Hello hello 🫶
Pertama-tama aku mau ngucapin MAKASIH BANYAK 🥹🥹. Nggak nyangka banget prolog kemarin banyak yang baca, vote, dan banyak yang antusias. Sejujurnya aku agak maju mundur mau publish cerita ini. Tapiii, sekali lagi makasih banyak, aku jadi makin semangat nulis dan update 🥹🤗
Yuk, jangan lupa ditekan bintangnya dan tinggalin jejak kalian di sinii yaa 🫶
Happy reading, readerskuuu ❣️
☆Bersamamu, setiap potongan cokelat akan terasa lebih manis, seakan-akan siap mewarnai setiap kenangan☆
~ Chocolate Memories ~Tangan Vanilla meraba laci yang berada di bawah meja kelasnya dengan perlahan. Ia mengeluarkan sebatang cokelat. Tanpa sadar, sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Yes! Vanilla dapat cokelat lagi. Pasti banyak yang suka sama Vanilla. Buktinya, setiap hari Vanilla dapet cokelat, batin Vanilla senang.
Perempuan dengan senyum mengembang ini memiliki nama lengkap Vanilla Vellycia Charllote. Ia memang memiliki wajah yang cantik serta imut. Tidak hanya itu, Vanilla juga mempunyai sifat yang sangat ramah serta peduli dengan sesamanya.
Sejak ia menginjak kelas dua SMA hingga sekarang berada di kelas tiga SMA, bisa dikatakan hampir setiap hari Vanilla mendapatkan cokelat tanpa nama yang selalu diletakkan di bawah laci meja miliknya. Ia selalu bertanya-tanya siapa yang memberikan cokelat itu.
Pada awalnya, perempuan menggemaskan ini tidak berani mengambil cokelat tersebut. Hingga suatu hari di mana bangku Vanilla dipindahkan, cokelat itu pun ikut berpindah. Dari sanalah, perempuan ini meyakinkan dirinya bahwa cokelat itu memang diberikan untuknya.
"Vanilla dapat cokelat lagi?" tanya seseorang tiba-tiba membuat Vanilla terlonjak kaget.
"Ish Elbert! Nyebelin ih. Vanilla'kan kaget jadinya," ujar Vanilla sambil mengelus dadanya.
"Kok jadi salah Elbert sih? Elbert cuma nanya lho," jawab Elbert membela diri kemudian duduk di bangku miliknya.
Vanilla tersenyum lebar, ia sangat bahagia bisa mengenal Elbert. Elbert telah menjadi sahabatnya sejak mereka duduk di bangku kelas satu SMP. Jika dihitung, mereka sudah menjalin tali persahabatan ini selama enam tahun.
Vanilla duduk di bangku tepat di sebelah Elbert. Mereka memang duduk satu bangku sejak awal masuk sekolah. Seakan-akan mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
"Elbert," panggil Vanilla sambil memiringkan kepalanya lucu.
"Kenapa?"
"Elbert nggak penasaran siapa yang kasih Vanilla cokelat?" tanya Vanilla.
"Hmm ... memangnya Vanilla tau siapa yang kasih Vanilla cokelat?"
Vanilla menggeleng, ia sedikit menggembungkan pipinya, "Nggak sih, tapi menurut Elbert, mereka orang yang sama atau beda ya?"
"Mungkin sama?" jawab Elbert. "Mungkin seseorang yang suka sama Vanilla kali yang kasih," lanjutnya.
Melihat Vanilla kini sibuk membuka bungkus cokelat, Elbert tersenyum tipis. Ia merasa bahwa perempuan di hadapannya ini sangatlah menggemaskan ketika excited saat melakukan sesuatu. Termasuk membuka bungkus cokelat lalu dengan tidak sabar memakannya.
Elbert tertawa kecil saat melihat pipi kanan Vanilla yang ternodai oleh cokelat. Secara perlahan, laki-laki dengan tinggi 187cm ini mendekatkan diri ke arah Vanilla dan mengusap pipi perempuan itu dengan lembut.
Menyadari suhu tubuh Vanilla berbeda, Elbert mengernyitkan dahinya bingung.
"Vanilla sakit?" tanya Elbert kemudian meletakkan punggung tangannya ke dahi Vanilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Memories : A Bar of Sweet Remembrance
Подростковая литератураVanilla, seorang perempuan yang mempunyai wajah cantik dan imut yang selalu ceria setiap hari. Ia tak pernah menyangka bahwa sebatang cokelat yang diterimanya setiap hari menyimpan rasa manis sekaligus rasa pahit yang mendalam. Sebatang cokelat yang...