membawanya ke jalan ini.

Pernikahan mereka bersifat mendadak, hanya dihadiri oleh keluarga inti dan sahabat terdekat Neva. Tak ada persiapan matang, tak ada gaun mewah atau pesta besar. Pernikahan itu hanya diakui oleh agama dan negara—tanpa resepsi, tanpa keramaian. Bagi Neva, semua itu tak menjadi masalah. Ia tahu kondisi ini tak bisa dihindari, dan ia sudah cukup menerima.

Malam tiba, keheningan menyelimuti mereka setelah makan malam sederhana bersama keluarga. Saatnya pulang, namun untuk Neva, rumah yang akan ditujunya kini berbeda. Bukan lagi ke tempat yang telah ia tinggali sepanjang hidupnya, melainkan ke rumah Boboiboy, suaminya. Ada perasaan asing yang menyelubungi hatinya, seiring dengan kenyataan bahwa ia kini harus meninggalkan keluarganya—meskipun masih satu kota, jarak yang memisahkan mereka terasa begitu jauh. Tangisnya tak bisa ditahan, terlebih saat melihat adik laki-lakinya ikut menangis, menolak kenyataan bahwa kakak perempuannya kini akan pergi dari rumah.

Boboiboy dengan sabar menunggu di samping mobil, memperhatikan setiap detik perpisahan Neva dengan keluarganya. Meski hubungan mereka belum terasa seperti suami-istri sesungguhnya, ia tetap ada di sana, menghormati setiap emosi yang muncul.

Ketika akhirnya Neva melangkah ke arahnya, Boboiboy membukakan pintu mobil dengan senyum lembut. Neva tersenyum simpul, sedikit terhibur oleh sikap sopan suaminya. Mereka naik ke dalam mobil, dan Boboiboy sendiri yang menyetir, membawa mereka menuju rumah barunya.

Di tengah keheningan, suara Boboiboy terdengar lembut, memecah kesunyian. "Maaf, kamu jadi terpaksa menikah denganku."

Neva terkesima mendengar itu. Ia menatapnya sejenak, sebelum berkata dengan suara pelan, "Menurutku, pernikahan jelas bukan sebuah kebetulan. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita."

Meskipun Neva merasakan beban yang berat dari pernikahan ini, ia mencoba menguatkan dirinya, percaya bahwa semua ini bagian dari rencana yang lebih besar.

Tulus MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang