TADAAAA aku update lagi karena chapter kemarin udh 40 vote 😻
aku ga pernah narget si cuma seneng aja bisa segituuuuuuuuu.
Terimakasih ya sengku, selamat membaca!🧸
Jevan Alendra, ia adalah pengusaha muda yang sudah sukses di saat usianya yang baru 29 tahun. Sifatnya yang ramah dan murah senyum itu membuat para wanita terposana dan berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati Jevan, namun perjuangan para wanita itu harus sia-sia karena Jevan selalu menolak kehadiran mereka.
Kalista saja yang baru melihat Jevan langsung terkagum, selain wajahnya yang rupawan dan mempunyai attitude yang bagus, Jevan juga termasuk orang yang berada. Bisa dilihat dari gaya pakaian dan rumahnya yang besar.
"Kamu yang melamar kerja jadi Babysitter disini kan?" Tanya Jevan.
Saat ini mereka sedang berada di ruang kerja yang memang masih ada di rumah Jevan. Alasan Jevan mengajak Kalista masuk keruang kerjanya adalah untuk melakukan interview.
"Iya Pak. Perkenalkan nama saya Kalista, kedatangan saya kesini ingin melamar pekerjaan untuk posisi Babysitter" Jawab Kalista ramah.
"Boleh saya lihat berkas lamaran kamu?"
"Oh iya Pak boleh," Karina mengambil selembar bungkusan kertas yang ada di tas nya lalu menyerahkan nya pada Jevan, "Ini berkas lamaran saya."
Respon Jevan hanya mengangguk sambil membuka berkas lamaran itu dan membacanya.
"Kamu pernah bekerja di Club?"
Tubuh Kalista seketika membeku mendapatkan pertanyaan itu, "Hah? Ko-kok bapak bisa tau? Di CV, saya gak nulisin itu deh perasaan."
"Memang tidak ada, saya hanya pernah melihat kamu."
"Eh?"
"Waktu itu teman dekat saya ada yang berulang tahun dan dirayakan disebuah Club. Disana, saya tidak sengaja melihat kamu sedang dance di dancefloor sambil minum kan?"
Karina meringis sembari membatin "ah anjing, bau-bau gak diterima ini. Image gue udah jelek dimata dia!"
Dulu Kalista memang sering ke Club, disana ia bekerja sekaligus mencari kesenangan. Kalista waktu itu bekerja sebagai wanita penghibur, namun meskipun ia wanita penghibur ia selalu membatasi pelanggannya supaya tidak bertindak berlebihan, yaitu dengan tidak menidurinya.
Jadi tugas Kalista hanya bernyanyi, menemani minum dan mendengarkan curahan hati pelanggannya saja, namun walaupun begitu tetap saja ada beberapa pelanggan yang nakal yang sering meraba tubuhnya.
"Pak saya minta maaf banget ya, disana-"
"Tidak perlu meminta maaf, lagi pula itu urusan pribadi kamu dan bukan urusan saya. Disini saya hanya ingin bertanya, apa kamu bisa mengurus anak-anak? Apalagi anak saya itu ada dua. Memangnya kamu sanggup?" Potong Jevan.
"Sanggup kok Pak! Saya itu punya pengalaman ngurus anak tetangga loh Pak! Anak mereka tuh apa-apa di titipin ke saya. Soalnya kata mereka, saya itu punya sifat keibuan jadi mereka pada percaya gitu deh sama saya!" Jawab Kalista dengan nada riang.
"Kalau kamu bekerja sekarang, kamu siap?"
"SIAP DONG PAK!" Karina meringis ketika sadar ia terlalu berlebihan, "Maksud saya, Saya siap kapanpun bapak mau memperkerjakan saya."
"Termasuk jadi Mommy pura-pura anak saya?"
"HAH?"
Jevan melogarkan dasi yang terasa mencekiknya, "Jadi begini Kalista, sudah dari lama mereka mendambakan sesosok Ibu. Namun saya disini masih belum siap untuk menikah lagi. Saya senang ketika melihat mereka bahagia saat saya mengatakan kamu itu Mommy mereka. Masalahnya juga, mungkin dengan kamu menjadi Mommy pura-pura mereka, Liam tidak akan menjahili kamu karena Liam sudah menganggap kamu Mommy nya dan bukan dianggap sebagai Babysitter nya."
"Tapi bapak keliatan suka deh kalau saya jadi Mommy mereka" Celetuk Kalista tanpa sadar.
Jevan terkekeh, "Kamu jangan salah paham ya, disini kamu hanya bekerja sebagai babysitter—tapi didepan Liam dan Lily kamu jadi Mommy pura-pura mereka. Kamu mau ya? Saya akan kasih gaji berapa pun yang kamu mau asalkan anak-anak saya bahagia."
"Aduh pak, bukan masalah gajinya-tapi begini ya pak, tujuan awal saya kesini itu ingin melamar jadi Babysitter dan bukan menjadi Mommy nya mereka. Saya pikir ini juga bukan ide yang bagus, saya takutnya orang-orang disekitar saya jadi salah paham. Saya juga gak mau ah Pak kalau nantinya pas anak-anak Bapak sudah beranjak dewasa, mereka masih mengira saya itu Mommy nya mereka, padahal jelas-jelas saya itu bukan Ibu kandungnya."
Jevan menunduk dan menghembuskan nafasnya dengan berat, "Kalau kamu memang merasa tidak nyaman, saya juga tidak bisa memaksa. Saya minta maaf ya sudah-"
Brak!
Seseorang membuka pintu dengan keras dan yang membuka pintu ruangan kerjanya itu adalah Lily, Lily terlihat menghampiri Kalista lalu memeluk Kalista dengan erat, "Hallo Mommy cantik!"
Saat Kalista ingin menjawab, Jevan justru mendahulinya.
"Lily—Daddy disini ingin meminta maaf ya karena sudah membohongi kamu. Sejujurnya, Mbak Kalista ini hanya seorang Babysitter dan dia itu bukan Mommy Lily."
Ekspresi Lily langsung berubah seketika, bibirnya terlihat gemetar menahan tangis dan juga matanya berkaca-kaca.
"Telus Mommy Lily mana, Dad?" Tanya Lily lirih sambil mengusak matanya yang sudah turun air.
"Mommy Lily ada di surga, sayang."
Mau tidak mau Jevan menjawab seperti itu karena jika ia menjawab yang lain, Lily akan terus-terusan bertanya. Lagipula Jevan sudah menjelaskan apa maksud dari surga itu dan Lily sudah mengerti.
"Sudah ya Princess tidak boleh menangis lagi, nanti kalau nangis terus Prince nya kabur loh" Ucap Jevan sembari menenangkan putrinya. Namun bukannya tenang, Lily malah semakin menangis kencang.
Kalista yang melihat Lily yang menangis histeris pun merasa bersalah. Ia merasa bimbang dengan pikirannya, antara ia mau dan tidak mau menerima tawaran untuk menjadi Mommy pura-pura mereka.
"Mommy hiks Lily lindu Mommy."
Karena sudah tidak tega akhirnya Kalista pun langsung mengambil alih Lily yang tadinya di gendongan Jevan menjadi berada di gendongannya.
"Sttt Lily tenang ya, ini Mommy sayang, Mommy disini. Lily jangan nangis lagi ya?" Ucap Kalista sambil mengusap puncak kepala Lily dan Lily yang mendapat perhatian itu semakin menegelamkan wajahnya pada ceruk leher Kalista, ia juga mengeratkan pelukannya.
"Mommy Kal hiks ja—jangan pelgi ke sulga" Gumam Lily dalam pelukan Kalista.
"Iya Mommy disini sayang, Mommy bakal nemenin Lily sama Liam terus ya."
Kalista mengecup bahu Lily beberapa kali, lalu ia juga mengusap dan menepuk punggung Lily bermaksudan supaya Lily tertidur.
Dan tanpa sadar Jevan tersenyum ketika memperhatikan interaksi antara Lily dan Kalista yang terlihat begitu hangat.
••
Vote atau comment jangan lupa ya guys biar aku semangat ngelajutinya,
Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter
Fanfiction"Pak saya disini tuh kerja jadi Babysitter, bukan jadi Mommy nya anak-anak Bapak!"