Bab enam

48 18 0
                                    

Awas typo...

"Romeooo~"

"Juliaaa!"

CUT!

"Anak siapa yang kau panggil hah? Juliet Jay Juliet bukan Julia," kesal Karina. Sudah sejam mereka berlatih, namun Jay selalu saja salah menyebut nama Juliet. "Ulang ulang ulang, jika kau masih salah lagi kali ini, aku akan memecahkan biji batangmu," ancam Karina.

ACTION!

"Romeooo," panggil Jeno dari atas menara.

"Juliet aku telah datang untukmu," ucap Jay. Jeno dengan tak anggunnya berlari menuruni tangga untuk menghampiri Jay. Jeno tersenyum malu-malu bangsat saat kini ia berhadapan dengan Jay.

"Juliet," panggil Jay.

"Iya Romeo?"

"Apa namamu Juliet?"

"Iya Romeo bajingan kau terlalu banyak tanya."

"Aku ramal kita akan bertemu di kantin."

"Kenapa di kantin?"

"Karena kalau di hotel kita belum sah."

CUT!

Karina melempar sepatu yang ia pegang ke atas panggung dan hampir saja mengenai kepala Jay, kalau saja ia tidak segera melompat di gendongan Jeno. "Jangan membuat cerita ini menjadi di larang tayang karena kau berzina Romeo bangsat!" teriak Karina.

"Pantas saja mereka mati, ternyata karena berzina," ucap Renjun yang menjadi salah satu penonton di sana.

"Pantas saja mereka di pisahkan, ternyata kalau bertemu mereka bermain brutal," lanjut Minju.

"Huhh.. kasihan Jeno," ucap Haechan, menatap kasihan pada kekasihnya itu.

Karina meminta Romeo dan Juliet jadi-jadian itu untuk mengulang aktingnya, karena semuanya menjadi kacau karena Jay yang tidak bisa di ajak kerja sama. Dan saat Karina sedang fokus memperhatikan Jeno dan Jay tiba-tiba suara keras Jaemin mengejutkan mereka yang ada di sana.

"Ada apa lagi Jaemin?" tanya Karina. "Jimin, kenapa kau tidak membiarkan aku saja yang manjadi putri saljunya?" tanya Jaemin. "Kau tidak cocok memerankan putri salju yang lemah lembut, karena kau seperti bekantan lepas."

Jaemin mendengus kesal. Ia menendang kursi yang ada di sana lalu pergi begitu saja, karina yang melihat itu hanya bisa menggeleng kepala.

"Tebak kodamnya Jaemin," ucap Ningning.

"Bekantan," jawab Yeji.

"Oke kita ulang dari awal-

YAAAAAA!

apa yang kau lakukan Jay Park?!"

Semuanya melihat ke arah Jay dan Jeno. Haechan melebar matanya melihat Jay yang mencoba melucuti Jeno. Dengan cepat ia berlari ke atas panggung untuk menyelam kekasihnya dari Jay. "Lepaskan kekasihku brengsek!" Haechan menarik rambut Jay hingga berhasil membuat pemuda itu menjauh dari Jeno.

Haechan menangkup wajah Jeno. "Sayang apa kau baik-baik saja?" Jeno tersenyum manis lalu mengatakan jika ia baik-baik saja. Haechan memeluk kekasihnya itu syukurlah Jeno baik-baik saja, untunglah ia tak jadi santapan si Jay mesum.

"Lee Haechan! kenapa kau menarik rambutku?" tanya Jay merasa tak bersalah. Haechan menoleh dan melempar tatapan tajam pada pemuda park itu. "Kau masih tanya kenapa?! kau hampir melecehkan kekasihku," ujar Haechan.

"Hah? justru Jeno yang melecehkanku, dia yang lebih dulu membuka paksa celanaku." Haechan terdiam, ia kembali menatap Jeno yang masih dengan senyuman manisnya. Ia bertanya pada kekasihnya itu, apa yang di katakan Jay benar? dan Jeno mengangguk.

"Kau lihat? kekasihmu itu yang mesum," ucap Jay.

"Ya sudah, kenapa harus di perbesar masalahnya," ucap Haechan sedikitpun tak merasa bersalah pada Jay yang telah menjadi korban kekerasannya.

"Aku meminta keadilan Lee Haechan!"

"Jeno~ Jay meneriakiku," aduh Haechan. Jeno menatap Jay dengan tajam. "Huh! dasar pantat hitam." Kemudian Jay turun dari sana dan meninggalkan semuanya.

Kepala Karina rasanya akan pecah, kenapa ia harus mengurus manusia-manusia pasien rumah sakit jiwa, semuanya tak ada yang beres, mereka semua bermasalah dengan gangguan jiwa.

"Aku pensiun sajalah," ucapnya. Lalu ikut pergi meninggalkan tempat itu.

.

.

.

🐶🐻

Suho mencoba sekuat mungkin membekap mulut Jeno yang jika ia lepas sedikit saja tawanya akan menggelegar ke mana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suho mencoba sekuat mungkin membekap mulut Jeno yang jika ia lepas sedikit saja tawanya akan menggelegar ke mana-mana. Sedangkan tak jauh dari ayah dan anak itu duduk, terlihat Irene yang sedang berkacak pinggang dan jangan melupakan tatapan mematikannya.

Wanita cantik itu menatap Eric yang berlutut tak berdaya di hadapannya. "Apa maksudmu membuat drama kecelakaan itu Lee Eric?!" tanya Irene. "Sungguh Mom, aku tidak sengaja melakukannya."

"Tidak sengaja kau bilang?!"

Eric terlonjak mendengar bentakan sang Ibu. Ia tak benari menaikan pandangannya untuk menatap sang Ibu. Eric mengigit bibirnya menahan tangis. Sedangkan Jeno yang melihat itu semakin tak bisa menahan tawanya, namun sekuat mungkin Suho menahannya agar tak membuatnya singa betina semakin mengamuk.

"Jika kau masih mengulangi drama bodohmu itu, Mommy sungguh akan membunuhmu, mencincang dagingmu lalu memberikannya pada Pluto."

Pluto?

Nama buaya milik kakek Jeno dan Eric.

"Maaf Mom, aku Janji tak akan mengulanginya," ucap Eric penuh dengan menyesalan. Ia menyesal telah membangunkan amukan sang Ibu. Kemudian Irene pergi dari sana, yang langsung di susul oleh sang suami.

Jeno yang sudah terbebas dari tahanan sang Ayah, kemudian menghampiri Eric yang masih setia berlutut di sana. "Emang enak? sudah bolos sekolah seminggu, datang-datang langsung buat drama."

"Huhh, kau pikir dirimu itu keren hah?"

Eric melempar tatapan tajam kada Jeno, lalu dengan cepat ia membuka sepatunya lalu melemparnya pada Jeno, namun dengan gerakan sat set Jeno berhasil menghindarinya. Jeno menjulurkan lidahnya mengejek. "Tidak kena."

"Pergi dari hadapanku!"

"Memang aku akan pergi, melihatmu rasanya aku akan muntah," ucap Jeno, lalu ia pergi meninggalkan Eric yang menatapnya kepergian dengan mata yang berlinang.

"Hyung jahat~"

.

.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si cantik Milik Si tampan 2 [Jaemren, Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang