BM 2

54 11 5
                                    

Sebenarnya malam dimana saat Selena menolong Zion itu, dia tidak sengaja melakukannya. Saat itu Selena baru saja selesai latihan menari, dia tidak sengaja pulang melewati jalan itu. Selena melihat ada seorang laki-laki yang menggunakan seragam yang sama dari sekolahnya. Dia tidak peduli sebenarnya, namun saat dia melihat wajah itu dia ingat jika wajah itu adalah wajah teman sekelasnya. Dia pun akhirnya menyuruh pengawalnya untuk menolong Zion.

Dan disinilah Zion berada saat ini, dia ada di mansion milik Selena.

"Bagaimana keadaannya?" Selena bertanya kepada dokter Tito, selaku dokter pribadi di keluarganya.

"Luka-lukanya sudah saya obati, tapi ada satu luka memar di bagian samping perut. Dia harus dibawa kerumah sakit untuk melakukan CT scan, apakah lukanya mengenai organ vitalnya atau tidak" jelas dokter Tito, Selena mengangguk.

"Saya akan membawanya nanti jika dia sudah sadar" dokter Tito mengangguk dan tersenyum.

"Obatnya sudah saya letakkan di atas nakas, saya permisi" Selena mengangguk.

"Terimakasih" dokter Tito tersenyum dan pergi darisana.

Selena memandang sekilas Zion dan pergi keluar kamar untuk membiarkan Zion beristirahat.

Pukul 10 malam, Zion bangun. Dia membuka matanya perlahan, rasa nyeri di wajahnya masih terasa sekali. Dia bangun dan menatap sekelilingnya, Zion membulatkan matanya.

"Gua dimana anjir?!" Panik Zion. Dia melihat jika dirinya sudah berpakaian baju tidur.

"Bangsat, seragam gua kemana?!" Zion pun buru-buru bangun dari ranjang dan pergi keluar kamar.

"Gua dimana ini buset? Mana rumahnya segede gaban" Zion pun berjalan menuruni tangga, dia berjalan seperti orang bingung.

"Anda sudah bangun ternyata" sapa seseorang. Zion terkejut dengan kedatangan orang itu.

"Eum.. anu saya dimana ya?" Orang itu tersenyum.

"Mari saya antarkan bertemu dengan nona Selena" Zion mengangguk kaku. Dia baru ingat jika orang terakhir yang dia lihat sebelum pingsan adalah Selena.

Zion mengikuti orang itu menuju ruang tengah yang terdapat tv selebar dan sebesar jendela rumahnya. Terdengar dentingan piano dengan lantunan nada indah masuk kedalam indra pendengaran milik Zion.

"Nona" panggil orang itu.

Selena yang sedang bermain piano pun menghentikan aktivitasnya. Dia melihat jika Andreas membawa Zion dibelakangnya. Selena pun berdiri dan menghampiri mereka.

"Tinggalkan kami sendiri" Andreas mengangguk. Dia pergi darisana.

"Silahkan duduk" Zion berjalan pelan menuju sofa dan duduk disana dengan perasaan gelisah. Dia bingung dengan perasaannya. Aura di ruangan ini membuatnya merinding.

"Gua udah suruh dokter buat ngobatin luka-luka Lo, tapi dokter bilang katanya ada luka di perut Lo jadi Lo harus periksa ke rumah sakit biar tahu lukanya dalem apa engga" jelas Selena. Zion hanya melirik sekilas Selena. Selena menaikkan sebelah alisnya. Dia pun duduk di samping Zion.

"Lo masih ngerasain sakit karna luka-luka Lo?" Selena sedikit menatap khawatir Zion. Zion menggeleng pelan.

"Gua belum tahu nama Lo, siapa nama Lo?"

"Zion, nama gua Arzion" Selena mengangguk.

"Gua udah nyuruh orang gua buat nyuci seragam Lo, motor Lo juga ada di garasi rumah gua. Lo tidur aja disini, udah malem juga buat Lo balik ke rumah nanti yang ada Lo di cegat lagi sama geng motor itu" Selena hendak pergi darisana, namun tangannya di pegang oleh Zion. Selena menoleh kearah Zion yang sedang menatapnya.

BERANDAL MANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang