"Aku suka sama kamu."
Perlahan aku mendongak ke arah Gita, memastikan apakah ini hanya guyonannya saja atau bahkan hanya mimpiku saja. Di sana, kudapati kedua bola mata yang sangat hitam dan berbinar pada bentuk wajahnya yang―menurutku―sangat sempurna. Rambutnya yang lurus terurai sesekali tersibak oleh embusan angin yang semakin kencang, hingga nyaris mengenai matanya. Refleks tanganku tergerak hendak menepisnya, namun tiba-tiba saja seseorang datang menghampiri kami sambil terengah-engah.
"Gawat, Pa ...!" ujar Alvis.
Aku menoleh ke arahnya, sedikit heran begitu mendapati Alvis tampak sangat panik. "Kenapa?" tanyaku. Tanpa banyak bicara, ia langsung menarik lenganku untuk mengikutinya. Sesekali pandanganku mengarah kepada Gita, mengisyaratkan kepadanya untuk tetap di tempatnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DAIJOUBU!
Teen Fiction"Mungkin aku tak pernah mengerti apa artinya hidup jika tidak ada pelajaran di dalamnya." Aku bahkan mulai kembali menulis setelah sekian lama karena tidak pernah ada yang selesai. Kau tahu mengapa? Karena aku tidak mendapat dukungan. Maksudku, aku...