7. Mother's day

67 16 0
                                    

Apa yang ku berikan untuk mama
Untuk mama tersayang
Tak ku miliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta

Hanya ini ku nyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama....

Tepukan di bahunya membuat Shion segera menghentikan kegiatannya menonton story instagram tadi. Ada Solon yang kini duduk di sebelahnya. "Gue kira lo ke sini buat belajar."

Shion mengangguk. "Bener kok, kak."

Solon terkekeh. Ia melihat Shion yang kini meletakkan ponselnya di meja. "Tapi kok malah main hp?"

Shion meringis. Ia memandang tak enak pada yang lain karena suara Solon begitu nyaring sementara posisi mereka kini berada di perpustakaan sekolah. "Tadi kebetulan iseng aja buka ig eh gue baru ngeh kalo hari ini hari ibu, kak. Terus tadi sempet liat story-nya bang Jino yang lagi nyanyiin lagu buat Aunty Jiera." Ucap Shion dengan pelan karena tak ingin dirinya diusir.

Solon jadi terdiam. Dia sudah lama bertetangga dengan Shion jadi meskipun keduanya tak begitu dekat tapi ia tau bahwa Shion sudah tak memiliki seorang ibu. Dalam hati, ia merutuki mulutnya yang banyak tanya. Kalau tau pembahasan kali ini akan menyangkut soal ibu, lebih baik ia tak bertanya apa-apa tadi pada Shion.

Sekarang malah Shion yang bingung karena Solon sudah tak menyahutinya. Shion kembali belajar. Ia biarkan Solon yang hanyut dalam pikirannya sendiri. Begitu Shion sudah mulai fokus dengan belajarnya, Solon berdeham membuat Shion meliriknya.

"Shion, gue boleh nanya sesuatu?"

"Boleh."

"Are you okay?"

Tangan Shion yang awalnya sedang menulis jadi terhenti. Ia tak paham maksud pertanyaan Solon tapi entah kenapa dadanya terasa sesak. Solon merangkulnya sambil menepuk bahunya beberapa kali. "Kalau gak mau jawab, gapapa. Gue cuma ngerasa lo tuh punya banyak hal yang dipendam sendiri dan lo pasti tau. Itu gak baik, Shion."

Shion tersenyum samar. Ia berusaha menetralkan deru nafasnya yang sempat berubah jadi cepat. "I'm okay, kak. Lo pasti tau. Gak semua orang bisa berbagi keluh kesahnya ke orang lain. Bukan maksud gue buat nyembunyiin semua hal tentang hidup tapi kadang gak bagus juga kalo gue mengeluhkan sesuatu sementara hidup gue gak ada kurang apapun."

Bohong. Solon tau Shion berbohong. Tidak ada yang sempurna di dunia ini dan se-sempurnanya Shion yang ia lihat juga masih ada kurangnya. Tapi karena tak ingin berdebat lebih panjang yang takutnya akan membuat ia dan Shion bertengkar. Solon mengalah. Ia sempatkan mengacak rambut Shion sebelum berdiri.

"Inget, yon. Kalo lo butuh teman curhat lo cukup nyebrang dari rumah lo ke rumah gue. Pintu rumah gue selalu terbuka buat lo."

Shion terkekeh pelan. Ia membulatkan matanya ketika Solon meletakkan sekotak susu coklat di meja. "Diminum, yon. Lo gue perhatiin jarang banget istirahat. Ini juga waktunya istirahat bukannya isi perut malah belajar di sini."

"Lah? Gue kira lo ke sini juga mau belajar, kak."

Solon meringis. Tadinya juga ia sudah berada di kantin bersama Jaan dan Heli tapi saat melihat Jakah dan Noa hanya makan berdua. Ia tiba-tiba penasaran di mana Shion. Saat bertanya pada Noa, anak itu menjawab sudah memaksa Shion istirahat tapi Shion bersikeras menolak karena mau belajar. Jadi Jakah memberitahunya, keberadaan Shion hanya mungkin ada di 2 tempat, kalau tidak di kelas ya pasti di perpustakaan.











• P A I N •





Shion tersenyum senang setelah mendapat izin dari Seon. Sepulang sekolah, Shion izin ingin pergi ke makam sang mama lalu ingin pergi ke rumah Jino. Shion melangkah dengan senyum lebar menuju makam Sandra sambil membawa bunga. Ia usap nisan sang mama dengan penuh kasih sayang. "Happy mother's day, ma."

PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang