***
rui benar-benar tidak habis pikir pada orang tuanya, ah tidak tapi pada orang tua gunwook juga. bagaimana bisa menjalankan perjodohan antara dirinya dengan gunwook.
gunwook bahkan baru lulus kuliah dua bulan yang lalu.
rui tidak masalah jika yang akan dinikahkan pada dirinya bukan gunwook, yang dua tahun lebih muda darinya. dia gengsi.
dan lebih gilanya lagi ia dan gunwook itu tidak dekat ataupun akur meskipun sudah bertetangga nyaris empat tahun.hari ini ia terpaksa datang untuk melakukan fitting baju setelah dipaksa oleh maminya. kabar mengejutkan berikutnya, pernikahan mereka akan di lakukan dua minggu lagi. semua memang mendadak, namun juga matang karena dua wanita tua alias mami rui dan bunda gunwook sudah menyiapkan segalanya dengan semaksimal mungkin.
setelah beberapa jam dihabiskan untuk menyesuaikan bentuk, ukuran, dan warna baju, rui dan gunwook akan lanjut untuk mengambil cincin kawin mereka.
sepanjang jalan benar-benar tidak ada obrolan yang menguar. keduanya bagai sibuk dengan pikiran masing-masing. gunwook itu, asing sekali bagi rui. mereka berada fi di satu sekolah yang sama, rumah mereka bahkan bersampingan, mereka sering bersinggungan ketika balkon kamar mereka sama-sama di buka, dan mereka beberapa kali kerap bertemu di acara jamuan petinggi perusahaan karena ayah gunwook dan papi rui memang dua sahabat lama. namun entah mengapa, gunwook seakan membatasi diri untuk lebih dekat dengannya. sejak pertama kali yang lebih muda pindah di samping rumahnya, gunwook bersikap cuek padahal menurut ollie;adiknya gunwook itu orang yang asik dan juga humoris. lantas kenapa? kenapa pada rui ia bersikap beda.
"gak mau turun?" suara bariton gunwook berhasil membuyarkan lamunannya.
dengan wajah kebingungan ia menatap sekeliling dan mereka memang sudah sampai di toko perhiasan langganan mami rui.
tanpa angin, tiba-tiba saja gunwook menggenggam tangan rui dengan erat. meskipun terkejut, rui pada akhirnya tidak bisa menahan senyum. ia merasa nyaman saat jemarinya dan jemari gunwook menyatu.
seorang pelayan menyambut keduanya dengan ramah.
"atas nama park gunwook dan shen quanrui ya?" tanya sang pelayan.
"iya" sahur gunwook
"ah baik, mari mas. ini beberapa pilihan dari nyonya sofia dan nyonya junha" pelayan tersebut menyodorkan tiga pasang cincin cantik yang berbeda-beda.
"pilih" gunwook menitah kearah rui yang sejak tadi diam saja.
"ah, iya" rui mendekat dan mulai memilih mana yang menurutnya pas.
ia meraih jemari gunwook untuk mengepaskan pilihannya. "ini mau gak? keliatan simple tapi bagus, soalnya diamond-nya lebih kecil kalo yang lain lumayan besar" ujarnya.
gunwook mengangguk. "iya bagus ini. kami pilih yang ini ya mbak" cincinnya ia lepas kemudian ia serahkan pada si pelayan agar segera di kemas.
"abis ini mau kemana?" tanya gunwook. entah sadar atau tidak, ia kembali meraih tangan rui untuk ia genggam.
rui menoleh. mengerjap beberapa kali sebelum menjawab, "cari makan dulu boleh?"
"boleh"
***
rui telah tiba di restauran seafood tempat dimana ia biasa membeli bersama keluarganya.
ia bahkan memesankan menu yang sama untuk gunwook karena kata pemuda itu ia belum pernah kemari.sembari menunggu pesanannya datang, rui hendak memainkan ponsel namun naasnya ponsel ia kehabisan daya. jadi yang ia lakukan hanya menatap sekeliling restaurant dengan perasaan canggung. sedangkan gunwook di depannya diam-diam melirik kearah rui yang tampak sangat bingung.