Siang ini Shunxi mencoba masuk ke ruangan Cheng yi, ia sengaja datang diam-diam untuk berbuat usil.
Namun ruangan itu kosong, Shunxi pun mencoba mencari sesuatu untuk dicuri.
"Kau sedang apa?"
Dug!!
"Aduh! Ha.. dokter Hemeng? Kenapa kau muncul tiba-tiba?" Shunxi mengusap kepalanya yang terbentur meja, karena sebelumnya ia berada dibawah meja, begitu Hemeng memangilnya ia refleks ingin berdiri.
"Harusnya aku yang tanya, mengapa kau kemari, lagipula biasanya kau mencari senior Que. Mengapa sekarang disini?"
"E.. hehehe... "
"Jangan bilang, kau ingin usil lagi? Hahh... Cheng yi itu baru disini, jangan membuatnya merasa tidak nyaman. Sebaiknya kau pulang,"
"Tidak mau!"
Shunxi pun berlari pergi dari sana, yang pasti ia tidak akan meninggalkan rumah sakit untuk saat ini.
.
.
Sementara itu kini Cheng yi tengah duduk berdua bersama Hanyi disebuah restoran.
Mereka teman lama yang berjumpa kembali, terasa agak canggung untuk memulai sebuah obrolan."A- aku tidak menyangka kau akan kembali," ucap Hanyi memecah keheningan diantara mereka.
"Hn, kita sangat akrab di sosial media tapi melihatmu sekarang, rasanya...."
"Ahahah... Itu karena aku sudah dewasa, jadi... Agrh!! Bagaimana cara memulainya" Hanyi bergumam diakhir kalimat karena ia belum siap untuk perjumpaan kembali setelah sekian lama, terlebih Cheng yi mengajaknya bertemu secara tiba-tiba.
"Rui, apa dia sudah melupakan anak itu?"
"?? Ah... Setelah dokter Que mengusirnya berulang kali, Rui tidak pernah kembali ke rumah sakit itu.
Tapi kudengar ada satu anak yang selamat, dan mungkin saja anak itu....""Anak itu juga telah tiada," jelas Cheng yi yang membuat Hanyi terdiam.
"Hari itu Rui bersikeras untuk menemui anak itu karena ia berpikir temannya itu selamat, dia baru saja mendapat teman hari itu, tapi... Hahh...." Hanyi menghela nafas lelah, mengingat masa lalu itu.
"Temannya memang selamat,"
"Ha? Maksudmu anak itu,"
"Iya, beberapa waktu lalu aku melihat postingan Rui di sosial media, disana dia menulis 'berharap bertemu kembali' dengan foto sebuah tusuk rambut. Dan anak itu memang adalah yang satu-satunya selamat hari itu, anak itu menggenggam tusuk rambut yang sama," jelas Cheng yi.
"Aku kembali ke Guangzhou juga demi anak itu, namun aku mendapat kabar bahwa anak itu telah tiada," sambung Cheng yi.
"Bagaimana aku harus menjelaskan ini pada Rui, dia percaya dia kehilangan temannya tapi dia selalu yakin akan bertemu lagi. Hilang yang dia maksud bukanlah kematian,"
"Kau tidak perlu menjelaskan apapun, biarkan dia mempercayai yang selama ini ia yakini, itu lebih baik,"
"Kau benar, maaf sudah membuatmu kerepotan dimasa lalu ataupun saat ini. Kalau aku boleh bertanya, bagaimana kabar sepupumu, apa mereka masih berebut tempat? Atau kau sudah menidurkan salah satunya?"
"Akan merepotkan, jika dia terbangun. Ini hal yang privasi, kau cukup berani bertanya,"
"Hah, maafkan aku!," Hanyi langsung menunduk membenturkan dahinya dimeja, merutuki mulutnya yang menyingung hal sensitif.
"Ahahaha..." Untuk pertama kalinya Hanyi melihat Cheng yi tertawa, ia pun terpana untuk sesaat.
"Cheng yi!" Panggil sebuah suara di belakangnya.
"Hn,"
"Berikan kunci rumah padaku, kau selalu pergi tanpa meninggalkan kunci, apa kau lupa, sekarang aku tinggal bersamamu!"
"Hei! Kau ini kan, bocah tak tahu terimakasih tempo hari, sedang apa disini?" Tanya Hanyi saat melihat Hongyi lah yang datang memangil Cheng yi.
"Hah?!"
"Sepertinya kalian sudah pernah bertemu, nah Hanyi, Hongyi ini adalah sepupuku, kau yang sarankan nama itu kan? Apa kau lupa?"
"Tunggu-tunggu... Jadi kau menidurkan xi-" Hanyi menutup mulutnya tatkala Cheng yi menatapnya tajam.
"Apa yang kalian bicarakan, cepat berikan kuncinya!"
"Baiklah, Hanyi kami pergi dulu, terimakasih sudah mau datang."
Cheng yi membawa Hongyi ke arah taksi yang dipesannya.
"Berikan saja kuncinya, aku bisa pulang sendiri!"
"Baiklah, kau bisa pulang sendiri aku akan turun dirumah sakit," Cheng yi memberikan kunci rumah pada Hongyi.
Sementara itu Hanyi hanya menatap kepergian mereka dengan raut yang sulit diartikan.
"Bagaimana jika dia kembali, apa kau bisa mengendalikan situasinya? Cheng yi...." Lirihnya.
.
.
Saat Cheng yi sampai di rumah sakit, keadaan nampak kacau. Ada banyak pasien luka-luka yang berdatangan.
"Cheng yi! Kemana saja kau? Aku terus menghubungimu tapi tidak kau balas, keadaan disini sangat genting, kau harus membantu." Tegas Hemeng.
Cheng yi pun mulai berlarian keruang oprasi, pandangan teralihkan pada Shunxi yang menangis didepan ruang operasi.
"Siapa didalam?" Tanyanya pada Hemeng.
Shunxi yang mendengar suara Cheng yi pun segera menghampirinya.
"Dokter Cheng!!! Selamatkan dia, aku mohon, dia memang kejam tapi dia baik. Aku mohon...." Shunxi berucap sembari terus terisak.
"Tenanglah, aku akan berusaha yang terbaik,"
Cheng yi melangkah masuk, matanya menatap tak percaya, pasien yang kini terbaring dihadapannya adalah seseorang yang dikenalnya.
"A fei...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You
Fanfictentang kesempatan kedua... alasan untuk bertahan dan melangkah pada hal yang awalnya bukan prioritas. note : baca aja selingkuhanku satu ini, tapi jangan berharap lebih🥲