Mirib

210 39 1
                                    

Shunxi telah pulih dari demamnya dengan begitu Que Si Ming kembali dengan pekerjaannya, meninggalkan Shunxi dirumah sendirian.
Hari ini Shunxi masih mengambil cuti dari sekolahnya atas perintah kakaknya.
Alhasil ia kembali berulah di luaran.

Sementara itu Hongyi yang bangun kesiangan tidak mendapati RuiPeng disampingnya.

"Sudah bangun?" Tanya Hanyi.

"Hn."

"Jika kau bertanya Rui dimana? Dia sudah berangkat sekolah."

"Aku tidak mengatakan apapun."

"Anak ini! Hahh.... Sudahlah, aku sudah memasak, makanlah jika kau lapar sebelum pergi."

Hongyi tampak tak memperdulikannya, ia memilih menarik kopernya dan pergi dari sana.

"Dasar, anak itu sama sekali tidak sopan, sudah diberi tumpangan, pergi pun tak mengatakan apapun. Bahkan terimakasih pun tidak." Gerutu Hanyi sembari menata bunga-bunganya.

"??"

"Sejak kapan?! Shunxi!!!!!" Teriaknya saat tidak mendapati pot airnya ditempat semula.

Hanyi pun segera menghubungi A fei untuk menangkap pencuri kecil yang selalu usil.

"Tapi yeah... Memang terasa sepi tanpanya." Gumam Hanyi menyunggingkan senyum tipis.
Ia menyadari bahwa Shunxi adalah sesuatu yang memang harus ada, jika tidak ada Shunxi semuanya terasa kosong, ibarat mawar tanpa durinya, meskipun duri itu menyusahkan tapi ia melengkapi pertahanan bunga itu.

.

.

Bughh!!!

Shunxi menabrak Hongyi saat tengah berlari dari kejaran A fei. Hongyi pun tidak tinggal diam, ia langsung menarik kerah baju Shunxi dan menatapnya tajam.

"APA KAU TIDAK PUNYA MATA HAH?!!" Teriaknya.

"Iya! Aku tidak punya mata! Lalu yang sedang kau tatap hingga matamu hampir keluar ini apa hah?!!" Shunxi yang tidak terima diteriaki pun membalas ucapan Hongyi.

"Kau!"

"Sudah-sudah kalian! Lagipula ini salahmu bocah." A fei datang dan menarik kerah belakang keduanya untuk melerai mereka.

"Eh? Wajahmu tidak asing" pikir A fei yang merasa pernah melihat Hongyi.

Hongyi membuang pandangannya kesamping tak ingin memperdulikan orang asing dihadapannya.

"Lepas A fei! Kenapa kau terus mengejar ku? Aku kan tidak berbuat jahat."

"Hm, baiklah. Ku lepaskan kau kali ini."

"Yess.." Shunxi berlari senang meninggalkan A fei bersama Hongyi.

Hongyi menatap A fei yang masih menarik kerah belakangnya, seolah meminta penjelasan mengapa dirinya tidak dilepas.

"Hmm... Dilihat-lihat wajahmu mirip dengannya." Ucap A fei meneliti wajah Hongyi.

"Dengan?"

"Aku tidak yakin, sebaiknya kau ikut denganku kekantor polisi."

.

.

Sementara itu Cheng Yi tengah berusaha menghubungi Hongyi dan tidak mendapat jawaban sama sekali.

Ia cukup panik jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada sepupunya.
Hongyi adalah tanggungjawab nya selama berada di Guangzhou, jika sampai hilang entah apa yang akan dilakukan paman dan bibinya.

Tangannya dengan cepat menjawab panggilan telepon saat sakunya bergetar, antusiasnya hilang saat mengetahui siapa yang menghubunginya.

"Hn, ada apa?"

"Oho... Kawan, apa kau sedang mencari sesuatu?"

"Bagaimana kau tahu, ketua Di?"

"Hentikan panggilan formal itu, dan datanglah kekantor polisi."

Cheng Yi pun bergegas kekantor polisi menaiki sebuah taksi.

.

.

Hongyi menatap kesal pada polisi didepan sana yang tengah asik menelfon seseorang.
Sementara dirinya duduk diatas kursi kayu dengan perut kosong ditambah lagi tangannya yang diborgol di sandaran kursi.
Beberapa pasang mata menatapnya seolah ia adalah penjahat yang baru saja tertangkap.

"Nak, makanlah ini. Perutmu cukup berisik." A fei menawari Hongyi biskuit dan susu karena ia mendengar cacing-cacing diperut Hongyi yang sedang berdemo.

"Kenapa kau melakukan ini?" Tanya Hongyi sembari menunjuk tangannya yang terborgol.

"Oh... Aku hanya tidak ingin kau kabur." Ucapnya.

"Aku bukan kriminal!"

"Memang bukan, tapi jika kau hilang, maka akulah yang akan repot mencari mu. Baiklah jika kau tidak mau..." A fei tampak menjauhkan piring biskuit dari hadapan Hongyi.
Hongyi yang tidak tahan dengan laparnya pun menahan tangan A fei.

"A fei!!" Panggil sebuah suara yang ternyata Cheng Yi.

"Hongyi!! Kau disini? Syukurlah.... Aku pikir, aku kehilanganmu." Cheng Yi terkejut sekaligus lega melihat sepupunya ada disana.

"Sudah kuduga, wajah kalian mirip." Ucap A fei sembari mendekati Cheng Yi dengan piring biskuit yang masih ditangan.
Sementara Hongyi menatap sinis polisi itu yang membawa pergi pengganjal laparnya.

"Kenapa kau mengikatnya seperti kriminal? Lepaskan dia!" Ucap Cheng Yi.

Setelahnya A fei melepaskan Hongyi dan menceritakan sedikit pertemuan mereka.

"Aaa.. begitu. Baiklah. Hongyi, ayo pulang, kau pasti kelelahan dengan semuanya, maaf aku lalai terhadapmu." Cheng Yi menarik Hongyi keluar.

"Dan ya, terimakasih A fei..." Sambungnya.

A fei pun hanya berdehem sembari menyuap biskuit.

.

.

Sesampainya dirumah Hongyi tampak tidak bergerak di dalam taksi.

"Hongyi bangun, kita sudah sampai."

Namun Hongyi tak bergeming, Cheng Yi pun mengguncangnya, namun masih tak bergeming.

"Hongyi? Hei? Kau jangan menakutiku."

Ternyata Hongyi pingsan dalam perjalanan karena kelaparan, Cheng Yi pun memutar arah taksi menuju rumah sakit.

"Kenapa kau tidak bilang jika kau kelaparan?, kita bisa berhenti di beberapa kedai makanan, jika kau bicara."

Cheng Yi menggerutu saat Hongyi terbangun, ia merasa bersalah sekaligus kesal.

"Kenapa kau tidak bicara?"

"Maaf."

"?? Apa? Tadi kau bilang apa?"
Cheng Yi cukup terkejut dengan perilaku sepupunya yang terbilang langka.

Namun melihat Hongyi yang tengah makan membuat Cheng Yi berhenti mengomelinya.

"Mungkin kelaparan membuat otaknya bekerja" gumam Cheng Yi.

°°°°°°°°

Because of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang