Kalau ada typo tandai, ya!
Maklum, aku duta typo wkwkwkwk⚠️ Walaupun terinspirasi dari kisah nyata, kejadian ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Semua ini sudah dikemas tanpa menyinggung pihak manapun.⚠️
~
~
~Kuliah kerja nyata adalah program kampus yang mewajibkan seluruh mahasiswa dan mahasiswi untuk mengikutinya. Masa KKN biasa dilakukan di sebuah desa karena biasanya desa mengalami berbagai masalah. Seperti kurang inovatif, kurang tenaga kerja terampil, atau masih menganut prinsip budaya tradisional, dan kurang menjalankan program yang dicanangkan oleh pemerintah.
Sama halnya dengan dua belas mahasiswa yang akan menjalankan masa KKN mereka di sebuah desa sekitaran gunung yang jauh dari perkotaan. Mereka begitu senang dengan program kampus ini, sebab mereka akan menjalankan kehidupan baru selama lima puluh hari ke depan. Kuliah kerja nyata memang sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan mahasiswa.
"Gue dengar-dengar, tempat KKN kita belum pernah ada mahasiswi KKN, ya?" kata Banyu memulai obrolan ketika mini bus yang mereka naikin mulai berjalan menuju lokasi KKN. Sebelum hari keberangkatan, Banyu sudah mencari tahu terlebih dahulu mengenai tempat yang akan mereka datangi.
Ketua kelompok mereka yang bernama Farhan Kaliandra mengangguk membenarkan ucapan Banyu. "Iya, kita yang pertama."
Desa sekitaran gunung Suro memang sama sekali belum pernah didatangi oleh mahasiswa kuliah kerja nyata. Maka dari itu, pihak kampus menempatkan dua belas mahasiswa yang bernama Farhan Kaliandra, Banyu Sabiru, Gusti Maheswara, Sagara Pradipta, Elang Prayoga, Danu Wicaksana, Alif Cahyadi, Zikri Riandi, Irfan Sadewa, Kevin Arbani, Arga Kurniawan, dan Zaky Purnama sebagai mahasiswa KKN pertama yang dipilih untuk menjalankan program kampus di desa tersebut.
"Gue sempat searching di internet. Katanya, masyarakat sekitar gunung Suro masih kental sama budaya gitu," imbuh Sagara ketika mengingat informasi yang ia dapatkan di internet tadi malam. "Di sana juga ada pohon besar yang dikeramatkan," lanjutnya lagi.
"Gue tiba-tiba merinding," ungkap Arga sambil mengusap-usap kedua tangannya yang merinding. Ia cukup penakut akan hal-hal mistis seperti itu.
"Ingat aja tujuan kita ke sana ngapain. Jadi, kita jangan banyak tingkah karena kita juga nggak tahu di sana sebenarnya seperti apa. Kita hanya tamu, sudah seharusnya kita mengikuti apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan oleh mereka," tegas Gusti mengingatkan agar mereka semua harus tetap menjaga lisan dan sikap.
Setelah membahas hal singkat mengenai gunung Suro. Sebagian dari mereka memilih untuk tertidur, bermain game online , mendengar musik, atau hanya sekadar diam menikmati pemandangan luar melalui jendela bus sepanjang perjalanan. Jarak tempuh terbilang cukup lama, kurang lebih bisa menghabiskan waktu lima jam lamanya.
Semakin menjauhi perkotaan, pemandangan semakin terlihat segar dan asri, begitu memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya.
"Pemandangannya bagus banget, ya," celetuk Elang berdecak kagum dengan keindahan yang Tuhan ciptakan.
"Iya, gue setuju. Kayaknya gue bakalan betah, deh." Danu menyahut karena ia duduk tepat di samping Elang.
Bus mulai menanjak ke gunung, dua belas mahasiswa itu satu per satu mulai terbangun karena sebentar lagi mereka akan tiba di posko yang telah ditentukan. Lagi dan lagi, mereka dibuat kagum oleh keindahan alam gunung Suro, benar-benar memanjakan mata.
"Jarak rumah ke rumah nggak terlalu rapat, nggak ada yang nyalur listrik pula." Danu memerhatikan rumah warga yang masih terlihat begitu tradisional, sangat berbanding terbalik dengan perkotaan.
"Iya juga, ya. Padahal pas kemarin gue lihat di foto, suasana desanya lumayan ramai, bahkan semuanya kelihatan pakai listrik, " timpal Banyu karena sejak tadi menyimak obrolan Danu dan Elang, sebab ia duduk tepat di belakang keduanya.
"Ini masih di sekitar kaki gunung, lokasi KKN kita masih setengah jam lagi. Tapi ... aneh juga kenapa warga di sini nggak pakai listrik, padahal tiang listrik ada di depan rumah mereka." Elang turut merasa bingung, terlebih lagi sepanjang perjalanan ia tidak melihat keberadaan penduduk yang ada di kaki gunung.
Sudut mata Banyu tanpa sengaja melihat sebuah pohon besar yang begitu rimbun, bahkan terlihat gelap karena dipenuhi oleh akar gantung yang menjalar ke sana kemari. Seketika ia teringat ucapan Sagara mengenai pohon besar keramat, mungkin pohon tersebut yang dimaksud oleh Sagara. Namun, ia tidak begitu ambil pusing karena kehidupan dimensi lain itu benar-benar ada, tetapi hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya.
***
Sebuah posko sederhana berdinding papan sudah ada di hadapan mereka. Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya mereka tiba di lokasi KKN yang akan mereka tinggali selama lima puluh hari. Tidak ada yang mengeluh dengan kondisi yang berbanding terbalik dengan perkotaan, semua tampak menikmati suasana asri yang memanjakan mata.
Wajah mereka sudah dipenuhi oleh peluh serta raut kelelahan begitu kentara, bahkan kaki terasa begitu keram karena berjalan kaki kurang lebih dua puluh menit. Mini bus yang mereka tumpangi tidak bisa mengantarkan sampai ke depan posko karena akses jalan belum memadai, hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua saja.
"Gila! Kaki gue keram banget," ucap Kevin mengeluh karena tubuhnya terasa begitu remuk.
Tangan Alif begitu ringan memukul bahu Kevin. "Makanya lo rajin olahraga, biar nggak jadi remaja jompo!" kelakarnya begitu senang meledek Kevin.
Kedua mata Kevin mendelik tajam ke arah Alif. "Ngomongin orang, padahal lo juga remaja jompo," balas Kevin sambil membalas pukulan Alif di tempat yang sama.
Kevin dan Alif sama-sama dari fakultas ekonomi bisnis, bahkan keduanya sudah menjalin persahabatan sejak masa SMA. Kata orang-orang, mereka berdua begitu mirip nyaris seperti anak kembar. Sama-sama memiliki wajah bulat, serta tubuh sedikit berisi. Hanya saja Alif memiliki lesung pipi, sedangkan Kevin tidak.
"Mereka berdua kayak kartun kembar botak," celetuk Zaky menggelengkan kepala menatap dua manusia yang baru beberapa hari ia kenal karena Zaky merupakan mahasiswa teknik industri.
"Lo ada-ada aja, Ky," kata Zikri terkekeh kecil.
"Kita istirahat sebentar, habis itu kita bersih-bersih posko." Selaku ketua kelompok KKN, Farhan memberi intrupsi untuk sebelas anggotanya. Posko masih terlihat kotor dan berdebu, mungkin karena sudah lama tidak dipakai. Maka dari itu, masih banyak yang perlu mereka bersihkan agar benar-benar layak dihuni.
Gusti, Danu, dan Farhan membentang karpet berukuran besar di ruang tamu. Ketika karpet sudah terbentang dengan rapi, mereka semua beristirahat sebelum mulai membersihkan posko.
Tangan Banyu bergerak ke sana kemari sambil menggenggam ponsel miliknya. "Ternyata di sini susah sinyal," keluhnya karena merasa tidak bisa bermain game online selama masa KKN berlangsung.
"Di sini memang belum ada tower. Jadi, sinyal di sini benar-benar lemah, atau bahkan suka tiba-tiba hilang." Farhan memang sudah tahu sebelum mereka tiba di lokasi.
Bibir ranum Banyu terlihat berdecak kesal. "Ck! Padahal gue sama game itu sulit dipisahkan," kata Banyu begitu mendramatisir raut wajahnya.
"Mending kita semua tidur sebentar, sebelum beberes. Lo juga, Banyu! Daripada ngomel-ngomel perkara sinyal, mending lo tidur." Gusti mulai merasa jengah melihat tingkah Banyu yang terlalu menyebalkan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya mereka mulai terlelap menggapai alam bawah sadar. Tubuh mereka benar-benar lelah, sehingga begitu mudah tertidur. Hari pertama yang melelahkan, begitulah yang saat ini mereka rasakan.
Bersambung....
Aku sengaja upload bab satu padahal belum jadwalnya. Wkwkwk
Maka dari itu, jangan lupa kasih 🌟 teman-temanku yang tersayang. Biar aku semangat upload heheheh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Desa Kaki Gunung
HororDua belas mahasiswa laki-laki akan melakukan masa kuliah kerja nyata di sebuah pedesaan yang ada di sekitaran gunung. Namun, lima di antara mereka tersesat hingga terjebak di sebuah desa aneh yang berada di kaki gunung. Awalnya tidak ada hal yang me...