01. Accident

825 74 20
                                    

Suara dering telepon yang berbunyi membuat seorang pemuda berusia dua puluh dua tahun yang sedang tertidur pulas itu terbangun. Ia meraih benda pipih persegi panjang yang ada di atas nakas dan memperhatikan siapa yang menghubunginya pukul 01.22 pagi. Tertera nama sang kakak di sana. Kim Baekjin.

"Wae, Hyung?

"S-Seokjin-a..."

Pemuda itu seketika terkejut mendengar suara sang kakak yang tersendat.

"Apa yang terjadi, Hyung?"

"J-jebal! R-rawat Chae Hyun d-dengan sepenuh hatimu. A-anggap C-Chae Hyun s-seperti p-putrimu s-sendiri."

"Jangan aneh-aneh, Hyung! Chae Hyung adalah putrimu. Jangan memintaku untuk merawat-"

"J-jebal, S-Saeng! C-Chae Hyun t-tidak p-punya s-siapa-siapa l-la..."

Tidak terdengar lagi suara yang terdengar di telepon. Pemuda itu bergegas bangun dan menyalakan GPSnya. Nomor ponsel sang kakak terlihat berkedip di bagian mapsnya. Ia segera menuju ke lokasi yang ditunjukkan oleh benda itu.

Di tepi jalan raya, meskipun waktu sudah menunjukkan dini hari, tapi masih terdapat begitu banyak orang. Ia menghentikan laju mobilnya karena tidak bisa melewati jalan itu. Telah terjadi kecelakaan lalulintas.

Pemuda itu memperhatikan tanda yang berkedip di ponselnya. Tempat ia berhenti adalah lokasi yang ditunjukkan dalam maps. Ia segera keluar dari mobil dan mendekat ke lokasi kecelakaan. Jantungnya berdebar dengan sangat hebat tatkala melihat mobil yang biasa dikendarai oleh sang kakak terlihat ringsek. Ia berlari mendekat demi mengetahui bagaimana keadaan sang kakak, tapi beberapa petugas polisi menghentikannya.

"Anda tidak boleh mendekat!"

"Saya adik kandung dari pemilik mobil ini! Bagaimana keadaan uri Hyung, keun Noona?" tanyanya dengan sangat panik. (Kakak ipar.)

Mendengar ucapan pemuda itu, salah seorang petugas polisi meminta rekannya untuk membiarkannya lewat.

"Dalam kecelakaan yang terjadi, dua orang dewasa yang kami temukan dalam mobil sudah meninggal dunia karena mengalami luka yang sangat serius."

"D-dua orang dewasa? S-seolma? A-apakah...?" pemuda itu tidak berani melanjutkan kata-katanya.

"Seorang anak balita ditemukan selamat karena sang ibu melindunginya dengan seluruh tubuhnya. Dengan kuasa Tuhan, anak itu tidak mengalami luka serius. Anda bisa melihatnya di ambulans itu."

Kim Seokjin tidak bisa menahan air matanya kala melihat sosok keponakannya yang baru berusia empat tahun. Tak jauh dari ambulans pertama, ia melihat salah satu jasad sedang dimasukkan ke dalam ambulans lainnya. Ia mendekat dan memberanikan diri demi mengecek jasad itu.

Saat ia hendak membuka kain yang menutupi, tangan korban kecelakaan itu terlihat keluar dari kain. Ada sebuah gelang yang sangat ia kenali. Di lengannya juga terdapat gelang yang sama dengan yang dipakai oleh jasad itu. Itu adalah gelang buatan sang ibu yang diberikan kepada mereka.

Air mata pemuda itu seketika menetes di pipinya. Ia segera berbalik dan kembali ke ambulans pertama, dimana keponakannya sedang mendapat perawatan oleh paramedis. Ia menggendong keponakannya itu dan menangis sambil menutupi wajahnya dengan tubuh gadis mungil itu.

Seokjin memasrahkan segalanya kepada pihak kepolisian dan paramedis untuk segala urusan pemakaman. Ia ingin membawa keponakannya itu pulang dan memberitahukan kabar kematian sang kakak dan juga istrinya kepada sang ibu di rumah.

Tapi karena syok mendengar berita kematian yang dibawa oleh Seokjin, Ibu yang sangat sangat dicintainya, satu-satunya orang tua yang ia miliki, beliau juga harus meninggal karena serangan jantung. Malam itu, ia tidak hanya kehilangan kaka dan kakak iparnya, tapi ia juga harus kehilangan sang ibu.

Beautiful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang