Kisah 8 :: Ide yang Menarik

1 1 0
                                    

Yesa sudah bilang bukan, kalau saat ini ia tinggal sendiri. Ayahnya pergi meninggalkan ia dan ibunya ketika Yesa masih kecil. Alasannya sangat klise sekali, laki-laki itu tidak percaya dan tidak menerima apa yang ibunya punya alias kemampuan khusus yang beliau punya dan itu menurun padanya. Kekuatan mereka sama persis dan saat itu Yesa tidak mengerti apa-apa. Ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu, karena sakit.

Yup, benar. Kalian tidak salah baca. Orang-orang berkemampuan khusus seperti ibunya dan Yesa bukanlah orang suci. Mereka bisa sakit, bisa juga mati, seperti manusia pada umumnya. Ibunya kebetulan memiliki sakit yang cukup parah, sejak beliau masih muda dan akhirnya merenggut hidupnya.

Yesa saat ini tinggal sendiri, di rumahnya sendiri. Yesa tidak tinggal di rumah saat ia dibesarkan. Kenangan di sana terlalu banyak untuk ia lalui sendirian. Jadi Yesa memutuskan untuk menjual rumah itu dan membeli rumah lain untuk ia tinggali sendiri. Beruntung pekerjaan ibunya memiliki dana pensiun yang cukup sehingga ia tidak perlu memutar otak untuk menghidupi dirinya sendiri.

Dan menjalankan misi ini juga sama seperti pekerjaannya, baik ia dan Abidzar mereka sama-sama dibayar dan memiliki gaji yang sepadan. Daripada menganggur mengapa ia tidak mengambil tawaran ini. Ya, meskipun harus sedikit repot karena ia harus pindah sekolah. Untung saja rumahnya dengan jarak ke sekolah masih bisa dijangkau jadi Yesa tidak perlu menjual rumah atau ngekos di tempat yang dekat dengan sekolah.

Omong-omong tentang misi, apa yang tadi Abidzar jelaskan panjang kali lebar padanya sebenarnya tidak salah. Yesa membenarkan apa yang telah Abidzar lalukan karena dengan begitu ia bisa mengetahui sedikit informasi dari mereka-mereka yang menjadi target misi mereka. Seperti yang Abidzar bilang, Ammar dan Nabil si ketua ekskul musik dan Basket bilang kalau mereka sangat sibuk sehingga menyampingkan perihal perasaan. Menurut mereka masa depan lebih penting daripada kebahagiaan masa remaja. Itu benar sih, tapi tetap saja Yesa harus membuat misi ini berhasil bagaimanapun caranya.

Gadis itu menghela napas panjang, sejak tadi matanya tidak berhenti memandang ke langit-langit kamarnya. Ada banyak sekali tempelan bintang di sana. Beginilah yang Yesa lalukan ketika sedang mumet dan tidak tahu harus bagaimana. Jelas ia bingung bagaimana caranya melanjutkan misi ini. Ia pun tidak punya seseorang untuk mendiskusikan ini bersama.

Sebenarnya bisa dengan Abidzar, tapi ia ingin ketika mereka bertemu kembali besok, ia sudah memiliki ide untuk disampaikan. Karena menurutnya, berdiskusi dari awal hanya akan membuang-buang waktu. Mereka pasti butuh waktu lebih lama untuk memikirkan bagaimana strateginya.

"Ibu Yesa lagi mumet," katanya pelan.

Tinggal sendiri jelas membuat Yesa lebih sering berbicara sendiri. Pun ketika sedang seperti ini, ia pasti berbicara seolah-olah ibunya bisa mendengarnya. Seolah-olah dengan begitu ia bisa memiliki ide. Padahal sebenarnya tidak juga. Ini hanya salah satu cara Yesa supaya ia merasa lebih tenang sedikit.

Gadis itu memejamkan mata. Tidak tidur, tetapi berpikir. Apa strategi yang tepat untuk mereka lalukan untuk menyelesaikan misi ini dengan menggunakan kekuatan mereka. Tidak mungkin kan, Yesa berdiri di depan ratusan murid sekolahnya lalu berkampanye kalau mereka harus memiliki hubungan percintaan supaya bahagia dan melanjutkan kampanye pemerintah untuk meningkatkan angka kelahiran. Jelas tidak mungkin.

Apa, ya?

Kebingungan Yesa mengantarkannya pada suatu ide. Bagaimana jika mereka berpura-pura pacaran, lalu ia bisa dengan mudah mempengaruhi teman-temannya untuk melakukan hal yang sama menggunakan kekuatannya? Sedangkan ia akan menggunakan kekuatan Abidzar untuk mengetahui sejauh mana usaha mereka berhasil.

Ide yang bagus!

Yesa bangkit dari tidurnya lalu terduduk dengan senyum lebar. Berhasil. Ia berhasil mengetahui bagaimana caranya.

Bolt From the BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang